7 Gangguan Kesehatan Mental Anak yang Wajib Dipahami Orang Tua

Anna Maria Anggita - Kamis, 28 Oktober 2021
Gangguan kesehatan mental anak yang perlu diketahui oleh orang tua.
Gangguan kesehatan mental anak yang perlu diketahui oleh orang tua. Freepik/master1305

Parapuan.co - Bagi Kawan Puan yang sudah memiliki buah hati, merawat kesehatan fisiknya saja tidak cukup. Orang tua pun perlu menjaga kesehatan mentalnya.

Kesehatan mental anak penting sekali untuk dijaga supaya mereka tidak mengalami kendala perkembangan mental di masa depan.

Mengutip Kompas.com, umumnya gangguan kesehatan mental anak tidak sepenuhnya menyebabkan mereka tidak sadar.

Akan tetapi cenderung terlambat dan mengalami beberapa kejadian nyang dianggap "di luar kendali".

Baca Juga: Pentingnya Coping Mechanism Bagi Seseorang, Bagaimana Menentukannya?

Oleh sebab itu penting bagi orang tua untuk memahami gangguan kesehatan mental pada anak, ya.

Berikut ini gangguan kesehatan mental pada anak.

1. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan perasaan cemas yang dirasakan oleh anak-anak.

Anak-anak merasakan cemas itu normal, tetapi perhatikan pula jika terlalu ekstrem maka bisa jadi masuk ke tahapan gangguan mental.

Anak yang mengalami gangguan kecemasan akan mengkhawatirkan banyak hal yang sebenarnya tidak ada atau tak terjadi.

Gangguan kecemasan terjadi karena faktor genetik hingga trauma berat, sehingga anak pun menjadi takut.

2. Autisme

Autisme adalah suatu kondisi ketika anak-anak kesulitan untuk bersosialisasi, bertingkah laku, dan bahkan berbicara.

Dimana, pengidap autisme cenderung sibuk dengan dunianya sendiri atau fokus pada hal yang disukai.

Tak hanya itu saja, anak pun jadi sangat sulit diajak memfokuskan pikiran dan berinteraksi.

3. Retardasi mental

Retardasi mental yakni keterbelakangan mental yang disebut juga sebagai oligofrenia.

Kondisi ini terjadi karena gangguan perkembangan intelejensia dan disertai mental anak yang tidak sesuai dengan usia seharusnya.

Penyebab retardasi mental yakin karena proses patologis di otak yang disebabkan infeksi, racun, trauma, atau gen.

4. Disleksia

Disleksia adalah ketika anak-anak tidak bisa membaca, bahkan menuliskan huruf teratur dan berurutan pun akan kesusahan.

Dalam arti lain, anak disleksia akan mengalami keterlambatan dalam menggunakan kata, serta sering kali salah dalam membaca.

Tapi jangan menganggap bahwa gangguan ini menandakan kalau mereka bodoh lho, Kawan Puan.

Sebab, anak dengan disleksia itu otaknya menerima informasi yang sedikit berbeda.

Baca Juga: Mudah dan Murah! Jalan Kaki Bisa Jadi Cara Ampuh untuk Self Healing

5. ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan yang bersifat neurobihavioral.

Gangguan neurobihavioral yakni ketika anak terasa sulit diatur dan tampak tidak peduli akan nasihat dari orang sekitarnya.

Tak hanya itu, anak pun tampak kesulitan untuk fokus pada suatu hal.

 

6. Gangguan bipolar

Gangguan bipolar merupakan kondisi perubahan suasana hati yang berlangsung secara drastis tanpa alasan yang kuat.

Anak yang mengalami gangguan bipolar akan merasa terlalu gembira, tapi tak lama kemudian menjadi sedih.

Bahkan jika sudah parah, maka akan terjadi depresi dan ada rasa ingin bunuh diri tanpa ada alasan pasti.

Tentunya kondisi ini berbahaya terutama jika tidak tahu cara pengendalian yang tepat untuk menghindari perubahan mood ekstrem ini.

Baca Juga: Mengenal Meditasi Mindfulness, Ini Manfaat dan Bentuk Latihannya

7.  Gangguan makan

Gangguan makan merupakan kesulitan makan yang biasanya dijumpai pada pola anak yang cenderung tidak mau atau menolak untuk mengonsumsi makanan.

Anak pengidap gangguan makan sulit menghabiskan santapan yang disediakan untuknya.

Perlu dicatat gangguan makan dan anak yang tidak nafsu makan itu berbeda.

Perbedaan gangguan makan dengan anak yang sedang tidak nafsu makan adalah umumnya anak mempermainkan makanan, sulit mengunyah, dan juga membuang makanan ketika dimasukkan ke mulut atau disuapi. (*)

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania

Benarkah Tertawa Baik untuk Menjaga Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya