Persiapan Sekolah Tatap Muka, 7 Keterampilan Sosial yang Wajib Dimiliki Anak

Ratu Monita - Sabtu, 16 Oktober 2021
Ajarkan anak keterampilan sosial dalam persiapan sekolah tatap muka.
Ajarkan anak keterampilan sosial dalam persiapan sekolah tatap muka. Oranat Taesuwan

1. Berbagi

Kemauan untuk berbagi makanan ringan atau mainan akan sangat membantu anak untuk bisa bergaul dengan teman sebayanya.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Science, saat berusia dua tahun anak sudah dapat menunjukkan keinginan untuk berbagi dengan orang lain, tetapi biasanya hanya ketika apa yang mereka miliki juga berlimpah.

Sementara, anak-anak yang berusia tiga hingga enam tahun akan cenderung egois ketika harus berbagi.

Kemungkinan ia akan enggan berbagi setengah dari kuenya dengan teman, karena ia merasa menjadi lebih sedikit yang akan ia nikmati.

Namun, seiring bertambah usia, anak-anak akan menjadi lebih peduli dan bersedia untuk berbagi.

Pasalnya, mengajari anak-anak untuk berbagi dalam rangka persiapan sekolah tatap muka dapat membantu meningkatkan harga diri mereka.

Meskipun kamu mungkin tak ingin memaksa anak untuk berbagi mainan tertentu dengan teman-temannya, tetapi kamu dapat secara teratur menunjukkan bagaimana cara berbagi pada anak.

Berikanlah pujian pada anak ketika ia mencoba berbagi dan tunjukkan bagaimana perasaan orang lain. 

2. Bekerja sama

Keterampilan lainnya yang bisa diajarkan ke anak adalah bekerja sama, yakni perilaku kelompok untuk capai tujuan bersama. 

Anak-anak yang mampu bekerja sama dengan baik akan menghormati ketika orang lain mengajukan permintaan.

Tak hanya itu, anak juga akan siap berkontribusi, berpartisipasi, dan membantu teman sekelompoknya.

Keterampilan kerja sama sangat penting untuk anak bisa bergaul dalam komunitas.

Untuk anak-anak, kerja sama dapat terjadi dalam bentuk apa saja, mulai dari belajar bersama hingga melakukan permainan yang mengharuskan ia dan teman-temannya untuk berpartisipasi.

Beberapa anak mungkin mengambil posisi sebagai pemimpin, sementara yang lain akan mengikuti instruksi.

Bagaimana pun, kerja sama adalah kesempatan yang bagus bagi anak-anak untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri.

Untuk mengajarkan anak tentang kerja sama dalam persiapan pembelajaran tatap muka, diskusilah dengannya tentang pentingnya kerja sama tim.

Di samping itu, bahas juga dengan anak tentang bagaimana pekerjaan menjadi lebih baik ketika semua orang ikut serta membantu.

Kamu dapat menciptakan kesempatan bagi keluarga untuk bekerja sama berbagi tugas, misalnya saat membersihkan rumah.

 

Baca Juga: Persiapan Sekolah Tatap Muka: 5 Tips Khusus untuk Orang Tua dan Guru

 

3. Mendengarkan

Keterampilan mendengarkan adalah bagaimana anak mampu menyerap apa yang orang lain katakan.

Terlebih, sebagian besar pembelajaran di sekolah, bergantung pada kemampuan anak untuk mendengarkan apa yang dikatakan guru.

Menyerap materi, mencatat, dan memikirkan apa yang dikatakan menjadi semakin penting, seiring dengan kemajuan akademis anak.

Memberikan anak banyak kesempatan untuk berlatih mendengarkan, dapat memperkuat keterampilan ini.

Sebagai contoh, saat membacakan buku untuk anak, berhentilah secara berkala, dan minta si kecil untuk memberi tahu tentang apa yang dibacakan oleh kamu.

Dengan mengajarkan anak mendengarkan, hal ini penting agar ia tidak memotong saat orang lain sedang berbicara.

4. Mengikuti arahan

Anak yang kesulitan untuk mengikuti arahan, cenderung mengalami berbagai kesulitan.

Namun, sebelum mengharapkan anak dapat mengikuti petunjuk dengan baik, penting bagi orang tua untuk menjadi ahli dalam memberikan petunjuk.

Ada beberapa kesalahan yang wajib dihindari dalam memberikan petunjuk, yaitu:

  • Jangan memberikan anak lebih dari satu petunjuk pada satu waktu. Alih-alih mengatakan, “Ambil sepatumu, simpan bukumu, dan cuci tanganmu,” tunggu sampai sepatu diambil, kemudian berikan perintah berikutnya.
  • Jangan membuat pertanyaan sebagai petunjuk. Bertanya, "Maukah kamu mengambil mainanmu sekarang?". Ini menyiratkan, anak memiliki pilihan untuk mengatakan tidak. 
  • Perlu diingat bahwa kesalahan itu normal. Normal bagi anak untuk terganggu, berperilaku impulsif, atau melupakan apa yang seharusnya ia lakukan. Lihat setiap kesalahan sebagai kesempatan untuk membantunya mempertajam keterampilan mengikuti arahan.

Tak lupa untuk memujinya ketika anak mampu mengikuti arahan dengan tepat. 

Jika anak kesulitan mengikuti petunjuk, beri si kecil kesempatan untuk berlatih mengikuti perintah sederhana. 

Sumber: Very Well Family,Tribunnews
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda