Pameran Seni Rupa Mediacape: Material, Senses and Beyond dari 6 Seniman Dunia

Maharani Kusuma Daruwati - Selasa, 5 Oktober 2021
Notes on Blindness
Notes on Blindness Angga Reksha, Muhammad Tsani & Farid Burhanudin © 2021

Terakhir, sebagai peraga ingatan (memory scape), karya Notes on Blindness yang berupa video virtual 360° mempersembahkan sekelumit pengalaman personal dari hilangnya penglihatan yang dialami oleh John Hull dan menuntun khalayak untuk melakukan refleksi terhadap pentingnya peran indra-indra selain mata.

John Hull adalah seorang profesor yang mengumpulkan diari audio tentang pengalamannya setelah kehilangan penglihatannya pada 1983.

Diari ini telah diterbitkan menjadi buku pada 1990.

Setelah wafat pada 2015, diari ini diadaptasi menjadi film dokumenter pendek pada 2016, kemudian menjadi instalasi realitas virtual (VR) berjudul Notes on Blindness.
 
Kurator tamu di kegiatan ini, Jeong Ok Jeon, yang kini berbasis di Jakarta dan aktif terlibat di medan seni rupa kontemporer Asia Tenggara menambahkan pandangannya terhadap karya-karya yang dipamerkan.

“Meski tiap karya dalam pameran ini memiliki elemen sensori yang dominan dan unik antara satu sama lain, untuk memahami keseluruhan konteks setiap karya dengan lebih mendalam, sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa secara alami, beragam indra manusia saling menstimulasi dan mempengaruhi.

"Melalui pengaman multisensori yang diperkaya oleh seni media baru, pameran ini berharap akan ada kesadaran baru terhadap fungsi-fungsi indrawi yang menghubungkan kita dengan peraga media (mediascape),” jelas Jeong Ok Jeon. 

Baca Juga: Hari Kopi Sedunia, Ini 5 Rekomendasi Tempat Wisata Tematik Kopi
 
Hal ini secara khusus amat relevan dengan realitas sekarang di tengah wabah Covid-19, sebuah pandemi yang telah menggeser sudut pandang kita terhadap dunia, dan mempengaruhi medan seni rupa secara signifikan. 

Pameran Mediascape diselenggarakan oleh Salihara dan ARCOLABS serta didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Korean Cultural Center Indonesia, British Council Indonesia dan didukung oleh Korean Institute for Advanced Study.
 
“Seiring dengan dunia seni yang semangat menjelajahi dan menerima media dan teknologi baru, kita juga perlu bersikap kritis pada seni media baru yang berfokus pada pengalaman sensori dan interaksi langsung.

"Walaupun ada banyak keterbatasan, inilah waktu terbaik untuk mengevaluasi cara dan praktik artistik kita terkait proses produksi, presentasi, dan pameran seni rupa dalam konteks pengalaman multiindrawi,” jelas Asikin Hasan.

Untuk mengikuti pameran seni rupa ini atau mendapatkan informasi lebih jauh, silakan klik https://salihara.org.

(*)

3 Waktu yang Tepat untuk Berkunjung ke Vietnam, Cek Pula Destinasinya