Parapuan.co- Sosok Raden Sasnatya atau yang akrab disapa Tya, membagikan prospek berkarier sebagai Interpreter yang tak banyak orang ketahui.
Tya yang pernah menjadi interpreter untuk lembaga imigrasi dan kepolisian, membantah jika profesi ini sama dengan penerjemah.
Pasalnya, banyak yang menyamakan profesi ini dengan profesi penerjemah yang terdengar umum di telinga masyarakat.
"Kalau penerjemah lebih ke dokumen, tulisan, atau teks, sedangkan kalau interpreter itu langsung. Jadi orang ngomong, lalu kita menjelaskan langsung," jelas perempuan lulusan S2 jurusan Bahasa Prancis Universitas Pendidikan Indonesia ini.
Baca juga: Lowongan Kerja di United Nations yang ada Selama September 2021
Melansir dari parapuan.co, profesi sebagai Interpreter cukup menjanjikan meski banyak yang meremehkan.
"Sebenarnya profesi interpreter ini cukup menjanjikan untuk karier. Meski banyak orang-orang yang bilang 'kan kadang-kadang'," ujar Tya.
Ibu satu anak ini juga berbagi cerita mengenai penghasilan interpreter yang lumayan tinggi.
"Dalam satu hari, interpreter bahasa Inggris bisa menghasilkan Rp 3 juta- Rp 6 juta dengan delapan jam kerja. Biasanya meski kurang dari delapan jam, tetap dibayar sehari," cerita ibu satu anak ini.
Tak hanya itu, tingginya tarif sebagai Interpreter atau juru bahasa juga ditentukan dengan kesulitan bahasanya.
"Kalau bahasa Prancis atau Jerman itu bisa Rp 5 juta-Rp 8 juta per hari. Kalau yang lebih susah lagi kayak bahasa Rusia, Mandarin, atau bahasa yang sulit dan jarang, bisa mendapat tarif lebih tinggi lagi," tambahnya.
Selain itu, menjadi interpreter yang handal dan diakui, harus memegang sertifikat internasional.
Untuk mendapat sertifikat internasional tersebut tenyata tidaklah mudah.
"Untuk mendapatkan sertifikat internasional sebagai interpreter, kita harus mengantongi 500 jam kerja. Mendapatkan sertifikat itu sendiri nggak gampang dan nggak murah," ujar Tya.
"Aku sendiri juga belum mempunyai sertifikat itu," lanjutnya.
Tya juga menyampaikan, menjadi seorang interpreter juga ada aturan yang harus dipatuhi.
Baca juga: Sosok Raden Sasnatya, Interpreter Perempuan yang juga Wirausahawan
"Sosok interpreter yang ada di dalam film The Interpreter yang diperankan oleh Nicole Kidman itu sebenarnya melanggar etika karena dia mau membunuh presiden. Sebenarnya itu salah satu hal yang tidak boleh. Makanya ada beberapa pelatihannya untuk tahu mana batas-batas yang boleh kita kasih tahu, mana yang harus kita jaga, mana yang harus kita obrolin di ruangan itu, dan tidak boleh disebarkan," papar ibu satu anak ini.
Sebelum mengakhiri pembicaraan, mantan dosen Bahasa Prancis sekolah fashion ESMOD ini juga membagikan pesan bagi Kawan Puan yang ingin menjadi interpreter.
"Pokoknya tidak menutup diri untuk mengetahui hal atau berita baru. Misalkan, lagi heboh soal k-pop, ya kita harus tahu. Apalagi kalau basicnya bahasa Korea atau sastra Korea. Karenaa kita pasti ditanya 'gimana nih tanggapannya Ty soal presiden Prancis, tragedi ini, atau kejadian dimana'. Kita harus banyak membaca dan melihat berita. Sehingga kalau ditanya, kita sebagai interpreter, nggak blank banget," ujar Tya.
Tya juga berbagi tips agar kita bisa lancar menjadi seorang Interpreter.
"Mungkin bisa mendengarkan orang asing ngomong atau teman dengan kewarganegaraan lain untuk mengobral," tambah Tya.
Nah Kawan Puan, apakah kalian tertarik untuk bekerja menjadi Interpreter? (*)
Artikel ini telah tayang di Parapuan dengan judul Cerita Raden Sasnatya Soal Menariknya Bekerja Sebagai Interpreter