Mengenal Tri Mumpuni, Ilmuwan yang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidroelektronik

Putri Mayla - Rabu, 22 September 2021
Pada seremoni penghargaan di Singapura, Rabu (21/2018) pekan lalu, Tri Mumpuni selaku pendiri Insitut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) dari Indonesia, didaulat sebagai pemenang utama ASEAN Social Impact Awards.
Pada seremoni penghargaan di Singapura, Rabu (21/2018) pekan lalu, Tri Mumpuni selaku pendiri Insitut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) dari Indonesia, didaulat sebagai pemenang utama ASEAN Social Impact Awards. Dok asiaphilanthropycirlce.org

Parapuan.co - Tri Mumpuni merupakan alumnus IPB (Institut Pertanian Bogor) yang dijuluki sebagai 'wanita listrik' ini telah berhasil membangun pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektronik.

Pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektronik tersebut ada di 65 desa yang tersebar di Indonesia.

Saat ini, Tri Mumpuni menjabat sebagai Direktur Eksekutif Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).

Tak heran bila Tri Mumpuni masih ke dalam daftar The World’s 500 Most Influential Muslim 2021 dikeluarkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre beberapa waktu lalu.

Dalam rilis yang diterima PARAPUAN, pada acara Talkshow dan Webinar yang digelar oleh Professional Women’s Week 2021, pada Selasa (21/92021) di sesi pertama bertajuk Menolong Sesama Melalui Wirausaha, Tri Mumpuni menitik beratkan pada dukungan terhadap pemberdayaan perempuan.

Dukungan terhadap permberdayaan pemberdayaan perempuan yang dilakukannya melalui ketersediaan fasilitas dasar bagi mereka untuk mengembangkan diri. 

Baca Juga: Franka Soeria, Orang di Balik Berkembangnya Modest Fashion Indonesia

Menurutnya, teknologi memudahkan perempuan. Contohnya yakni kemudahan memperoleh air bersih dan listrik berbasis energi terbarukan.

"Sehingga pada saat membuat minyak nilam, tak perlu menebang pohon dan untuk membersihkan, airnya selalu ada. Intinya saat mereka mau melakukan sesuatu, modal dasarnya sudah ada,” ungkap Tri Mumpuni.

Menurut Puni, begitu sosok perempuan kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964 ini akrab disapa, pemberdayaan masyarakat akan berhasil apabila keterlibatan mereka tidak sekedar sebagai subjek belaka.

Namun seharusnya masyarakat harus terlibat aktif. 

Sebagai ibu tiga anak, ia memberi contoh konkrit yang terjadi di IBEKA, di mana masyarakat terlibat langsung dalam program penyediaan fasilitas umum yang mereka butuhkan.