Alami Kekerasan Perempuan Berbentuk Verbal, Ini Cara Menghadapinya

Putri Mayla - Selasa, 21 September 2021
Kekerasan pada perempuan dalam bentuk verbal dapat berpengaruh secara emosional.
Kekerasan pada perempuan dalam bentuk verbal dapat berpengaruh secara emosional. fizkes

Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan dalam bentuk verbal merupakan kekerasan yang terjadi melalui kata-kata yang menyakitkan.

Kekerasan ini dapat berpengaruh pada mental seseorang yang mengalaminya.

Terlebih lagi, walau tidak terlihat seperti efek dari kekerasan fisik, kekerasan ini dapat mengganggu emosional dan kerap kali menyebabkan kecemasan, ketakutan, putus asa, hingga depresi pada sebagian orang.

Cara yang bisa dilakukan untuk mengakhiri kekerasan ini adalah dengan melepaskan diri dari pelaku.

Namun jika kamu tidak bisa melepaskan diri dari pelaku sepenuhnya, cara yang bisa dilakukan adalah meminimalisir efek yang didapat dari kekerasan ini.

Baca Juga: Pemicu Terjadinya Kekerasan pada Perempuan dalam Rumah Tangga

Melansir dari Pshycology Today, ini empat cara menghadapi kekerasan pada perempuan berbentuk verbal.

1. Kenali bentuk kekerasan verbal

Kekerasan verbal dapat berbentuk pemanggilan nama dengan kata-kata kasar, dan dalam bentuk luapan kemarahan berupa berteriak dan mencibir.

Bentuk yang lebih sulit dikenali yakni mengejek, meremehkan, dan serangan yang tidak pantas diucapkan melalui kata-kata.

Pada dasarnya, kekerasan verbal dapat merugikan dan mengendalikan orang lain secara emosional.

Jika kekerasan dalam bentuk kata-kata pelaku terus-menerus menyakiti, bisa jadi kamu berada dalam hubungan yang tidak sehat.

 

2. Membuat pelaku sadar

Setelah kamu mengenali kekerasan pada perempuan dalam bentuk verbal, selanjutnya kamu dapat membuat pelaku sadar.

Buat pelaku sadar bahwa mereka melakukan kekerasan verbal.

Tetapi, cara ini bisa saja tidak berhasil karena pelaku tidak mau mengubah dirinya untuk berhenti melakukan kekerasan verbal, atau bahkan tidak menyadari apa yang ia lakukan adalh bentuk kekerasan.

Jika kamu adalah target kekerasan verbal, jangan hiraukan apa yang dikatakan. Sebisa mungkin untuk tidak mendengarkannya.

Alih-alih menggunakan logika dengan pelaku, gunakan suara tegas untuk menghentikan apa yang pelaku lakukan, misalnya 'Hentikan!'.

Baca Juga: Kenali Tanda Kekerasan pada Perempuan dalam Hubungan Pacaran

3. Hindari pelaku

Dalam beberapa kasus kekerasan verbal yang parah, temukan cara untuk mengatasinya.

Berusaha untuk melepaskan diri dari pelaku dan menjadi mandiri.

Untuk menjaga kesehatan emosional dan fisik, luangkan waktu untuk menjauhi pelaku.

Misalnya dengan bertemu teman, mengajak anak-anak ke taman, dan menyibukkan diri dengan beberapa projek yang bisa dikerjakan.

Pada sebagian kasus kekerasan dalam bentuk kata-kata, penyintas belum bisa melepaskan diri sepenuhnya dari pelaku. Maka, cara ini bisa menjadi alternatif, yakni dengan menghindari pelaku.

4. Ceritakan pada orang yang tepat

Kekerasan verbal memang tidak meninggalkan bekas pada fisik, namun sulit bagi orang lain untuk mengetahui apa yang sedang kamu alami.

Sementara itu, pelaku kerap kali melakukan kekerasan verbal secara tertutup dan cenderung tidak dapat menutupinya dengan baik.

Karena kamu tidak memiliki bukti kekerasan yang tidak terlihat, berhati-hati saat menceritakannya ke orang lain.

Kamu mungkin ragu bahwa orang lain mempercayai kamu, atau malah kamu bercerita pada orang yang tidak tepat.

Baca Juga: Mengenal Silent Treatment, Kekerasan Pada Perempuan dalam Emosional

Alih-alih mendapat solusi, bercerita pada orang yang tidak tepat dapat membuat kamu menjadi berpikir bahwa kesalahan ada pada dirimu bukan pada pelaku.

Nah jangan sampai hal ini menghalangi kamu untuk mencari orang yang tepat untuk meminta bantuan.

Orang yang tepat dapat kamu percaya untuk mencari solusi atas permasalahan yang tengah kamu hadapi.

Ketahui saat kamu benar-benar membutuhkan bantuan dan mendapatkan dukungan dari orang lain.

Orang yang bisa kamu minta bantuan bisa dari teman terpercaya, anggota keluarga, dan professional yang berpengalaman dalam menangani masalah kekerasan pada perempuan berbentuk verbal dan emosional.

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh