Zarifa Ghafari, Walikota Perempuan di Afghanistan yang Jadi Incaran Militan Taliban

Dinia Adrianjara - Rabu, 18 Agustus 2021
Zarifa Ghafari walikota perempuan di Afghanistan
Zarifa Ghafari walikota perempuan di Afghanistan

Parapuan.co - Konflik yang terjadi di Afghanistan turut berdampak buruk bagi perempuan, anak-anak dan keluarga.

Sejak awal pekan ini ibukota Afghanistan, Kabul, dikuasai oleh kelompok bersenjata Taliban yang ingin menguasai pemerintahan.

Akibatnya, banyak warga Afghanistan berupaya kabur dari negaranya.

Salah satu perempuan berpengaruh yang menjadi incaran militan Taliban adalah Zarifa Ghafari. Ia adalah salah satu wali kota perempuan pertama di Afghanistan.

Dalam sebuah pernyataan, Zarifa Ghafari mengatakan bahwa dia sedang menunggu Taliban untuk datang dan membunuhnya.

Baca Juga: Melihat Kondisi Perang Afghanistan di Masa Lalu Lewat 4 Rekomendasi Buku Ini

"Saya duduk di sini menunggu mereka datang. Tidak ada yang membantu saya atau keluarga saya.

"Saya hanya duduk bersama mereka dan suami saya. Dan mereka (Taliban) akan datang untuk orang seperti saya dan membunuh saya.

"Saya tidak bisa meninggalkan keluarga saya. Lagi pula, ke mana saya bisa pergi," ujar Zarifa kepada salah satu surat kabar Inggris via Sydney Morning Herald.

Ghafari adalah walikota termuda di Afghanistan dan perempuan pertama yang menjabat di Maidan Shar, di Provinsi Wardak.

Perempuan berusia 29 tahun itu memang sudah tak asing dengan ancaman pembunuhan.

Terhitung sudah tiga kali dia diancam akan dibunuh, namun upaya itu digagalkan oleh pihak keamanan.

Baca Juga: Konflik Afghanistan, 15 Orang Warga Negara Indonesia Dipastikan Aman

Zarifa Ghafari
Zarifa Ghafari

Pada usia 26 tahun, Ghafari menjadi salah satu walikota perempuan pertama di kota konsevatif Maidan Shar.

Dia sempat dilarang menjabat selama sembilan bulan, lantaran menuai protes dan ancaman oleh politisi lokal.

Alasannya, karena usianya yang masih muda dan ia adalah seorang perempuan.

Meskipun ada gubernur dan walikota perempuan sebelumnya di Afghanistan, namun dia adalah salah satu dari sedikit perempuan yang pernah menjabat kursi pemerintahan di kota Maidan Shar, yang sangat konservatif.

Baca Juga: Dikenal Punya Strategi Cerdas, Ini Kisah Nyi Ageng Serang Panglima Perang Diponegoro

November 2020 lalu, ayahnya Jenderal Abdul Wasi Ghafari, ditembak mati di depan rumahnya beberapa hari setelah upaya pembunuhan Taliban atas keluarganya.

"Taliban membunuh ayah saya hanya karena dia bekerja untuk pemerintah Afghanistan, hanya karena dia seorang tentara.

"Mereka membunuhnya hanya karena dia berjuang untuk bangsa dan negara kami. Mereka membunuhnya hanya karena dia adalah ayahku, ayah dari seorang gadis yang berjuang untuk bangsanya," ujar Ghafari.

Setelah sang ayah meninggal, ia harus menghidupi enam saudara kandung dan ibunya.

Sebagai anak sulung, ia mengaku bertangguna jawab untuk memberi makan dan menjamin kehidupan keluarganya.

Kini, Ghafari bekerja di Kementerian Pertahanan di Kabul, menjabat sebagai Direktur Departemen Dukungan Ibu, Korban dan Tawanan Perang di Kementerian Pertahanan Afghanistan.

Baca Juga: Berperan dalam Kemerdekaan, 5 Pahlawan Perempuan Indonesia Ini Turut Terjun ke Medan Perang

(*)

Sumber: Sydney Morning Herald
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara