Perjalanan Fatmawati Soekarno dalam Kemerdekaan Republik Indonesia

Vregina Voneria Palis - Selasa, 17 Agustus 2021
Peran Fatmawati Soekarno untuk Kemerdekaan
Peran Fatmawati Soekarno untuk Kemerdekaan Kompas

Parapuan.co - Kawan Puan, ada banyak peran perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, salah satunya Fatmawati Soekarno.

Nama Fatmawati Soekarno memang identik dengan Bendera Merah Putih Indonesia yang pertama, namun bantuan Fatmawati untuk Kemerdekaan Indonesia lebih dari itu.

Ya, Fatmawati Soekarno, istri Presiden pertama Indonesia adalah sosok di balik bendera Merah Putih yang berkibar saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.

Atas jasanya menjahit Bendera Indonesia, saat ini Fatmawati Soekarno dikenal dengan kisahnya menjahit Sang Saka Merah Putih.

Namun demikian, peran Fatmawati Soekarno lebih dari sekadar menjahit Bendera Indonesia, Kawan Puan.

Baca Juga: Ikut Perang Lawan Belanda di Usia 17 Tahun, Ini Kisah Martha Christina Tiahahu

Melansir dari situs Kompas, kontribusinya dalam perjuangan tak hanya sekadar menjahit bendera.

Perempuan bernama asli Fatimah tersebut memang tidak bertempur di garis depan dalam perperangan, namun sosoknya memberi kontribusi nyata untuk Kemerdekaan Indonesia.

Dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, peran Fatmawati adalah membantu Soekarno dengan memberikan ide serta dukungan.

Melansir dari Tribunnews, sebagai ibu negara, Fatmawati juga senantiasa menyiapkan dan memberikan ransum untuk pejuang di pasukan terdepan pertempuran.

Bukan hanya itu, perempuan kelahiran 5 Februari 1923 ini juga sering menjadi orator untuk menyemangati rakyat dan pejuang yang sedang berusaha merebut kemerdekaan Indonesia.

Mengenal Fatmawati Soekarno

Fatmawati Soekarno dilahirkan di Bengkulu dengan dua nama yang akan diberikan kepadanya, yaitu Fatimah yang berarti bunga teratai dan Siti Djabaidah, yang diambil dari nama salah satu istri Nabi Muhammad SAW.

Kedua nama itu ditulis pada dua carik kertas lalu digulung dan diundi.

Pilihan pun jatuh kepada nama Fatimah, nama yang kita kenal sampai saat ini, Kawan Puan.

Baca Juga: Sempat Gagal Jadi Paskibraka 2016, Gloria Hamel Kini Punya Prestasi

Melansir dari Kompas, Fatmawati bertemu dengan Bung Karno pertama kali pada tahun 1938.

Saat itu, Fatmawati diajak oleh ayahnya Hassan Din untuk menemui Bung Karno yang tengah dibuang ke Bengkulu.

"Masih kuingat aku mengenakan baju kurung merah hati dan tutup kepala voile kuning dibordir," kata Fatmawati saat melukiskan pertemuan pertamanya itu dalam buku yang ditulisnya, Catatan Kecil Bersama Bung Karno (1970).

Pada tahun 1943 lah, Fatmawati menikah dengan Bung Karno.

Kisah Menjahit Bendera

Terhitung satu tahun setelah pernikahan Fatmawati dan Presiden Soekarno, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.

Fatmawati kemudian berpikir bahwa Indonesia memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan 56.

"Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001.

"Barang-barang eks impor semuanya berada di tangan Jepang, dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.

Baca Juga: Ini Kisah dan Perjuangan 5 Anggota Perempuan Paskibraka Nasional 2021

Namun berkat bantuan Shimizu, orang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia, Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah dan putih.

"Berulangkali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu.

"Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah putih. Saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja.

"Sebab dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit," kata Fatmawati dalam buku Berkibarlah Benderaku, Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka karya Bondan Winarno.

Meninggal Dunia

Kawan Puan, Fatmawati meninggal dunia pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur akibat serangan jantung.

Saat itu Fatmawati sedang dalam perjalanan pulang setelah melangsungkan ibadah umrah di tahun 1980.

Atas jasa-jasa Fatmawati Soekarno, gelar pahlawan nasional dari pemerintah disematkan padanya di tahun 2000, dua puluh tahun setelah wafatnya.(*)

Baca Juga: Sempat Diragukan Banyak Orang, Mimpi Masa Kecil Apriyani Rahayu Kini Jadi Nyata 

Sumber: tribunnews,Kompas
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami