Ikut Perang Lawan Belanda di Usia 17 Tahun, Ini Kisah Martha Christina Tiahahu

Tentry Yudvi Dian Utami - Selasa, 17 Agustus 2021
ilustrasi Martha Christina Tiahahu
ilustrasi Martha Christina Tiahahu DOK. NATIONAL GEOGRAPHIC

Parapuan.co - Sebagai pahlawan perempuan Kemerdekaan Republik Indonesia, nama Martha Christina Tiahahu rasanya tak bisa kita lupakan.

Martha Christina Tiahahu merupakan sosok panglima perang yang sempat melawan tentara Belanda pada saat masa penjajahan.

Melansir National Geographic, Martha Christina Tiahahu terjun langsung melawan tentara Belanda di usianya yang masih 17 tahun di Pulau Nusalaut.

Perempuan kelahiran 4 Januari 1800 di Desa Abubu, Nusalaut ini bahkan tak kenal takut untuk melawan tentara Belanda pada masa penjajahan.

Baca Juga: Sosok Febriti Nur Tsabitah, Pengibar Bendera Merah Putih di Upacara HUT Ke-76 RI

Walaupun masih remaja, namun anak dari
Kapitan Paulus Tiahahu, dikenal baik di kalangan pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dia bahkan dianggap sebagai remaja perempuan pemberani dan konsisten merebut kekuasaan Republik Indonesia.

Martha biasanya disapa juga disebut srikandi di Tanah Maluku atas perjuangannya.

Perjuangan Martha Christina Tiahahu merebut kekuasaan dimulai dari dirinya mengikuti perang bersama Kapitan Pattimura.

Gayanya dalam berperang dengan masih mengurai rambut panjangnya serta adanya ikatan kepala sehelai benang merah menjadi ikon Martha Christina Tiahahu dalam perang melawan penjajahan.

Dia mengikuti perang bersama Kapittan Pattimura untuk melawan tentara di pulau Saparua tepatnya didesa Ouw, Ullath.

Dalam bertempur, Martha merupakan sosok yang membakar semangat para pasukan Nusa Laut untuk menghancurkan musuh, tanpa kenal takut sekalipun.

Dia dengan berani berdiri di antara tentara laki-laki yang sedang menghadang tentara Belanda.

Martha Christina Tiahahu pun berhasil membunuh seorang pemimpin Belanda, yang memberikan sorak ramai bergembira oleh masyarakat pribumi.

Kematian pemimpin Belanda itu rupanya membuat penjajah jadi semakin brutal menyarang rakyat Maluku.

Baca Juga: Biasa Antar Beras, Ini Kisah Qyara Maharani Lolos jadi Paskibraka Nasional 2021

Sampai pada 12 Oktober 1817, pemerintah Belanda yang dipimpin Vermeulen Kringer kembali memberikan perintah untuk menyerang rakyat Indonesia di Maluku.

Sayangnya pertempuran ini kembali sengit sehingga Martha beserta pejuang lainnya pun tertangkap dan dibawa ke dalam kapal Eversten.

Di sinilah, Martha bertemu kembali dengan Kapitan Pattimura.

Martha Christina Tiahahu pun diinterogasi, namun lantaran usianya masih muda dia dibebaskan oleh penjajah Belanda.

Sayangnya, Martha Christina Tiahahu dipaksa untuk bekerja di perkebunan kopi selama perjalanan kapal Eversten.

Dia pun memberontak untuk melawan Belanda dalam perjalanan menuju ke Pulau Jawa.

Martha bahkan memilih untuk menolak makan sehingga dia pun jatuh sakit.

Tapi, dia tetap menolak pengobatan.

Akhirnya, pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu meninggal dunia karena penyakitnya.

Baca Juga: Bukan HUT RI Ke-76, Ini Penulisan dan Ungkapan Tepat Merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia

Jenazahnya pun disemayamkan dengan penghormatan militer di Laut Banda.

Sejak itu, Martha Christina Tiahahu pun diakui sebagai Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Jejaknya sebagai pahlawan juga baru diresmikan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 20 Mei 1969, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969.

Jasanya yang begitu besar untuk Maluku juga membuat pemerintah Maluku akhirnya mendirikan monumen untuk mengenang jasa Martha Christina Tiahahu.

Sungguh menginspirasi ya, Kawan Puan!(*)