Film 3 Srikandi: Dukungan Sesama Perempuan Jadi Kunci Medali Olimpiade Pertama Indonesia

Alessandra Langit - Sabtu, 7 Agustus 2021
Film 3 Srikandi ceritakan dukungan antar perempuan dalam sebuah tim hingga berhasil dapatkan emas Olimpiade.
Film 3 Srikandi ceritakan dukungan antar perempuan dalam sebuah tim hingga berhasil dapatkan emas Olimpiade. MVP Pictures

Parapuan.co - Kemenangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020 untuk cabang olahraga bulu tangkis ganda putri menjadi sejarah baru bagi Indonesia.

Perjuangan Greysia dan Apri sebagai sebuah tim membuktikan pada masyarakat Indonesia bahwa dukungan antar perempuan bisa menjadi sebuah kekuatan tersendiri.

Greysia dan Apri menjadi tim bulu tangkis ganda putri pertama yang meraih medali emas, namun mereka bukanlah satu-satunya tim perempuan Indonesia yang berhasil membawa pulang medali Olimpiade.

Pada tahun 1988, tiga pemanah perempuan Indonesia berhasil membawa pulang medali pertama Indonesia dari ajang Olimpiade setelah 36 tahun mengikutinya.

Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani mendapatkan julukan 3 Srikandi Indonesia berkat medali perak yang diraih untuk cabang olahraga panahan beregu putri.

Baca Juga: Film I, Tonya: Saat Bakat dan Ambisi Tak Cukup untuk Bawa Atlet Tonya Harding ke Olimpiade

Kisah perjuangan mereka kembali dikenang lewat film 3 Srikandi karya Iman Brotoseno yang dirilis pada tahun 2016 lalu.

Film tersebut pun kini masih dapat ditonton di layanan streaming Vidio.

Film 3 Srikandi dibintangi oleh Bunga Citra Lestari sebagai Nurfitriyana atau Yana, Chelsea Islan sebagai Lilies Handayani, dan Tara Basro sebagai Kusuma Wardhani.

3 Srikandi mengikuti perjalanan ketiga pemanah perempuan Indonesia tersebut menuju Olimpiade Seoul 1988 dengan pelatih mereka yaitu legenda panahan Indonesia yang sempat menghilang, Donald Pandiangan (Reza Rahardian).

3 Srikandi tersebut memiliki latar belakang berbeda dan berangkat menuju Pelatihan Nasional (Pelatnas) dengan beban yang dibawa masing-masing.

Yana, mewakili DKI Jakarta, adalah seorang mahasiswa. Ia tidak disetujui oleh ayahnya untuk berangkat ke Pelatnas karena ayahnya ingin Yana fokus menyelesaikan skripsi.

Lilies, mewakili Jawa Timur, didukung penuh oleh orang tuanya, namun pikirannya gusar karena perjodohan yang direncanakan ibunya, padahal Lilies sudah memiliki kekasih yang juga seorang atlet.

"Kamu kan perempuan, kalau mau jadi atlet berarti harus punya suami yang kaya, kan enak nanti hidupmu," bunyi dialog Ibu dari Lilies.

Kusuma, mewakili Sulawesi Selatan, juga tidak didukung oleh ayahnya yang ingin putrinya itu menjadi seorang PNS.

Baca Juga: Film Moxie: Arti Gerakan Women Support Women Sesungguhnya dalam Perjuangan Melawan Sistem Patriarki

Saat tiba di Pelatnas, mereka harus dilatih Donald yang sangat keras dan disiplin. Latihan mereka pun bak pelatihan militer.

Berjuang bersama selama berbulan-bulan membuat persahabatan 3 Srikandi menjadi sangat kuat, tiada hari tanpa dukungan untuk satu sama lain.

Waktu menuju olimpiade semakin dekat, tetapi para 3 Srikandi ini pun memiliki masalah rumitnya masing-masing.

Yana yang semakin dekat dengan sidang skripsinya, Kusuma yang dimabuk asmara dengan pelatih tim panahan pria, dan Lilies yang baru saja kehilangan ibunya membuat performa mereka menurun.

Mereka di bawah ancaman tidak akan diberangkatkan sama sekali ke Olimpiade dan dorongan dari Donald membuat mereka sadar bahwa apa yang mereka punya adalah dukungan untuk satu sama lain.

Belum lagi adanya sikap misoginis dari organisasi olahraga yang meremehkan pemanah perempuan.

Sebagai perempuan yang saat itu dianggap tidak seunggul laki-laki dalam bidang olahraga, ketiga Srikandi Indonesia tersebut mampu kembali bangkit dan bertekad untuk membawa bendera Indonesia naik ke podium.

Mengerti satu sama lain dan berada di bawah stigma yang sama membuat ketiga karakter dalam film ini menjadi lebih kuat.

Dalam montase adegan-adegan pelatihan mereka, film ini berhasil mengajak penonton untuk merasakan kekuatan yang dari kebersamaan dan kerjasama antar perempuan dalam menghadapi berbagai rintangan.

Donald menempatkan latihan mereka di hutan, tebing, hingga pantai, dan mereka harus bertarung dengan banyak hambatan di medan latihan tersebut.

Adegan di pantai menunjukkan siluet ketiga Srikandi Indonesia, layaknya ada tiga tokoh wayang Srikandi yang beraksi dengan panah yang tertuju pada matahari, memberi perasaan haru kepada penonton.

Yana, Lilies, dan Kusuma akhirnya berangkat ke Olimpiade, tanpa dukungan dari orang-orang yang mereka cintai, hanya ada dukungan dari satu sama lain.

Gagal di nomor individu, kesempatan terakhir sebagai regu untuk meraih medali membuat mereka semakin menyatu dan menguatkan ikatan mereka sebagai sebuah tim.

Baca Juga: Film Little Miss Sumo: Mengulik Kisah Hiyori Kon Pesumo Perempuan Amatir dari Jepang

"Kita bersama untuk Indonesia, mereka semua mendoakan kita, hanya dengan ini kita bisa membalasnya. Kita harus kompak dan teguh. Srikandi-srikandi Indonesia," bunyi dialog Yana sebagai motivasi hingga mereka meraih perak.

Film 3 Srikandi adalah catatan sejarah kemenangan atlet perempuan Indonesia yang diremehkan dan berangkat tanpa dukungan dari orang-orang sekitar.

Film ini memberikan gambaran bagaimana persahabatan dan ikatan antar perempuan dapat menjadi sebuah kekuatan yang magis dan mampu mendobrak segala stigma.

Greysia dan Apri mengangkat kembali semangat dan pembuktian 3 Srikandi yang telah lama tenggelam.

Perempuan Indonesia kembali mencetak sejarah dan menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya yang duduk dan menonton dengan mimpi yang sama besarnya. (*)

Sumber: IMDb
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania