Penemu Vaksin AztraZeneca Sarah Gilbert Jadi Inspirasi Model Boneka Barbie

Dinia Adrianjara - Rabu, 4 Agustus 2021
Penemu vaksin AstraZeneca Sarah Gilbert dan boneka barbie yang terinspirasi dirinya.
Penemu vaksin AstraZeneca Sarah Gilbert dan boneka barbie yang terinspirasi dirinya.

Parapuan.co - Perusahaan yang memproduksi boneka Barbie, Mattel, menjadikan ilmuwan di balik vaksin Covid-19 AstraZeneca, Prof Dame Sarah Gilbert, sebagai model untuk boneka Barbie.

Prof Sarah Gilbert menjadi salah satu ilmuwan yang dianggap menginspirasi generasi mendatang. Vaksin temuannya hingga kini sudah dikirim ke lebih dari 170 negara.

Dilansir dari BBC, Prof Sarah Gilbert pada mulanya mengakui merasa sangat 'aneh' dengan boneka Barbie yang terinspirasi dari dirinya itu. Namun ia berharap, bonekanya bisa menginspirasi anak-anak secara luas.

"Keinginan saya adalah boneka saya akan menunjukkan kepada anak-anak, tentang karier yang mungkin tidak mereka sadari. Seperti ahli vaksin," ujarnya, dikutip dari BBC.

Ia juga berharap boneka Barbie tersebut dapat menginspirasi generasi perempuan untuk berkarier dalam bidang Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM).

Baca Juga: Mengenal Sarah Gilbert, Penemu Vaksin AstraZeneca yang Enggan Ambil Hak Paten

"Saya berharap anak-anak yang melihat Barbie saya akan menyadari betapa pentingnya karir dalam sains, untuk membantu dunia di sekitar kita," ungkap Prof Sarah Gilbert.

Selain Prof Sarah Gilbert, Mattel juga membuat 5 Barbie lainnya, untuk menghormati perempuan yang bekerja di bidang STEM.

Salah satunya adalah seorang petugas medis asal Australia bernama Dr Kirby White, yang membantu membuat Alat Pelindung Diri (APD) yang dapat digunakan kembali untuk petugas kesehatan.

Boneka Barbie juga dibuat untuk menghormati seorang tenaga kesehatan Amerika Serikat Amy O'Sullivan dan Dr Audrey Cruz, dokter asal Kanada dan juru kampanye Dr Chika Stacy Oriuwa, serta peneliti biomedis Brasil Dr Jaqueline Goes de Jesus.

Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm

Sumber: BBC
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara