Tempat Tidur RS Rujukan Covid19 Jakarta Mulai Kosong, Tetap Waspada Varian Delta!

Sarah D. Ekaputri - Rabu, 4 Agustus 2021
Tempat tidur di RS rujukan Covid-19 Jakarta mulai kosong.
Tempat tidur di RS rujukan Covid-19 Jakarta mulai kosong. onurdongel

Parapuan.co - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan oleh pemerintah demi menekan laju penyebaran Covid-19 pascalibur lebaran lalu tampaknya mulai menampakkan hasil.

Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu menuturkan pada KOMPAS.com (23/6/2021), jika ada peningkatan kasus Covid-19 pascaliburan Natal dan Tahun Baru.

Peningkatan penyebaran penyakit ini juga dipicu oleh masuknya Covid-19 varian baru, yakni varian Delta.

Varian Delta ini pun diketahui menular lebih cepat dibanding Covid-19 varian Wuhan dan varian Alfa.

Baca Juga: 5 Hal Tentang Virus Covid-19 Varian Delta yang Wajib Diketahui

Kabar baiknya, sejak diberlakukannya PPKM darurat, angka pertumbuhan kasus di Indonesia yang sebelumnya meroket, perlahan mulai melandai.

Mengutip laporan dari Tribunnews, bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta terus mengalami penurunan.

Kapasitas tempat tidur isolasi yang terisi pada Senin (2/8/2021), dilaporkan mencapai 56 persen atau 6.367 dari total 11.608 unit.

Di sisi lainnya, tempat tidur di ruang ICU terisi 79 persennya atau 1.295 dari total 1.546 tempat tidur.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, di kesempatan yang sama juga mengungkapkan kabar gembira lainnya, bahwa tingkat kesembuhan pasien Covid-19 terus naik.

Tingkat kesembuhan saat ini bahkan mencapai 96,6 persen.

Sebaliknya, tingkat kematian pasien Covid-19 pun ikut menurun menjadi 1,5 persen.

Kabar gembira ini tentu menjadi harapan baru bagi masyarakat, terutama di DKI Jakarta, yang mengharapkan PPKM agar segera berakhir.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang hingga 9 Agustus Mendatang, Ini Aturan Lengkapnya

Namun, tentu saja kita belum boleh lengah dengan pandemi yang masih belum kunjung berakhir ini.

Mengingat Covid-19 varian Delta yang disebut-sebut lebih ganas dari varian pendahulunya, tampaknya kita belum diizinkan untuk menurunkan tingkat kewaspadaan.

Menurut epidemiolog WHO, Dr Maria Van Kerkhove, dalam podcast WHO's Science in 5 on Covid-19, varian Delta adalah varian baru Covid-19 yang kini tengah menjadi perhatian WHO karena cepatnya transmisi virus ini.

Hingga saat ini, varian Delta dilaporkan telah menyebar ke 96 negara di dunia, dan mungkin saja penyebarannya akan terus berlangsung.

Dr Maria Van Kerkhove menambahkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penularan Covid-19 varian Delta di dunia.

Pertama, yang pertama adalah varian-varian lainnya yang menjadi perhatian WHO, termasuk varian Delta.

Kedua, tingkat mobilitas dan sosial saat ini sudah lebih tinggi, sehingga kontak antarindividu pun ikut meningkat.

Ketiga, adanya relaksasi dan strategi penanganan kesehatan dan sosial masyarakat yang kurang tepat.

Dan keempat, distribusi vaksin yang masih belum merata.

Apa lagi, hingga saat in, cakupan vaksinasi dosis pertama saja baru mencapai 22,59 persen.

Artinya, kita semua masih rentan terhadap infeksi dan ancaman kematian akibat Covid-19.

Karenanya, Dr Van Kerkhove menganjurkan untuk terus mematuhi panduan lokal yang dikeluarkan di setiap daerah.

Kita diminta untuk tidak lengah, dan mengerahkan semua kemampuan untuk menjaga diri dan mengikuti informasi terbaru.

Maka dari itu, Kawan Puan jangan sampai kendor dalam pelaksanaan 5M, ya!

 

(*)

 

Sumber: Kompas.com,WHO,Tribun News
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati

3 Cara Menjaga Kesehatan Tubuh Selama Menjalankan Ibadah Haji di Tanah Suci