Limbah Skincare dan Kosmetik Kian Mengancam, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Citra Narada Putri - Selasa, 27 Juli 2021
Lebih dari 50 persen produk kosmetik menggunakan kemasan plastik yang tidak bisa didaur ulang.
Lebih dari 50 persen produk kosmetik menggunakan kemasan plastik yang tidak bisa didaur ulang. Getty Images/iStockphoto

Ubah Gaya Hidup

Dari perspektif konsumen, disarankan oleh Aretha kita perlu mengubah gaya hidup untuk tak lagi bisa bersikap konsumtif.

Cara mudahnya, ia menyarankan kita untuk memakai produk skincare atau kosmetik yang berkualitas baik, namun tak perlu dalam jumlah banyak.

“Jadi lebih sustainable, terapkan quality over quantity,” ujarnya mengingatkan.

Aretha juga menyarankan kita tak selalu harus mengikuti tren kecantikan yang ada, misalnya seperti tren 10 step Korean skincare yang pernah viral.

Menurutnya, cara ini mendorong kita lebih boros menggunakan produk yang juga berkontribusi pada penambahan limbah kemasan skincare atau kosmetik.

Baca Juga: Ini 12 Tren Kecantikan Korea di 2021 yang Patut Dicoba Menurut Ahli

“Untuk skincare pun kita bisa fokus pada produk yang bagus. Tidak apa mahal sedikit, tapi tidak perlu layering banyak-banyak,” papar Aretha.

Cara lain yang juga bisa kita lakukan untuk mengatasi limbah kosmetik adalah menjual kembali skincare atau make up yang sudah tidak terpakai atau belum habis.

“Sekarang kan sudah ada platform seperti Carousell. Kita bisa jual yang preloved tapi masih aman dipakai,” ujarnya lagi.

Di sisi lain, kita juga bisa mulai beralih menggunakan kosmetik atau skincare dengan kemasan yang ramah lingkungan atau membeli produk isi ulang.

Intinya, kita perlu menemukan solusi alternatif agar kemasan produk tersebut tidak berakhir di TPA dan membebaninya.