Bahaya! Begini Dampak Body Shaming pada Anak Menurut Psikolog

Ericha Fernanda - Sabtu, 24 Juli 2021
Dampak body shaming pada anak.
Dampak body shaming pada anak. anurakpong

Parapuan.co - Orang tua sering tidak menyadari telah melakukan body shaming kepada anak dengan dalih untuk kebaikan mereka. 

Meski masih kecil dan dianggap belum mengerti penampilan, body shaming pada anak bisa berpotensi menimbulkan rendahnya harga diri.

Lebih jauh lagi, body shaming pada anak bisa menjadi awal dari gejala depresi di masa depan.

Contoh body shaming pada anak, orang tua mungkin pernah mengatakan bahwa anaknya terlalu gendut, punya kulit gelap, rambutnya kering dan tidak lurus, bermata sayu, dan masih banyak lagi ungkapan sejenisnya.

Kalimat yang terlalu menyudutkan fisik sang anak secara tidak langsung akan menyakiti hatinya. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk orang tua menerima bagaimana pun keadaan anak tanpa terkecuali dan mencintainya tanpa syarat.

Dra. Mira Amir, Psikolog Anak dan Keluarga di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), menjelaskan jika body shaming memiliki dampak yang fatal pada anak, salah satunya depresi.

“Dampak fatalnya bisa sampai depresi pada usia berikutnya. Misalnya anak berusia 5 tahun mendapatkan body shaming, maka saat remaja atau dewasa bisa menunjukkan gejala depresi,” kata Mira.

 

Baca Juga: Menjadi Teladan Body Positivity bagi Buah Hati, Bagaimana Caranya?

 

Mira menambahkan kalau body shaming pada anak menjadikan body image atau citra tubuhnya menjadi terganggu. Anak bisa tidak percaya diri dengan tubuhnya karena sudah dianggap jelek. 

Keraguan anak akan tubuhnya sendiri yang tidak sesuai dengan lingkungan juga bisa muncul hingga ia memiliki citra tubuh yang buruk.

Bagaimana Jika Anak Punya Citra Tubuh yang Buruk?

Anak dengan citra tubuh yang buruk biasanya memiliki kepercayaan diri yang rendah. 

“Mereka tidak memiliki self-esteem yang positif,” jawab Mira.

Self-esteem adalah harga diri, martabat diri, atau gambaran diri dan penilaian keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.

Mira melanjutkan jika harga diri seorang anak buruk karena body shaming, maka sangat mungkin gejala lain akan timbul.

Anak akan mengalami gangguan kecemasan, penolakan diri, rendah diri, tidak percaya diri saat melakukan berbagai hal. 

Lebih jauh lagi, anak bisa menarik diri dari lingkungan luar bahkan melakukan self-harm atau melukai diri sendiri. 

“Ketika gejala tersebut tidak ditangani dengan benar, maka akan meningkatkan gejala depresi yang lebih lanjut lagi,” tambahnya.

Berdasar pengalaman Mira, kasus body shaming terhadap anak berangkat dari bagaimana sikap orang tua dalam menerima kondisi anaknya sedari awal.

Baca Juga: Menurut Ahli, Begini Cara Berbicara dengan Anak Laki-Laki tentang Body Positivity

Cara Meningkatkan Harga Diri Anak

Sebagai orang tua, menerima dan mencintai anak tanpa syarat adalah prinsip utama dalam pengasuhan.

Tak hanya fokus pada penampilan, tetapi sopan santun, kecerdasan emosional, intelektual, spiritual, dan welas asihnya pada sesama wajib kita asah dan apresiasi. 

“Kegiatan untuk meningkatkan harga diri anak diawali dengan kegiatan bersama dengan orang tua. Jadi orang tua tidak sibuk dengan urusannya sendiri,” ujar Mira.

Ia menerangkan bahwa orang tua harus mengambil kesempatan quality time secara rutin bersama anak, apa pun kegiatannya. 

Dengan adanya quality time, orang tua diharapkan mampu memahami anaknya mulai dari aspek kebutuhan, gaya berkomunikasi, gambaran kepribadian, dan karakter anak itu sendiri.

“Anak-anak itu perlu bermain dan tidak hanya belajar, apalagi masa pandemi ini menyebabkan kesempatan mereka bermain menjadi terbatas,” tambahnya.

Terakhir, Mira menyarankan agar orang tua mau memberi kesempatan pada anak untuk bermain sesuka hati mereka.

Bermain asal masih dalam batas wajar bermanfaat karena sebagai hiburan dan meningkatkan kreativitas anak.

(*)

Baca Juga: 4 Tips Mengajarkan Body Positivity pada Anak Balita Menurut Ahli