Kesetaraan Hubungan Antara BTS dan ARMY Ciptakan Aktivisme Fandom

Alessandra Langit - Minggu, 11 Juli 2021
BTS ciptakan kesetaraan dengan penggemarnya, ARMY
BTS ciptakan kesetaraan dengan penggemarnya, ARMY Dok. Big Hit Entertainment

Parapuan.co - Bangtan Sonyeondan atau BTS adalah boyband asal Korea Selatan yang memulai debutnya pada bulan Juni tahun 2013.

Satu bulan setelahnya, tepatnya pada tanggal 9 Juli 2013, BTS meresmikan nama ARMY sebagai panggilan untuk kelompok penggemarnya.

Sejak saat itu sampai sekarang, ARMY terus berkembang secara jumlah maupun gerakan sebagai sebuah komunitas.

Pada tanggal 10 Juli 2021, BTS ARMY Help Center Indonesia merayakan hari jadi ARMY dengan mengadakan diskusi dengan Dr. Lee Jiyoung, seorang profesor filosofi dan penulis buku BTS, Art Revolution.

Bersama-sama dengan ARMY yang mengikuti diskusi, Lee Jiyoung membicarakan soal aktivisme dan gerakan ARMY, serta dampak sosial yang begitu besar.

Berbeda dengan fandom lain, ARMY secara konsisten bergerak sebagai kelompok filantropi dan aktivis yang menyumbangkan banyak energi dan pikiran untuk perubahan sosial.

Baca Juga: Mayoritasnya Perempuan, Komunitas BTS ARMY Indonesia Hadapi Komentar Bias Gender

Dr. Lee Jiyoung menganalisis gerakan ARMY dengan konsep revolusi Rhizoma atau rimpang, yaitu perkembangan tumbuhan yang menjalar di bawah permukaan tanah serta dapat menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas-ruasnya yang berkembang tersebut.

Hubungan ARMY dan BTS tidaklah seperti hubungan idola dan penggemar pada umumnya yang berbentuk struktur hierarkis vertikal, mereka bertumbuh bersama secara horizontal, setara, seperti revolusi Rhizoma atau rimpang.

"Pertumbuhan pertama adalah ARMY selalu memperhatikan identitas komunitas. ARMY sebagai kelompok yang berusaha melindungi BTS dari diskriminasi dan perlakuan tidak adil industri kepada mereka," ungkap Lee Jiyoung.

Tahun 2017 merupakan tahun pertama BTS mulai berkarier di industri mainstream dunia.

Mereka memantapkan diri sebagai Global Superstar di US dan seluruh dunia.

Komunitas ARMY yang mampu bersatu menaikkan posisi BTS di tangga lagu sering dianggap sebagai manipulasi.

Sebab ARMY berhasil mendobrak sistem yang didominasi oleh kekuatan media dan industri yang berkuasa.

Kekuatan tersebut membuat industri dan media yang berkuasa mulai ketakutan dan waspada terhadap BTS dan ARMY karena kekompakan mereka.

Maka, serangan ras dan identitas, serta stereotip fandom mulai menjadi senjata bagi mereka yang terancam dengan keberadaan ARMY untuk menyerang komunitas tersebut dan juga BTS sendiri.

Kekompakan BTS dan ARMY membuat mereka saling menjaga, maka serangan kebencian dapat diatasi setiap harinya.

Baca Juga: Lawan Stigma Negatif Fandom K-Pop, BTS ARMY Help Center Kampanyekan Pentingnya Kesehatan Mental

Tindakan kolektif yang dilakukan ARMY sangat terstruktur.

Mereka mahir dalam mengedukasi dan membagi tugas antar penggemar, semua saling dukung dan merespons.

Menurut Lee Jiyoung hal tersebut dapat terjadi karena sejarah dan kegiatan ARMY yang memahami potensi politik serta aktivisme.

Kita juga dapat menemukan relevansi kegiatan ARMY dengan pesan kritis sosial yang disampaikan BTS.

"Dalam buku yang saya tulis, saya menganalisis pesan BTS sebelum periode Love Yourself sebagai 'pembunuhan patriarki sosial' aktivitas BTS dan ARMY sudah memiliki implikasi politik yang cukup ditemukan di lingkungan," jelas Lee Jiyoung.

Lee Jiyoung menggambarkan pencapaian BTS dan ARMY sebagai "pembunuhan patriarki sosial".

BTS dan ARMY percaya bahwa perubahan hanya dapat dilakukan jika kita berani mengubah tatanan yang ada menjadi setara dan tumbuh bersama, seperti konsep Rhizoma tersebut.

"Dalam sistem rimpang atau Rhizoma, apapun dapat dihubungkan langsung ke tetangganya atau tumbuhan yang tumbuh di sampingnya. Rimpang menjadi sistem non-sentralisasi," ungkap Lee Jiyoung.

Hubungan ARMY dan BTS menunjukkan sistem rimpang yang tidak terpusat.

Tidak ada pusat kekuasaan tunggal seperti media atau agensi di sistem ini.

Di sini, idola dan penggemar sama-sama tumbuh.

ARMY sendiri sebagai komunitas juga merupakan pertumbuhan dari rimpang berbeda yang tak terhitung jumlahnya.

Mereka berasal dari kebangsaan, ras, usia, dan pekerjaan yang berbeda.

Meskipun ada titik pusat BTS sebagai idola, namun BTS tidak pernah menginstruksikan atau memerintahkan ARMY.

ARMY akan bergerak di jaringan yang tidak terpusat, mereka bergerak dan bertumbuh tergantung pada kasus atau situasi sosial politik yang ada di sekitar.

Hal tersebut yang membuat aksi pergerakan ARMY disebut sebagai filantropi dan aktivisme, karena kesetaraan yang ada di komunitas mereka memungkinkan tiap anggotanya untuk kembali menengok isu-isu yang ada di sekitarnya dan mereka bagikan kepada satu sama lain.

Tidak heran, kegiatan fangirling yang dilakukan ARMY dinilai sehat dan memberi dampak perubahan yang positif untuk lingkungan sosial.

Baca Juga: Seperti Yu Na-bi di Nevertheless, Ini Alasan Perempuan Kerap Mengabaikan Red Flag dalam Hubungan

(*)

Sumber: Diskusi BTS ARMY Indonesia dengan Dr. Lee Jiyoung
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania