Begini Cara Mendukung Anak Korban Pelecehan Seksual Menurut Psikolog

Arintya,Saras Bening Sumunarsih - Rabu, 30 Juni 2021
Mendukung anak korban pelecehan seksual
Mendukung anak korban pelecehan seksual Ju Photographer

Parapuan.co – Kawan Puan, pelecehan seksual pada anak ternyata punya dampak besar bagi anak.

Salah satu dampak pelecehan seksual pada anak mulai meragukan diri sendiri.

Dampak pelecehan seksual pada anak tersebut dibenarkan psikolog anak Mira D. Amir.

“Mereka (anak yang menjadi korban pelecehan seksual) jadi punya keraguan jangan-jangan yang salah saya. Korban pelecehan dan kekerasan seksual biasanya seperti itu. Apalagi jika diperkuat oleh lingkungan, abis sih kamu pakaiannya kayak gitu,” ujarnya.

Lebih lanjut Mira menjelaskan bahwa stigma-stigma semacam itu tidak ada hubungannya dengan tindak pelecehan seksual yang diterima korban.

Karena itulah korban pelecehan seksual terutama perempuan, sering disalahkan oleh lingkungan.

Baca Juga: Waspada! Menurut Psikolog Ini Dampak Pelecehan Seksual pada Anak

“Akhirnya mereka akan jauh dari merasa dilindungi. Ini dilindungi ya, belum dibela,” tambahnya.

Mira yang juga sering menangani kasus pelecehan seksual pada anak, mengaku bahwa mengobati trauma para korban adalah salah satu hal tersulit.

Proses penyembuhan trauma ini juga tidak sama antara anak satu dengan yang lainnya.
Selain itu Mira juga menambahkan pelecehan seksual juga bisa berdampak pada sisi akademik anak.

“Kalau anak masih dalam masa sekolah, itu bisa menganggu konsentrasi. Jadi demotivasi, prestasinya menurun,” ungkapnya.

Cara mendukung anak korban pelecehan seksual

Nah karena dampaknya yang luar biasa pada anak, kita sebagai orang tua perlu mendukung anak yang menjadi korban pelecehan seksual.

Namun mendukung anak korban pelecehan seksual tak bisa dilakukan sembarangan lo, Kawan Puan!

Sebab menurut Mira bentuk dukungan terbaik untuk anak korban pelecehan seksual adalah menurut kenyamanan anak sendiri.

“Tergantung dari yang bersangkutan, dia (anak) nyamannya seperti apa. Kalau dari sisi orang tua, kita perlu banget memahami karakteristik anak,” ungkap Mira.

Mira kemudian memberi contoh, misalnya anak nomor 1 akan merasa didukung ketika ditemani secara fisik, tetapi anak yang lain mungkin akan merasa didukung ketika orang tua memberikan waktu untuk sendiri.

Baca Juga: KemenPPPA Luncurkan Hotline Pengaduan untuk Anak dan Perempuan

Ada juga anak yang punya keberanian untuk melaporkan ke pihak berwajib dan butuh ditemani orang tua, tetapi ada juga yang tidak demikian.

“Jadi memang enggak bisa sama bentuk dukungan untuk anak satu dengan yang lainnya,” tambah Mira.

Kemudian Mira juga menjelaskan bahwa menyemangati seperti berkata “Ayo semangat!” pada anak justru bukan hal yang bijak.

Sebab tidak semudah itu bagi anak korban pelecehan seksual bisa kembali menumbuhkan semangat hidup akibat hilangnya kepercayaan diri.

Baik itu kepercayaan pada lingkungan, diri sendiri dan kepercayaan untuk bisa kembali menjalani hidup di masa depan.

Nah jika sudah dalam tahap yang berat, kehilangan kepercayaan diri ini juga bisa berdampak pada kejiwaan anak, misalnya anak jadi stres atau bahkan depresi.

“Kalau udah sampai kondisi itu (stres dan depresi), kita memang sarankan untuk ke professional. Bisa ke psikolog, ataupun mungkin kalau kondisinya sudah terdepresi ya perlu konsultasi ke dokter ahli kejiwaan atau psikiater,” ungkap Mira.

Kawan Puan, meski tidak bisa sembarangan dan tentu tidak mudah dilakukan, mendukung anak korban pelecehan seksual tetap perlu dilakukan orang tua.

Baca Juga: Melihat Tindakan Kekerasan Pada Anak? Laporkan Melalui Hotline Berikut

Kawan Puan bisa menggunakan saran dari psikolog anak di atas atau bisa juga menghubungi Yayasan Pulih untuk konsultasi psikologis melalui sambungan ke 021-78842580 atau via Whatsapp 08118436633 (pada jam kerja dan hari kerja).

Selain itu Kawan Puan bisa melaporkan kasus pelecehan pada anak dengan menghubungi layanan call center Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 dari KemenPPPA.

Yuk Kawan Puan, kita dukung anak korban pelecehan seksual agar mereka tidak merasa sendiri dan bisa kembali menatap masa depan lagi ! (*)