Potret Misogini dalam Dunia Musik di Kasus Konservatori Britney Spears

Aulia Firafiroh - Selasa, 29 Juni 2021
Britney Spears
Britney Spears

Parapuan.co - Pemberitaan mengenai kasus konservatorship yang melibatkan penyanyi Britney Spears masih terus menjadi perbincangan.

Pada Jumat (25/6/2021) lalu, pelantun lagu 'Toxic' ini angkat bicara soal hal buruk yang dialami selama 13 tahun berada dalam hukum konservatorship.

Berdasarkan hukum konservatorship yang dijatuhkan pada Britney Spears, mengharuskan dirinya berada di bawah kendali ayahnya, Jamie Spears.

Menurut pengakuannya saat di Pengadilan Tinggi Los Angeles, ia kerap diperlakukan seperti budak, dipaksa mengenakan alat kontrasepsi IUD, dan tidak boleh hamil.

Baca juga: Framing Britney Spears dan Begitu Mudahnya Kita Menghakimi Orang Lain

Hal kontroversial tersebut tentu memicu respon publik hingga ramai gerakan #freebritney.

Tak hanya itu, beberapa selebriti Hollywood juga secara blak-blakan memberikan dukungan kepada ibu dua anak tersebut.

Melansir dar SkyNews.com, Perez Hilton yang merupakan seorang kolomnis selebriti mengaku ikut marah dengan kasus konservatori yang cenderung mengeksploitasi Britney Spears.

Bahkan sebagai mantan kekasih, Justin Timberlake juga memberikan dukungannya kepada Britney Spears.

Kata-kata Justin Timberlake tampak terlihat aneh karena para penggemar menganggap apa yang dialami Britney Spears saat ini juga kontribusi dirinya.

Justin Timberlake diketahui pernah memberikan stigma buruk kepada mantan kekasihnya itu melalui video klip musiknya.

Tak hanya itu, Justin Timberlake juga mengaku bersalah karen memberitahukan kepada dunia bahwa ia yang pertama kali meniduri Britney Spears.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Justin Timberlake (@justintimberlake)

 

Baca juga: Britney Spears Terlibat Kasus Konservatori dengan Ayah, Apa Itu?

Jurnalis Ashley Pearson juga mengatakan bahwa kasus tersebut telah mengkonfirmasi ketakutan terburuk para penggemar dunia hiburan.

Ia mengatakan apa yang dialami Britney Spears telah menggambarkan bagaimana kehidupan seperti tahanan bagi selebriti.

Ashley Pearson juga mempertanyakan apakah konservatori diperlukan sejak awal dan siapa yang akhirnya harus disalahkan.

"Ini bukan hanya tentang ayahnya yang terlalu mengontrol," kata Pearson dikutip dari laman SkyNews.com.

"Dia tidak bisa melakukan ini sendiri. Ada hakim, dokter, dan ahli di sepanjang jalan yang menyetujui ini. Mengapa? Apa yang mereka tahu bahwa kita tidak setuju?," tambahnya.

Sama dengan Whitney Houston dan Amy Winehouse, kehidupan Britney Spears dijadikan konsumsi publik yang dinilai bukan berdasarkan bakatnya, tetapi kehidupan pribadinya dan kemudian runtuhnya pernikahannya dengan Kevin Federline, ayah dari dua anaknya.

Setelah kehancurannya pada tahun 2008 dia ditempatkan di bawah konservatori ayahnya.

Britney Spears diketahui sudah berusaha menggugat untuk tidak berada dibawah konservatori ayahnya itu.

Menurut SkyNews.com, Britney Spears sepertinya memang butuh 'tabungan'. Menyelamatkan dari tekanan ketenaran, paparazzi, kecanduan, orang-orang yang mungkin mengeksploitasi, menggunakan dan melecehkan dirinya.

Baca juga: Justin Timberlake Meminta Pengadilan untuk Membebaskan Mantan Kekasihnya, Britney Spears

 

Seorang manajer musik, Jonathan Shalit, menyadari bahwa kasus Britney Spears sangat berdampak bagi industri musik.

"Pada tahun 1998 dunia memeluk Britney dengan cara yang sekarang akan dianggap sama sekali tidak pantas. Britney diseksualisasi secara global dengan dukungan bahkan dari orang tuanya sendiri pada usia 17 tahun," jelas Shalit yang dikutip dari laman SkyNews.com.

"Mengenai apakah urusan Britney perlu dikendalikan karena alasan yang dituduhkan, pengadilan perlu memutuskan. Tapi apa yang saya temukan sangat memprihatinkan adalah bahwa bertahun-tahun kemudian, ayahnyalah yang terus menjadi orang yang memegang kendali, dengan begitu banyak masalah yang tampaknya menjadi perhatian sah tentang kesesuaiannya," tambah kata Shalit.

Kehidupan yang dialami Britney Spears ini kemudian dijadikan film dokumenter oleh New York Times dengan judul Framing Britney.

Dalam film itu menceritakan bagaimanan pengendalian industri musik dan misogini dalam dunia hiburan.

Baca juga: Lawan Ayah di Pengadilan, Britney Spears: Saya Mau Hidup Saya Kembali

Mark Borkowski, seorang agen public relations dan penulis yang bekerja dengan Michael Jackson mengakui bahwa selama ini kita bodoh untuk menganggap kasus ini sebagai situasi yang terisolasi atau unik.

Mark menggambarkannya sebagai "cypher" dan "emblem" untuk tingkat sebuag racun dari ketenaran.

"Ada sisi gelap dari ketenaran... Saat ini ada keadaan percepatan yang tak tergoyahkan menuju... budaya hyper-egosentrisme. Kondisi ini memiliki efek mendalam pada kesejahteraan mental. Bagi banyak orang, sisa ketenaran di abad ke-21 adalah tekanan hidup ditentukan oleh orang banyak," kata Borkowski. (*)

 

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh