Viral Fetish Istri Dibungkus Kain, Ini Kata Ahli tentang Pengaruhnya terhadap Kualitas Hubungan

Saras Bening Sumunarsih - Sabtu, 19 Juni 2021
Ilustrasi pasangan di ranjang
Ilustrasi pasangan di ranjang iStock

Parapuan.co – Media sosial kembali digemparkan dengan berita mengenai perempuan yang dibungkus dengan kain.

Melansir dari Kompas.com, unggahan tersebut pertama kali dibuat pada November 2020 lalu.

Namun, kini menjadi viral karena kembali diunggaah oleh akun Instagram @smart.gram.

Penggunggah foto asli mengaku bahwa dirinya adalah suami dari perempuan yang dibungkus.

Unggahan tersebut mendapatkan respon masyarakat yang mengatakan jika ini adalah fetish dan membuat sebagian orang resah.

Kendati demikian, si pengunggah pun mengaku mengaku bahwa tidak ada pihak yang dirugikan dari hal tersebut, karena ia melakukannya dengan istrinya sendiri.

Baca Juga: Faktor Ekonomi Memicu Kekerasan Terjadi pada Perempuan dan Anak!

Lalu apakah perilaku ini adalah hal yang wajar?

Terkait fenomena ini, PARAPUAN berhasil menghubungi ahli seksolog klinis, Zoya Amirin, M.Psi.,FIAS pada Sabtu (19/06/2021).

Menanggapi fenomena ini, Zoya mengatakan bahwa ini adalah bagian dari pharaphilia.

Pharapilia merupakan perilaku dan hasrat seksual yang tidak biasa (atypical).

"Ini dapat menjadi paraphilia disorder (penyimpangan perilaku seksual) jika hasrat dan perilaku seksual individu ini diekspresikan bukan berdasar afeksi, tetapi hanya untuk pelampiasan perilaku pharapilia si individu ini," ujar Zoya menjelaskan.

Ditambahkan oleh Zoya bahwa jenis-jenis Paraphilia Disorder adalah exhibitionism, pedophilia, frotteurism, voyeurism, fetism, transvestism, sexual sadism dan masochism.

Kendati demikian, Zoya mengatakan bahwa perlu penelaahan lebih lanjut untuk tahu apakah fenomena istri dibungkus kain yang viral di media sosial ini masuk dalam kategori fetish atau bukan.

"Membungkus istri (dengan kain) memang relatif tidak biasa," paparnya.

"Tapi untuk disebut sebagai perilaku seksual menyimpang tergantung apakah si individunya ini hanya bisa terangsang secara seksual kalau membungkus istrinya dulu sebelum berhubungan seks atau tidak," tambah Zoya lagi. 

"Dan ini penting untuk diketahui etiologi atau dasar-dasar sebelum kita sebagai seksolog menyatakan dia ini normal atau tidak normal," ujarnya menegaskan. 

Lantas apa itu fetish

Apa itu fetish?

Fetish artinya orang yang bisa terangsang oleh bagian tubuh atau benda-benda non seksual.

Zoya memberi contoh seperti fetish pada jempol, betis, tulang belikat, bahkan perut.

Bahkan fetish juga bisa menjurus pada benda non seksual seperti kain jarik, bahan leather atau kulit.

Kendatipun ini adalah perilaku menyimpang, menurut Zoya, fetish belum tentu merupakan tindakan kriminal.

"Fetish jadi kriminal jika tidak ada consent (persetujuan dan kesepakatan kedua belah pihak) dan coercive (pemaksaan)," jelasnya lagi. 

Apabila kedua unsur tersebut dicederai, maka perilaku fetish dapat disebut tindakan kriminal.

“Kalau fetish tidak menyakiti dan perempuan juga merasa terangsang ya boleh aja, yang penting dia sesak napas enggak, dia menyakiti diri sendiri enggak,” jelas Zoya. 

Baca Juga: Ternyata Ini 4 Alasan Mengapa Korban Pelecehan Seksual Memilih Diam

Apakah fetish dapat mempengaruhi hubungan seksual dengan pasangan?

Ternyata, tak selamanya fetish buruk bagi hubungan. 

“Jika dilakukan tanpa paksaan, dua-duanya sepakat, dua-duanya menikmati, hubungan seksual akan menjadi positif. Ini malah bagus karna dua-duanya menikmati,” ungkap Zoya.

Zoya-pun juga mengatakan bahwa fetish dapat membawa hubungan seksual menjadi lebih baik.

Tapi kalau salah satu pihak saja ada yang merasa terpaksa dan tak ada persetujuan sebelumnya, maka akan berdampak buruk.

Tentunya jika berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, atau consent serta tidak adanya unsur paksaaan atau coersive.(*)

Sumber: Kompas.com,Wawancara
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri