Apakah Kawan Puan Sudah Punya Berat Badan dan Tinggi Ideal? Coba Cek dengan Cara Ini

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 11 Juni 2021
Cara mengukur berat badan ideal
Cara mengukur berat badan ideal liza5450

Parapuan.co - Kawan Puan mungkin sering bertanya-tanya, sudahkah memiliki berat badan yang ideal?

Pasalnya, banyak orang menganggap memiliki tubuh yang ideal adalah sebuah anugerah.

Lalu, banyak orang ingin tahu jawaban atas pertanyaan ini: Berapa berat badan saya?

Namun, tidak ada satu berat badan ideal yang sehat untuk setiap orang, karena sejumlah faktor yang berbeda berperan.

Ini termasuk usia, rasio otot-lemak, tinggi badan, jenis kelamin, dan distribusi lemak tubuh, atau bentuk tubuh.

Baca Juga: Selain Hamil Alami, Ada Juga Program Bayi Tabung dan Inseminasi, Apa Bedanya?

Memiliki berat badan berlebih dapat memengaruhi risiko seseorang terkena sejumlah kondisi kesehatan, termasuk obesitas , diabetes tipe 2 , tekanan darah tinggi , dan masalah kardiovaskular.

Akan tetapi tidak semua orang yang memiliki berat badan ekstra mengalami masalah kesehatan.

Namun, peneliti percaya bahwa sementara kelebihan berat badan mungkin saat ini tidak berdampak pada kesehatan seseorang, tetapi kurangnya manajemen dapat menyebabkan masalah di masa depan.

Nah, untuk Kawan Puan yang penasaran, kamu bisa coba cek berat badan idealmu lewat beberapa cara ini seperti dikutip dari Medical News Today.

Metode 1: Indeks massa tubuh atau body mass index (BMI)

Indeks massa tubuh (BMI) adalah alat umum untuk memutuskan apakah seseorang memiliki berat badan yang sesuai.

Ini mengukur berat badan seseorang dalam kaitannya dengan tinggi badan mereka.

Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH):

  • BMI kurang dari 18,5 berarti seseorang kekurangan berat badan.
  • BMI antara 18,5 dan 24,9 sangat ideal.
  • BMI antara 25 dan 29,9 adalah kelebihan berat badan.
  • BMI lebih dari 30 menunjukkan obesitas.

Untuk menghitung BMI, kamu dapat menggunakan kalkulator BMI yang disediakan secara online di sini.

Baca Juga: Kontrol Gula Darah dengan Mudah, Konsumsi Air Bawang Bombay Ini Cocok untuk Penderita Diabetes

Metode 2: Rasio pinggang-pinggul atau waist-to-hip ratio (WHR)

Pengukuran pinggang-pinggul seseorang membandingkan ukuran pinggangnya dengan pinggulnya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki lebih banyak lemak tubuh di sekitar bagian tengah mereka lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular (CVD) dan diabetes .

Semakin tinggi ukuran pinggang sebanding dengan pinggul, semakin besar risikonya.

Untuk alasan ini, rasio pinggang-pinggul (WHR) adalah alat yang berguna untuk menghitung apakah seseorang memiliki berat dan ukuran yang sehat.

Ukur rasio pinggang-pinggulmu:

1. Ukur lingkar pinggang di bagian tersempit, biasanya tepat di atas pusar.

2. Bagilah ukuran ini dengan ukuran di sekitar pinggul  di bagian terluasnya.

Jika pinggang seseorang 28 inci (71 cm) dan pinggulnya 36 inci (91 cm), mereka akan membagi 28 dengan 36. Ini akan memberi mereka 0,77.

Apa artinya?

Bagaimana WHR mempengaruhi risiko penyakit kardiovaskular (CVD) berbeda untuk laki-laki dan perempuan, karena mereka cenderung memiliki bentuk tubuh yang berbeda.

Bukti menunjukkan bahwa WHR dapat berdampak risiko CVD sebagai berikut:

Pada laki-laki

  • Di bawah 0,9: Risiko masalah kesehatan kardiovaskular rendah.
  • Dari 0,9 hingga 0,99: Risikonya moderat.
  • Pada 1.0 atau lebih: Risikonya tinggi.

Baca Juga: Studi Menyebutkan Covid-19 di Indonesia Jauh Lebih Luas daripada Data Resmi yang Ditunjukkan: 40 Juta Orang Indonesia Sudah Tertular?

Pada perempuan

  • Di bawah 0,8: Risikonya rendah.
  • Dari 0,8 hingga 0,89: Risikonya sedang.
  • Pada 0,9 atau lebih tinggi: Risikonya tinggi.

Namun, angka-angka ini dapat bervariasi, tergantung pada sumber dan populasi tempat penerapannya.

WHR mungkin merupakan prediktor serangan jantung dan risiko kesehatan lain yang lebih baik daripada BMI, yang tidak mempertimbangkan distribusi lemak.

Sebuah studi tentang catatan kesehatan untuk 1.349 orang di 11 negara, diterbitkan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa mereka dengan WHR yang lebih tinggi juga memiliki risiko lebih besar untuk komplikasi medis dan bedah yang berkaitan dengan operasi kolorektal.

Namun, WHR tidak secara akurat mengukur persentase total lemak tubuh seseorang, atau rasio otot-ke-lemak mereka. (*)

 

 

Viral di TikTok, Kenapa Minum Kopi Bisa Memicu Buang Air Besar?