Pembagian Peran dalam Keluarga, Haruskah Suami yang Selalu Mencari Nafkah?

Alessandra Langit - Rabu, 12 Mei 2021
Ayah memasak bersama anak di dapur
Ayah memasak bersama anak di dapur AsiaVision

Parapuan.co - Sejak duduk di bangku sekolah, masyarakat Indonesia sudah ditanamkan stigma sosial bahwa peran utama laki-laki atau suami dalam keluarga adalah sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah.

Laki-laki dituntut untuk keluar dan bekerja sedangkan perempuan sebagai istri selalu dilekatkan dengan peran domestik di rumah tangga.

Zaman modern telah mengubah banyak hal, termasuk peran utama suami dan istri dalam keluarga.

Banyak perempuan yang bekerja, meniti karier, dengan kemampuan, jabatan, dan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Hal tersebut menyebabkan perempuan juga memiliki penghasilan untuk menafkahi keluarga.

Baca Juga: Cara Bijak Jelaskan ke Suami Pentingnya Pembagian Peran Domestik Selama Pandemi

Baru-baru ini, PARAPUAN melakukan survei Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri kepada beberapa keluarga di Indonesia.

Survei dengan bahasan tugas sebagai pencari nafkah utama menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengakui bahwa baik suami dan istri sama-sama menjadi pencari nafkah dalam keluarga (64,5%). 

Sedangkan sebanyak 33,3% responden menyatakan hanya suami dan 2,1% hanya istri yang merupakan pencari nafkah utama dalam rumah tangga. 

Meski mayoritas responden (70,5%) mengaku sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga, namun sebagian besar tugas ini masih dipegang oleh laki-laki (66,6%). 

Sementara perempuan lebih banyak berkontribusi sebagai pencari nafkah tambahan saja untuk sumber finansial keluarga  (17,9%). 

Meski banyak responden laki-laki yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, namun ada juga yang tak setuju dengan pendapat bahwa laki-laki harus jadi pencari nafkah.

Salah satu responden laki-laki, Ari (40 tahun), yang adalah seorang suami, menyatakan bahwa ia sangat tidak setuju bila peran utama laki-laki dalam rumah tangga adalah pencari nafkah.

“Menurut saya di dalam sebuah rumah tangga tidak ada tanggung jawab parsial.  Seperti mendidik anak itu tidak bisa menjadi tanggung jawab suami atau istri sendiri. 

“Jadi di dalam rumah tangga itu semua merupakan tanggung jawab bersama termasuk mencari nafkah,” ungkap Ari kepada PARAPUAN pada hari Senin (10/5/21).

Mendengar penuturan dari salah satu responden, PARAPUAN pun meminta tanggapan dari sosiolog mengenai pembagian peran dalam keluarga tersebut.

Baca Juga: Duh, Suami Enggan Melakukan Pekerjaan Domestik? Ini Penyebabnya

Menurut Sosiolog dan Peneliti Sosial Vokasi UI, Daisy Indira, saat ini memang tidak sedikit perempuan yang sudah masuk ke sektor publik, termasuk bekerja, baik formal maupun informal.

Tuntutan kehidupan juga membuat baik suami atau istri harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan ekspektasi standar kehidupan dan gaya hidup yang semakin tinggi.

“Rasionalitas seperti itu juga menuntut laki-laki harus berbagi peran dalam menjaga keseimbangan dalam keluarga.

“Dalam konteks keseimbangan dan ketahanan keluarga memang akhirnya masing masing anggota keluarga memiliki perannya masing masing yang disepakati. 

“Laki-laki lebih terbuka dengan kemungkinan peran utamanya bukan sebagai pencari nafkah karena kasus dalam suatu keluarga ada kemungkinan perempuan lebih berhasil mencari nafkah dibandingkan laki laki,” ungkap Daisy kepada PARAPUAN pada hari Selasa (11/5/21), secara daring.

Perubahan lingkungan masyarakat yang menuju kesetaraan di Indonesia membuat laki-laki merasa tidak masalah bila berperan menjadi bapak rumah tangga.

Oleh karenanya, akan sangat wajar apabila sekarang ini, pembagian peran domestik dalam rumah tangga tidak lagi bergantung pada gender.

Misalnya perempuan mengurus tugas domestik di rumah, sedangkan laki-laki harus mencari nafkah.

Perubahan dalam berbagai aspek membuat pembagian peran dalam keluarga jadi kesepakatan antara pasangan, di mana hal ini bisa disesuaikan dengan kemampuan maupun fakta di lapangan.

Contohnya jika memang istri lebih sukses berkarier dan mencari nafkah, maka bukan tidak mungkin perempuan yang menjadi pencari nafkah utama keluarga.

Sedangkan laki-laki akan bertanggung jawab mengurus pekerjaan domestik rumah tangga yang artinya lebih banyak tinggal di rumah.

Hal seperti ini akan lebih rasional daripada memaksakan suami harus mencari nafkah dan istri tinggal di rumah jika keadaan mengatakan yang sebaliknya.

Baca Juga: Tak Hanya Ibu, Ini Kursus Mengasuh Anak yang Bisa Diikuti Para Ayah

Seperti yang dikatakan oleh responden PARAPUAN mengenai kemungkinan suami menjadi bapak rumah tangga sedangkan istri berkarier dan mencari nafkah.

“Menjadi bapak rumah tangga bukanlah hal yang berat buat saya karena itu bukanlah suatu hal yang memalukan di dalam rumah tangga, karena setiap elemen berperan sebagai support system,” ungkap Ari.

Dengan begitu, stigma sosial di mana laki-laki harus mencari nafkah sedangkan perempuan di rumah bakal makin luntur.

Kalau memang ada kesadaran dari diri masing-masing mengenai pembagian peran dalam keluarga seperti ini, mengapa tidak kita coba dan bicarakan dengan pasangan?

Siapa tahu hal tersebut malah membawa perubahan baik dalam keluarga. (*)