Co-Parenting, Kiat Pengasuhan Anak untuk Orang Tua yang Bercerai

Ericha Fernanda - Jumat, 7 Mei 2021
Ilustrasi Co-parenting
Ilustrasi Co-parenting TwilightShow

Parapuan.co - Tak bisa dimungkiri, menjadi orang tua bersama setelah perceraian tidak pernah mudah.

Selain ingatan akan konflik terbesar yang sering terulang, ini bisa menyakitkan hati sehingga sulit untuk bangkit.

Namun, ketika dalam hubungan rumah tangga itu ada anak, tanggung jawab besar ini tak lantas diabaikan setelah bercerai.

Baca Juga: 5 Bentuk Self Care Bagi Orang Tua Tunggal, Agar Diri dan Anak Bahagia!

Jika kamu dan mantan pasangan sepakat untuk pengasuhan bersama secara damai, ini akan memberikan anak-anak kepercayaan diri dan stabilitas yang mereka butuhkan untuk sukses dalam hidup.

Jangan jadikan anak korban perceraian, mereka sedang bertumbuh dan butuh kasih sayang serta perawatan dari sosok ayah dan ibu itu sendiri.

Perlu diketahui, hubungan co-parenting ini idealnya melibatkan tingkat konflik yang rendah dan tingkat komunikasi serta kolaborasi yang tinggi.

Melansir Help Guide, berikut ini kiat-kiat mengasuh bersama bagi orang tua yang bercerai dan tidak ingin lepas tanggung jawab dalam merawat anak-anak.

1. Menyingkirkan Rasa Sakit dan Amarah

Pengasuhan bersama yang sukses berarti bahwa emosi, amarah, kebencian, dan rasa sakit hati kamu menggantikan kebutuhan anak-anakmu.

Mengesampingkan perasaan adalah bagian tersulit dari bekerja sama dengan mantan, tapi mungkin juga yang paling penting bagi anak-anak.

Jangan pernah mengatakan hal-hal negatif tentang mantan kamu kepada anak-anak, atau membuat mereka harus memilih.

Anak kamu memiliki hak untuk menjalin hubungan dengan orang tua lainnya yang bebas dari pengaruh salah satu orang tua.

Selain itu, jangan menggunakan anak sebagai pembawa pesan kepada mantan pasangan.

Tujuannya adalah menjauhkan mereka dari masalah hubungan kamu dengan mantan pasangan.

Ini bisa jadi menyakiti hatinya dan bertanya-tanya kenapa orang tuanya tidak akur.

Baca Juga: Buah Hati Sering Memukul Diri Sendiri? Ini yang Perlu Kamu Lakukan

2. Komunikasi Efektif Bersama Mantan Pasangan

Meskipun pada kenyataannya sangat sulit, komunikasi yang damai, konsisten, dan terarah sangat penting untuk keberhasilan mengasuh bersama.

Semuanya dimulai dari pola pikir kamu.

Pikirkan komunikasi dengan mantan dengan tujuan tertinggi: kesejahteraan anakmu.

Jadikan anak kamu titik fokus dari setiap diskusi yang kamu lakukan bersama mantan pasangan.

Tidak mengapa kamu tidak bertemu dengan mantan secara langsung, berbicara melalui telepon atau mengirim pesan teks sudah cukup sebagai tempat berdiskusi.

Tujuannya adalah membangun komunikasi bebas konflik dan memastikan kasih sayang dan jaminan hidup anak akan terjamin.

3. Orang Tua Sebagai Sebuah Tim

Bagi anak, orang tua terdiri dari sosok ibu dan ayah. Tidak salah satunya saja.

Meskipun kamu dan mantan pasangan saling tidak menyukai, menjadi orang tua penuh dan berbagi keputusan untuk masa depan anak adalah kebutuhan penting.

Bekerja sama dan berkomunikasi tanpa ledakan atau pertengkaran membuat pengambilan keputusan lebih mudah bagi semua orang.

Jika kamu fokus untuk konsistensi, keramahan, dan kerja tim dengan mantan pasangan kamu, detail keputusan mengasuh anak cenderung terjadi.

Baca Juga: Remaja Lebih Mudah Menerima Perceraian Orang Tua, Tapi Tidak dengan Konfliknya

4. Buat Transisi dan Kunjungan Lebih Mudah

Tentu saja, pasangan yang bercerai tidak tinggal dalam satu atap.

Kesepakatan perpindahan anak dari rumah ke rumah harus diputuskan secara matang, sebab hal ini tidak mudah bagi mereka.

Buat jadwal kunjungan rutin harian, akhir pekan, atau mingguan bersama mantan pasangan dan anak-anak kamu.

Baca Juga: Tidak Mudah, Ini Cara Memberi Penjelasan Tentang Perceraian pada Anak

Saling mengantar ke rumah dan masing-masing saling menyapa ‘Halo’ dan ‘Selamat Tinggal’ adalah keputusan yang baik.

Saling mengantar merupakan ruang positif untuk saling menghormati dan menunjukkan kepada anak bahwa kedua orang tuanya menjalin komunikasi yang baik-baik saja.

Namun, jangan dipaksa jika anak tidak mau berkunjung ke salah satu orang tuanya.

Melainkan salah satu orang tuanya wajib untuk tetap berkomunikasi dan mengetahui kabar anak-anak mereka.(*)

Sumber: Help Guide
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami