Ini Alasan Mengapa Kita Harus Penuhi Kedua Dosis Vaksin Covid-19

Alessandra Langit - Rabu, 5 Mei 2021
Ilustrasi vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksin Covid-19 Pexels

Ia menjelaskan bahwa virus dan variannya mencari "inang". Artinya, virus masih dapat menyerang mereka yang belum divaksinasi penuh.

Dengan varian virus yang semakin kuat, John Zaia berharap agar semua orang melakukan suntikan dosis kedua tersebut.

Dr. John Zaia merujuk pada sebuah penelitian oleh tim di Rumah Sakit Methodist Houston yang meneliti kemungkinan terjangkit virus Covid-19 karena dosis vaksin yang tidak dipenuhi secara keseluruhan.

Dalam studi tersebut, kurang dari 1 persen partisipan yang sudah mengambil dua dosis suntikan vaksin kembali terjangkit dan dirawat di rumah sakit. 

Angka tersebut melonjak jadi lebih dari 3 persen bagi mereka yang memilih untuk melakukan suntikan dosis pertama saja.

Selain itu, studi tersebut menemukan bahwa total dosis dua suntikan vaksin Covid-19, 98 persen efektif mencegah kematian akibat virus.

Sementara mereka yang memilih untuk berhenti pada satu suntikan saja menurunkan angka keefektifannya menjadi 64 persen.

Para ahli mengatakan jika kamu sudah melakukan suntikan dosis pertama dan tidak menjadwalkan untuk dosis yang kedua, sekaranglah waktunya untuk melakukannya.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Memengaruhi Siklus Menstruasi? Ini Penjelasan Ahli

Menurut CDC, vaksin Pfizer dan Moderna dapat diberikan hingga 6 minggu setelah dosis pertama.

Dr. John Zaia mengatakan memang sebaiknya kedua dosis vaksin tersebut dilakukan dalam waktu yang berdekatan.

Jika kamu memutuskan untuk mendapatkan dosis kedua, pastikan untuk mengetahui suntikan vaksin apa yang kamu dapatkan saat pertama kali. 

Kawan Puan, perlu kita ingat bahwa vaksin Covid-19 memang sudah diharuskan untuk dilakukan dua kali.

Maka itu, kita harus beri kepercayaan kepada tenaga medis dan ikuti tata cara vaksin demi kesehatan kita sendiri.

Sebelum melakukan vaksin, ada baiknya jika Kawan Puan melakukan konsultasi ke dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan. (*)

Sumber: Healthline
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania

Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa