Sering Begadang? Hati-hati, Studi Membuktikan Kurang Tidur Dapat Meningkatkan Risiko Demensia

Firdhayanti - Senin, 26 April 2021
Ilustrasi perempuan yang kurang tidur di malam hari
Ilustrasi perempuan yang kurang tidur di malam hari RyanKing999

 

Parapuan.co - Bagi sebagian orang, begadang adalah salah satu hal yang sering dilakukan. 

Namun, bukan berarti kebiasaan ini boleh dilakukan. Sebaliknya, begadang justru menjadi hal yang tidak baik jika dilakukan terlalu sering. 

Begadang akan memangkas jam tidur sehingga kita mengalami kurang tidur

Baca Juga: Sering Begadang Tanpa Alasan? Ini yang Terjadi dan Cara Mengatasinya

Alhasil, kurang tidur ini pun berpengaruh terhadap kesehatan.

Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mencari tahu hubungan antara kurang tidur dengan kesehatan seseorang.

Peneliti juga mengamati bagaimana kurang tidur bisa menyebabkan penurunan kognitif.

Meskipun begitu, masih sulit untuk mengetahui apakah kurang tidur adalah gejala perubahan otak yang mendasari demensi atau sebaliknya. 

Di sisi lain, melansir dari New York Times, studi menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur di masa mudanya, kelak akan memiliki demensia saat usianya sudah mencapai 50 hingga 60 tahun. 

Penelitian yang terbit di Jurnal Nature Communications tersebut meneliti 8000 orang di Inggris selama 25 tahun dimulai ketika usia mereka 50 tahun.

Hasilnya, orang yang tidur malam selama enam jam atau kurang berisiko lebih tinggi mengalami demensia daripada orang yang tidur malam teratur selama tujuh jam.

Akan tetapi, tidak semua orang yang tidur malam selama enam jam itu didiagnosis dengan demensia.

Hanya sekitar 30 persen dari subjek yang tidur enam jam atau kurang didiagnosis demensia hampir tiga dekade kemudian.

Namun, hasil studi tersebut sudah cukup membuktikan bahwa adanya faktor antara tidur di bawah enam jam dengan risiko demensi yang bakal dialami seseorang puluhan tahun kemudian.

"Ini adalah studi yang bagus dalam memberikan bukti kuat bahwa tidur benar-benar merupakan faktor risiko," kata Dr. Kristine Yaffe, seorang profesor neurologi dan psikiatri di University of California, San Francisco.

Baca Juga: Kekurangan Tidur Selama Ramadan Bisa Berdampak Negatif, Ini Kata Ahli!

Tak hanya itu, catatan medis dan data studi pegawai sipil Inggris, Whitehall II, yang dimulai pada pertengahan 1980-an juga membuktikan adanya korelasi antara kurang tidur dengan risiko demensia.

Para peneliti ini mengobservasi 7.959 peserta. Tiap-tiap peserta diminta untuk melaporkan waktu tidur mereka selama bertahun-tahun.

Catatan waktu tidur peserta dilaporkan sebanyak enam kali dalam rentang waktu antara 1985 sampai dengan 2016.

Di akhir penelitian, 521 orang telah didiagnosis dengan demensia pada usia rata-rata 77 tahun. 521 orang ini adalah mereka yang memiliki waktu tidur enam atau kurang.

Tak hanya karena kurang tidur, penelitian tersebut menemukan faktor lain penyebab demensia yang dialami oleh peserta.

Di antaranya adalah merokok, mengonsumsi alkohol, indeks massa tubuh, keaktifan gerak fisik, tingkat konsumsi buah dan sayur, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan kondisi kesehatan yang menyertai.

Namun, tidak disebutkan secara jelas bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap waktu tidur seseorang atau bagaimana bisa memicu demensia.

Mengenal demensia dan jam tidur normal

Menurut situs Alz.org, demensia sendiri merupakan penyakit yang dapat mengurangi kemampuan berpikir, daya ingat, dan juga pemecahan masalah yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Kerusakan ini mengganggu kemampuan sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain.

Ketika sel-sel otak tidak dapat berkomunikasi secara normal, maka pemikiran, perilaku, dan perasaan dapat terpengaruh.

Diperkirakan, 60-80% kasus demensia disebabkan oleh penyakit alzheimer.

Di samping itu, demensia vaskular yang terjadi karena perdarahan mikroskopis dan penyumbatan pembuluh darah di otak menjadi penyebab umum kedua.

Mereka yang mengalami perubahan otak dari berbagai jenis demensia secara bersamaan memiliki demensia campuran.

Baca Juga: Waspada! Ketahui Dampak Kurang Tidur Bagi 5 Sistem Organ Manusia

Ada banyak kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala demensia, termasuk beberapa yang dapat disembuhkan, seperti masalah tiroid dan kekurangan vitamin.

Sebaliknya, beberapa faktor risiko demensia, seperti usia dan genetik, tidak dapat diubah.

Namun para peneliti terus mengeksplorasi dampak faktor risiko lain terhadap kesehatan otak dan pencegahan demensia.

Penelitian yang dilaporkan pada Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer 2019 menunjukkan bahwa mengadopsi beberapa pilihan gaya hidup sehat, termasuk diet sehat, tidak merokok, olahraga teratur, dan stimulasi kognitif, dapat menurunkan risiko penurunan kognitif dan demensia.

Dari Sleepfoundation.org, National Sleep Foundation menyarankan bahwa untuk dewasa, tidur yang normal itu di antara 7 hingga 9 jam tiap malamnya. 

Intinya, agar terhindar dari demensia dan berbagai penyakit lainnya, usahakan untuk tidur normal setiap hari ya, Kawan Puan. (*)