Penjelasan Ilmiah Tentang Perilaku Bucin Karena Jatuh Cinta, Kenapa?

Salsabila Putri Pertiwi - Kamis, 22 April 2021
ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan freepik.com

Parapuan.co - Tentunya kita sudah familier dengan istilah bucin atau ‘budak cinta’ ya, Kawan Puan. Seperti pepatah 'cinta itu buta', istilah tersebut kerap digunakan untuk menyebut seseorang yang rela melakukan apapun demi cinta. 

Bahkan enggak jarang, para bucin ini sampai mengesampingkan perasaan dan logikanya sendiri saat sedang jatuh cinta. Jika segala perilaku yang dilakukan masih berdasarkan akal sehat, hal itu tidak jadi masalah. 

Lalu, bagaimana jika perilaku ini justru merugikan diri sendiri? Simak penjelasan fenomena bucin yang ternyata ada penjelasan ilmiahnya, yuk!

Bucin dari Sudut Pandang Psikologis

Orang yang bucin cenderung melihat sosok yang disukainya sebagai seseorang yang sempurna dan berhak mendapatkan semua keinginannya.

Psikolog Sigmund Freud menjelaskan situasi yang kira-kira sama seperti momen bucin tersebut, yakni ketika kita sedang memuja orang lain secara sadar maupun enggak sadar, serta ditandai dengan cara mencintai orang lain dengan segenap jiwa dan raganya.

Baca Juga: Tips Tetap Harmonis dengan Pasangan Tanpa Umbar Kemesraan di Sosmed

Pengorbanan ini biasanya dilakukan demi memikat hati orang yang disukai agar perasaan kita berbalas dan orang tersebut bersedia menjadi pasangan kita.

Tapi banyak juga momen ketika kita terlalu bucin hingga merasa enggak perlu saling memiliki tapi tetap bakal berkorban demi orang yang dicintai, bahkan seandainya orang tersebut memilih orang lain.

Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang, terutama remaja ketika masih berada di fase awal jatuh cinta. Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, hingga kekurangannya pun dianggap sebagai hal yang lucu dan menggemaskan.

Dalam fase ini, kita akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang dicintai, sekaligus takut kehilangan dirinya jika enggak memenuhi permintaannya. 

Bucin: Penjelasan Ilmiah

Terdapat setidaknya dua faktor di dalam tubuh manusia yang bisa mengakibatkan seseorang menjadi bucin, yaitu faktor kimia dan psikologis.

Secara kimiawi, otak manusia memang diprogram untuk jatuh cinta dan ketika saat itu tiba, hormon dopamin diproduksi secara massif di dalam otak sehingga cinta akan terasa candu seperti kokain. Jadi ketika kita jatuh cinta hingga menjadi bucin, semua hal rasanya menyenangkan dan memberikan kepuasan tersendiri menurut otak.

Sementara itu, secara psikologis, kemungkinan kita sudah menjadi bucin ketika kita rela merendahkan harga diri, keadaan mental, hingga emosional demi cinta.

Baca Juga: Masalah Klasik yang Sering Jadi Alasan Putus Kaum LDR, Apa Saja?

Dampak Negatif

Tapi tentu saja bucin juga dapat berdampak negatif kalau dibiarkan terlalu jauh.

Kita mungkin jadi cenderung membenarkan berbagai perilaku dan perbuatan seseorang yang kita cintai, bahkan seandainya hal itu enggak logis dan enggak sama dengan pendapat orang lain.

Ini juga termasuk upaya kita memenuhi permintaan orang yang disukai, sekalipun hal tersebut dapat merugikan kita atau enggak masuk akal.

Selain itu, target-target tertentu dalam hidup yang pengin kita raih bisa terlupakan akibat terlalu fokus kepada percintaan yang belum tentu menghasilkan sesuatu yang positif.

Untuk mengakhiri predikat bucin, kita mesti meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri dan kenali orang yang kita cintai dengan lebih seksama. Bila perlu, ungkapkan perasaan pada dirinya sehingga kita memiliki ekspektasi yang nyata tentang hubungan dengannya.

(*)

Baca Juga: 5 Tanda Keinginan untuk Diakui Bisa Rusak Hubungan Percintaanmu