Peringati Hari Bumi, Ini Alasan Perempuan Lebih Rentan Terhadap Perubahan Iklim

Alessandra Langit - Rabu, 21 April 2021
Ilustrasi save the earth
Ilustrasi save the earth Pexels

Parapuan.co -  Hari Bumi Sedunia atau Earth Day diperingati setiap tanggal 22 April.

Tahun ini, perayaan Hari Bumi berfokus pada perubahan dan penemuan inovatif untuk memulihkan iklim dari kerusakan.

Beberapa tahun terakhir, iklim bumi semakin buruk.

Banyak bencana yang terjadi, banyak hewan yang mulai kehilangan tempat tinggalnya, dan permukaan air laut semakin tinggi.

Semua makhluk hidup di bumi merasakan dampak dari kerusakan iklim tersebut.

Namun, perempuan lebih dirugikan dan rentan terhadap kerusakan iklim.

Baca Juga: Kekerasan Berbasis Gender Online Meningkat Selama Pandemi, Ini Dampaknya Bagi Penyintas

Melansir dari laman resmi United Nations, kerentanan perempuan terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya.

70% dari 1,3 miliar orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan adalah perempuan. 

Di daerah perkotaan, 40% keluarga miskin dikepalai oleh perempuan. 

Perempuan mendominasi produksi pangan dunia (50-80%), tetapi perempuan memiliki kurang dari 10% tanah dan lahan produksi.

Perempuan mewakili persentase tinggi masyarakat miskin yang sangat bergantung pada sumber daya alam untuk mata pencaharian mereka, terutama di daerah pedesaan.

Perempuan di pedesaan memikul tanggung jawab untuk memasok air dan sumber daya alam bagi rumah tangga.

Mereka juga memikul tanggung jawab memasok energi untuk memasak, serta mencari ketahanan pangan. 

Di Asia Barat, perempuan berkontribusi hingga 50% dari tenaga kerja pertanian. 

Perempuan bertanggung jawab atas tugas-tugas yang lebih memakan waktu dan tenaga dan dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat-alat yang masih tradisional.

Di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, perempuan banyak terlibat dalam peternakan unggas.

Baca Juga: Ternyata Perempuan Tidak Lebih Baik dalam Multitasking, Ini Alasannya

Di Indonesia sendiri pun serupa.

Lebih banyak perempuan yang bekerja di sektor pertanian, peternakan, dan perdagangan yang bergantung pada sumber daya alam dan kondisi iklim.

Perempuan di Indonesia dan banyak negara lain di dunia memiliki akses dan kontrol yang terbatas atas keputusan mengenai iklim dan lingkungan.

Partisipasi perempuan sering diabaikan dalam pengambilan keputusan, dan tidak terlibat dalam pengelolaan lingkungan. 

Akibatnya, perempuan kurang mampu menghadapi perubahan iklim.

Selama cuaca ekstrim seperti kekeringan dan banjir, perempuan cenderung bekerja lebih keras untuk mengamankan mata pencaharian mereka serta kebutuhan kebersihan yang lebih tinggi.

Kawan Puan yang memiliki privilese lebih dan tidak harus bergantung langsung dengan sumber daya alam dan kondisi iklim, dapat ikut membantu Kawan Puan yang membutuhkan.

Baca Juga: Save the Earth! Ini 5 Tips Kurangi Sampah untuk Dicoba di Rumah

Kita bisa berkontribusi dalam melindungi bumid dengan cara sederhana.

Kita juga bisa menyuarakan hak dan menuntut perlindungan bagi kawan perempuan di pedesaan dan yang terdampak langsung oleh perubahan iklim. (*)

Sumber: United Nations
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh