Miris, Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak Bisa Terjadi di Lokasi Pengungsian

Ratu Monita - Sabtu, 10 April 2021
Suasana perempuan dan anak-anak di pengungsian banjir bandang NTT.
Suasana perempuan dan anak-anak di pengungsian banjir bandang NTT. BIDAN JORIA PARMIN/NOVA

Penyebabnya tak jauh berbeda dengan kekerasan seksual, yakni karena kondisi anak-anak yang terpaksa kehilangan atau terpisah dari orang tua maupun keluarganya.

"Kondisi anak kehilangan atau terpisah dari orang tua maupun keluarga, kemudian hidup mereka menjadi luntang-lantung karena baru saja kehilangan keluarga terdekat. Tak jarang justru keluarga baru seperti bude/tante/om berpikir 'nikahin aja udah'," jelas Komisier KPAI tersebut.

Baca Juga: BNPB Pastikan Kebutuhan Perempuan dan Anak di Pengungsian Banjir NTT Memadai

Hal inilah yang justru bisa menimbulkan masalah baru dan dampak di jangka panjang.

Sebab, di usia anak-anak yang masih belia tentu tidak memiliki kesiapan untuk membangun rumah tangga, dari segi fisik ataupun psikisnya.

Maraknya isu tersebut, KPAI berharap pihak dinas terkait dan BNPB perlu melakukan pendataan anak-anak yang kehilangan atau terpisah dari orang tua maupuan keluarga.

Kemudian menempatkan anak-anak dengan penanganan terbaik agar terhindar dari kasus tersebut. Selanjutnya, balai perlindungan anak setempat yang akan mengurus dan memberikan solusi terbaik di mana mereka harus ditempatkan.

Selain itu, Ai Maryati juga mengatakan bahwa Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai institusi pemerintahan yang bertanggung jawab dalam hal perlindungan anak perlu membuat regulasi mengenai hal tersebut.

Selanjutnya Kemenpppa juga perlu berkoordinasi dengan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dalam membentuk kesadaran kepada masyarakat bahwa, setiap anak yang ada di lingkungan sekitar adalah anak ‘kita’ yang harus dijaga serta dilindungi.

(*)

Baca Juga: Musibah Melanda NTT, Ini Kebutuhan Anak-anak di Lokasi Bencana

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini