Yuyun Sukawati Trauma Psikis Akibat Dugaan KDRT, Ini Dampaknya Buat Anak

Firdhayanti - Kamis, 8 April 2021
Pemain sinetron Yuyun Sukawati mengaku mendapat tindakan kekerasan rumah tangga dari suaminya, Fajar Umbara. Bahkan, sejak awal tahun pernikahannya, tahun 2019, dia sudah dianiaya oleh suaminya ini baik dalam bentuk fisik dan verbal.
Pemain sinetron Yuyun Sukawati mengaku mendapat tindakan kekerasan rumah tangga dari suaminya, Fajar Umbara. Bahkan, sejak awal tahun pernikahannya, tahun 2019, dia sudah dianiaya oleh suaminya ini baik dalam bentuk fisik dan verbal. Warta Kota/Arie Puji Waluyo

Parapuan.co - Satu lagi kasus kekerasan dalam rumah tangga dialami pemain sinetron Yuyun Sukawati. 

Yuyun mengatakan ia mengalami dugaan KDRT dari suaminya, Fajar Umbara. 

Hal itu mengakibatkan fisik dan psikis Yuyun terganggu. 

Baca Juga: Bukan Hal Remeh, Psikolog Ungkap Dampak Negatif KDRT Terhadap Korban

Pemain dari sinetron lawas Jin dan Jun ini mengungkapkan apa yang diperbuat suaminya. 

"Saya menderita selalu dianiaya oleh dia (Fajar). Saya sampai ketakutan saat ini bersama dengan anak saya," kata Yuyun Sukawati dalam jumpa persnya bersama pengacara, Lissa V di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (6/4/2021) petang dikutip dari Tribunnews.com

Yuyun sering dicekik, dipukul, diseret, hingga akan dilempar dari balkon apartemen selama dua tahun belakangan sejak ia menjadi istri Fajar. 

"Saya tidak menyangka, dia (Fajar) yang saya nilai agamanya baik tapi melakukan hal seperti ini (KDRT dan penganiayaan). Karena ketika kami pacaran 2016 lalu tidak terlihat sama sekali," ucap Yuyun. 

Baca Juga: Cegah Terjadinya KDRT, Ini 6 Tips yang Bisa Kamu Lakukan Selama Pacaran

Yuyun mengaku saat ini ia sudah tak tinggal bersama suaminya. Namun ia takut kalau Fajar masih datang kembali ke apartemen tempat tinggal mereka sebelumnya. 

"Karena dia (Fajar) masih punya akses. Sampai saya berpesan ke resepsionis dan satpam apartemen, untuk tahan dia tidak naik ke atas (unit apartemen) karena punya akses. Sampai saya minta dicabut saja aksesnya," jelas Yuyun Sukawati.

Suaminya juga pernah melakukan kekerasan kepada anak Yuyun dari suami sebelumnya yang masih berusia 14 tahun. 

Lissa V, pengacara Yuyun mengatakan kalau Yuyun trauma dengan kelakuan suaminya yang melakukan dugaan KDRT dan penganiayaan. 

"Psikis klien saya (Yuyun) ini sangat terganggu ya. Dia sangat ketakutan sama suaminya sendiri," ungkap Lissa V.

Bahkan, Lissa juga memberikan pengamanan ekstra kepada Yuyun agar tidak disambangi Fajar yang takutnya terjadi lagi KDRT dan penganiayaan. 

Baca Juga: Hobi Selingkuh dan KDRT Bisa Terlihat dari Tulisan Tangan, Begini Penjelasan Ahli

"Saya sudah kirimkan petugas keamanan untuk menjaga klien saya. Sembari menunggu polisi memproses dua laporan klien saya," ucapnya.

Lissa mengatakan kalau Yuyun Sukawati dan anaknya sudah melaporkan Fajar Umbara ke Polres Cirebon dan juga Polsek Pondok Aren, atas kasus dugaan kekerasan dan penganiayaan.

"Kami punya semua bukti dugaan KDRT dan penganiayaan ini. Luka lebam, tangan patah, bengkak, dan lainnya ada bukti dan hasil visum. Saya meminta polisi segera menangkap Fajar," ujar Lissa V.

Dampak KDRT Terhadap Anak 

Sebagaimana kita tahu, apa yang dilakukan suami Yuyun tersebut tak hanya berdampak pada Yuyun sendiri.

Anaknya yang mengalami kekerasan pun juga akan terkena dampak negatifnya. 

Melansir Psychology Today, berikut ini adalah dampak negatif pada KDRT terhadap anak. 

Baca Juga: Belajar dari Nindy Ayunda, Ini Tanda-tanda Perempuan Sudah Jadi Korban KDRT

1. Tertanam dalam Memori

Psikiater dan peneliti Daniel Siegel (2004) mengatakan bahwa KDRT yang dilihat atau dirasakan anak akan selalu menempel di otaknya. 

"Saat pikiran mereka sedang berkembang, otak juga merespon pengalaman yang sedang dilihat atau dirasakan pada anak. Pola dari firing of neutons ini akan membuat apa yang dilihat anak tertanam di otaknya," terang Daniel. 

Jika anak melihat kekerasan yang dilakukan baik pada dirinya maupun orang tuanya, memori itu tentu saja akan tertanam dan sulit hilang dari otaknya. 

Pengaruhi Psikologis 

KDRT juga mempengaruhi psikologis anak. Anak dapat merasa ketakutan berlebih akan bahaya, kesedihan berlebihan, pengabaian, serta ketakutan akan masa depannya. 

Atau kasusnya bisa sebaliknya. Akibat melihat dan merasakan KDRT, anak bisa tak memiliki empati atau rasa bersalah, biasa berbohong, memiliki toleransi furstasi yang rendah, serta mendapat penilaian yang buruk. 

Memori kekerasan yang tertanam di otaknya itu akan mempengaruhi banyak aspek kehidupan mereka. 

Baca Juga: Simak 7 Mitos Tentang Kekerasan Domestik yang Perempuan Harus Tahu

Tak Punya Kedekatan Emosional 

Orang tua yang suka menggunakan hukuman fisik dan kurang terlibat dalam pengasuhan tak mengerti bagaimana membedakan kebutuhan anak dan kebutuhan mereka sendiri. 

Hal ini menjadikan anak akan susah memiliki kedekatan emosional pada orang tuanya dan cenderung defensif. 

Sebabkan Trauma

Sebuah studi oleh Kilpatrick, Litt, dan Williams (1997) menyimpulkan bahwa menyaksikan dan mengalami KDRT dapat secara kuat memicu stres pasca trauma pada anak-anak.

Studi Adverse Childhood Experiences (ACE) yang dipimpin oleh Centers for Disease Control and Prevention telah menyebutkan bahwa KDRT dapat menjadi satu dari beberapa pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan dan berdampak pada beberapa hal.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Meningkat, Ini Langkah Yayasan Plan Indonesia Mengatasinya

Hal negatif yang dirasakan anak-anak yaitu memiliki kualitas hidup yang buruk, kematian dini, dan faktor risiko untuk banyak penyebab paling umum dari kematian di Amerika Serikat.

(*)

Sumber: Kompas.com,Psychology Today
Penulis:
Editor: Linda Fitria