Kebiasaan Unik Gen Z: Dari Cepat Lupa hingga Hobi Oversharing
By Tim Parapuan, Senin, 18 Agustus 2025
Penyakit Gen Z di Masa Kini
Parapuan.co - Gen Z kini menjadi sorotan bukan hanya karena kreativitas dan penguasaan teknologi, tetapi juga karena sejumlah kebiasaan unik yang kerap dijuluki warganet sebagai “penyakit” khas generasi ini. Fenomena ini, meski terdengar lucu, mencerminkan perubahan perilaku dan gaya hidup di era digital yang serba cepat.
X.com, perilaku ini mulai terlihat dari hal-hal sederhana, seperti lupa topik pembicaraan hanya karena jeda beberapa detik, mengirim foto dengan pengaturan “sekali lihat” hingga membuat penerima bingung, mandi sekali sehari karena dianggap cukup, hingga memberikan respon singkat seperti “hah”, “heh”, atau “hoh” saat diajak bicara. Belum lagi kebiasaan mengantuk mendadak di tengah aktivitas, sering lupa menaruh barang, mengetik penuh typo, hobi rebahan tanpa rencana bangun yang jelas, dan komentar warganet yang menambahkan perihal oversharing. Semua ini membentuk gambaran unik tentang bagaimana Gen Z menjalani keseharian mereka.
Meski terkesan tidak penting, kebiasaan-kebiasaan ini memicu perdebatan di berbagai platform. Sebagian orang menganggapnya sekadar adaptasi terhadap era digital yang serba cepat, sementara sebagian lainnya menilai sebagai tanda menurunnya fokus, disiplin, dan kesehatan fisik.
Fenomena “penyakit” Gen Z ini pun menjadi semacam identitas generasi, yang di satu sisi memunculkan kekhawatiran, namun di sisi lain menjadi bahan candaan yang mendekatkan hubungan antar generasi. Apa saja si penyakit Gen Z yang dimaksud? Kawan Puan bisa simak di bawah ini!
Short Attention Span
Salah satu kebiasaan yang sering ditemui adalah mudah lupa, bahkan untuk hal-hal sederhana. Saat diajak mengobrol, jeda sebentar saja sudah bisa membuat mereka lupa topik pembicaraan. Berdasarkan laman Kompas.com, short attention span akan membuat seseorang merasa kesulitan untuk berfokus menjalankan aktivitasnya dalam jangka panjang, baik itu kegiatan membaca buku, bekerja, maupun menonton film.
Fitur Kirim Foto "Sekali Lihat"
Tak hanya itu, tren mengirim foto dengan pengaturan “sekali lihat” juga menjadi kebiasaan khas. Cara ini dianggap lebih praktis, aman, dan memberi kesan eksklusif bagi penerima. Namun, bagi generasi sebelumnya, kebiasaan tersebut justru membingungkan. Pertanyaan yang sering muncul diantaranya, “Kalau fotonya cuma sekali lihat, gimana mau dilihat lagi?”.
Baca Juga: Kemenkes Bagikan Kebiasaan Penting untuk Gen Z untuk Mencapai Hidup Sehat
Dilansir melalui laman Kompas.com, konten baik itu foto atau video yang dikirim lewat View Once tidak bisa didokumentasikan dengan metode tangkapan layar alias screenshot, sehingga pengirim merasa aman tanpa takut akan disebarluaskan.
Mandi Cukup Sekali dalam Sehari
Soal kebersihan diri, sebagian Gen Z mengaku mandi hanya sekali sehari. Alasan yang diungkapkan beragam, mulai dari efisiensi waktu, kebiasaan sejak kecil, hingga sekadar malas. Beberapa bahkan berpendapat bahwa mandi sekali sehari sudah memadai asalkan menjaga kebersihan tubuh dengan cara lain, seperti menggunakan parfum atau body mist untuk menyamarkan bau badan dan menjaga penampilan tetap segar.
Meski begitu, melalui laman Healthline, Derrick Phillips, Konsultan Dermatologis di Cadogan Clinic, London menjelaskan bahwa mandi sekali sehari sudah cukup bagi sebagian besar anak-anak dan orang dewasa untuk menjaga tingkat kebersihan yang dapat diterima secara sosial, tetapi tetap dinilai tidak baik untuk kesehatan.
Kurang Respontif
Respon komunikasi pun memiliki ciri tersendiri. Saat diajak bicara, jawaban yang keluar sering kali hanya “hah”, “heh”, atau “hoh” bahkan singkat dan minim ekspresi. Bagi orang tua atau rekan kerja lintas generasi, pola komunikasi seperti ini kadang dianggap kurang sopan. Namun bagi Gen Z, ini hanyalah bentuk respon santai yang tidak memerlukan banyak kata.
Tidak hanya menjawab suatu pembicaraan biasa saja, Gen Z juga dinilai tidak bisa merespon dengan cepat suatu panggilan telepon yang mendadak. Seperti yang disebutkan pada laman Kompas.id, Gen Z akan malas menjawab panggilan telepon yang mendadak karena dianggap sebuah berita buruk. Padahal, bisa saja hal tersebut menjadi urgensi tersendiri yang harus cepat ditanggapi.
Mudah Mengantuk
Baca Juga: Tantangan Gen Z Kelola Keuangan di Era Digital, Antara Kemudahan dan Risiko
Selain itu, kantuk mendadak menjadi “penyakit” lain yang sering dialami. Entah sedang belajar, bekerja, atau hang out, rasa kantuk bisa muncul tanpa alasan jelas. Pola tidur yang tidak teratur dan kurangnya jam istirahat diduga menjadi penyebab utama kebiasaan ini. Bahkan, ada yang menganggap kantuk sebagai sinyal alami untuk mengambil waktu rebahan.
Tidak hanya itu, dilansir melalui laman Kompas.com, pola makan tidak sehat seperti mengonsumsi gula berlebihan dan gaya hidup tidak sehat yang malas bergerak juga bisa membuat Gen Z mudah mengantuk.
Oversharing
Satu kebiasaan yang juga sering disorot adalah oversharing. Banyak Gen Z yang cenderung membagikan informasi pribadi secara berlebihan di media sosial, mulai dari lokasi terkini, isi curhatan, hingga detail kehidupan sehari-hari. Meski dimaksudkan untuk berbagi, perilaku ini berisiko pada privasi dan keamanan.
Oleh karena itu, melalui laman Kompas.com, dijelaskan bahwa para Gen Z sering menggunakan kata-kata yang mungkin tidak tepat, seperti "gaslighting" atau arti dari kata "trauma". Kata-kata tersebut bisa digunakan untuk memengaruhi atau memanipulasi orang lain.
Suka Lupa Menaruh Barang Di mana
Kebiasaan lupa menaruh barang juga sering terjadi. Banyak Gen Z yang mengaku kerap mencari ponsel, kunci, atau dompet padahal benda tersebut berada di dekat mereka. Fenomena ini sering berujung pada momen lucu yang kerap mereka bagikan di media sosial, lengkap dengan nada pasrah dan komentar “kok bisa sih?”.
Namun, salah satu faktor yang disebabkan adalah gangguan kecemasan yang berlebih dan harus dihindari. Dilansir melalui laman Everyday Health, Direktur Pusat Perawatan Memori dan Alzheimer di Johns Hopkins Medicine, Constantine Lyketsos mengatakan, "Ini penyebab sangat umum pada orang-orang yang memiliki banyak tanggung jawab dan pekerjaan, serta tak bisa tidur nyenyak".
Ngetik Suka Typo
Baca Juga: 5 Jenis Usaha Digital yang Bisa Dicoba Milenial dan Gen Z, Apa Saja?
Di dunia digital, kebiasaan mengetik dengan banyak typo menjadi hal yang lumrah. Dilansir melalui laman Wired, salah satu psikolog asal University of Sheffield, Inggris bernama Tom Stafford mengatakan typo dapat terjadi lantaran otak manusia tidak bisa selalu bisa menangkap detail dengan cukup baik.
Meskipun ada fitur koreksi otomatis, kesalahan ketik tetap sering muncul dan jarang diperbaiki. Lucunya, hal ini justru dianggap wajar oleh sebagian Gen Z, asalkan pesan yang dikirim masih bisa dipahami oleh penerimanya.
Hobi Baru Gen Z: Rebahan
Hobi rebahan menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup. Bagi Gen Z, rebahan bukan sekadar malas bergerak, tetapi bentuk “me time” untuk mengisi ulang energi. Rebahan sambil menonton video pendek, mendengarkan musik, atau sekadar scrolling media sosial menjadi aktivitas favorit di waktu senggang.
Akan tetapi, hobi rebahan ini juga memiliki efek samping yang tidak baik untuh tubuh. Dikutip dari laman Kompas.com, menurut Dr Allison Edwards, Direktur Medis di Sesame, aplikasi kesehatan di Amerika Serikat, tubuh sangat memerlukan paparan sinar matahari. Namun ketika tubuh tidak terpapar sinar matahari maka akan kehilangan manfaat dari sinar matahari sebagai sumber vitamin D utama.
Meski sering dianggap remeh atau sekadar bahan candaan, kebiasaan-kebiasaan khas Gen Z ini sebenarnya mencerminkan perubahan besar dalam cara generasi muda berinteraksi, bekerja, dan menghabiskan waktu. Paparan teknologi, kemudahan akses informasi, serta tren media sosial membentuk pola perilaku yang berbeda drastis dari generasi sebelumnya.
Di satu sisi, kebiasaan tersebut menunjukkan kemampuan adaptasi Gen Z terhadap dunia yang bergerak cepat, penuh distraksi, dan kaya akan pilihan hiburan. Namun di sisi lain, jika tidak diimbangi dengan kesadaran diri dan manajemen waktu yang baik, pola hidup ini berpotensi mengganggu kesehatan mental, fisik, hingga produktivitas.
Hal yang dapat dilakukan oleh para Gen Z ini adalah dengan emperbaiki pola tidur, membatasi waktu layar, menjaga privasi di media sosial, serta melatih fokus bisa menjadi langkah sederhana untuk mengurangi efek negatifnya. Yang jelas, penyakit ini memang tidak menular secara medis. Namun, gaya hidupnya bisa cepat menyebar bahkan ke generasi sebelumnya yang mulai ikut terbiasa.
Pada akhirnya, “penyakit” Gen Z ini tak lebih dari refleksi perubahan zaman. Kebiasaan yang saat ini dipandang unik, aneh, atau bahkan menggelikan, sangat mungkin menjadi hal wajar bagi generasi yang datang setelahnya. Seperti tren yang silih berganti, pola hidup ini pun akan terus berevolusi, menegaskan bahwa setiap generasi selalu menemukan caranya sendiri untuk menikmati hidup dengan versinya masing-masing.
Baca Juga: Kesehatan Anak di Dunia Makin Memburuk Menurut Studi, Orang Tua Harus Apa?
(*)
Putri Renata