Parapuan.co - Di tengah tren nama unik dengan ejaan tidak lazim yang mungkin terkesan berlebihan, seperti Shakila menjadi Syaqueela, Diana menjadi Dyanha, dan sebagainya, keputusan memberikan nama bayi adalah sesuatu yang besar.
Pasalnya, nama bukan sekadar penanda identitas, tapi juga bisa menjadi cerminan nilai dan harapan keluarga. Selain itu, nama akan disandang seseorang selama hidupnya.
Menurut Cleveland Evans, psikolog Amerika sekaligus pakar onomastik (ilmu tentang nama), orang tua sebaiknya memulai dari hal yang paling mendasar: apa yang paling mereka hargai dalam hidup.
"Jika sejarah keluarga penting bagimu, pertimbangkan untuk menamai anak sesuai dengan nama leluhur," ujar Evans mengutip Today's Parent. "Atau jika kamu menghargai tradisi sosial atau keagamaan tertentu, cari nama dari keyakinanmu atau terinspirasilah dari tokoh sejarah yang kamu kagumi."
Nama Unik Tak Selalu Bermakna
Cleveland Evans juga mengingatkan agar tidak memilih nama hanya karena asal-usul atau arti katanya. Menurutnya, banyak orang salah kaprah dengan berpikir bahwa etimologi atau asal-usul kata sama dengan makna nama tersebut saat ini.
"Etimologi hanya memberi tahu kita arti akar kata dalam bahasa kuno, bukan apa arti nama itu di masa sekarang," jelasnya. Sebagai contoh, kata nice dulunya berarti “bodoh” dalam bahasa Latin, dan orchid berasal dari bahasa Yunani yang berarti “testis”. Jadi, makna historis tidak selalu relevan dengan konteks modern.
Sebaliknya, Evans mendorong orang tua untuk mempelajari sejarah di balik nama yang mereka suka. Hal ini akan berguna saat menjelaskan makna nama tersebut kepada anak kelak, terutama jika ada konotasi negatif yang perlu dijelaskan. Namun, jangan jadikan etimologi satu-satunya alasan memilih nama.
Perlukah Nama Anak Serasi dengan Nama Kakaknya?
Baca Juga: Inspirasi Nama Bayi Unik yang Jarang Dipakai Tapi Punya Makna Indah