Parapuan.co - Dalam era digital saat ini, tayangan anak-anak menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan keluarga. Anak-anak menghabiskan waktu mereka menonton acara favorit seperti CoComelon, Blippi, Mickey Mouse Clubhouse, atau Daniel Tiger’s Neighborhood hampir setiap hari. Tak jarang pula, para orang tua ikut menyaksikannya—entah karena menemani, ikut bernyanyi, atau sekadar memastikan konten tersebut aman dan sesuai usia anak.
Namun, meskipun kerap menemani dan terlibat secara tidak langsung, banyak orang tua merasa bahwa tayangan anak-anak yang ada saat ini belum sepenuhnya mencerminkan kenyataan hidup yang mereka jalani. Hal ini tergambar jelas dalam laporan terbaru dari Moonbug Entertainment, perusahaan media di balik tayangan anak populer seperti Blippi dan CoComelon.
Melansir Parents, laporan ini menunjukkan bahwa 43% orang tua menginginkan tayangan anak-anak yang menggambarkan kehidupan sehari-hari secara lebih realistis, termasuk menunjukkan dinamika keluarga, tantangan pengasuhan, dan keragaman struktur keluarga modern.
Tayangan Anak Dinilai Terlalu "Ideal"
Salah satu keluhan utama dari para orang tua adalah bagaimana tayangan anak terlalu sering menyajikan versi "sempurna" dari kehidupan keluarga. Dalam banyak acara, rumah terlihat selalu bersih dan rapi, orang tua atau pengasuh digambarkan sangat sabar dan tidak pernah marah, serta anak-anak yang tantrum bisa langsung pulih hanya dalam hitungan detik.
Kondisi ini jauh dari kenyataan yang dihadapi sebagian besar keluarga. Banyak orang tua harus menghadapi pagi yang kacau karena anak menolak mandi, adik berebut mainan dengan kakak, atau kebutuhan rumah tangga yang menumpuk tanpa henti. Bahkan hal-hal kecil seperti mengajak anak memakai sepatu bisa memicu drama besar di rumah. Saat tayangan anak tidak mencerminkan realita ini, orang tua merasa pengalaman mereka diabaikan atau tidak diwakili.
Apa yang Orang Tua Harapkan dari Tayangan Anak?
Laporan Moonbug mengungkapkan lima hal utama yang diharapkan para orang tua muncul dalam tayangan anak-anak:
- 43% orang tua ingin melihat gambaran yang jujur tentang ketidaksempurnaan orang tua, termasuk rasa lelah, kesalahan dalam mengasuh, atau ketegangan emosional yang kadang tak terhindarkan.
- 43% ingin tayangan yang merefleksikan tantangan sehari-hari, bukan sekadar alur cerita besar atau drama berlebihan yang tidak relevan dengan kehidupan nyata.
- 39% berharap tayangan membantu anak belajar menyelesaikan konflik secara sehat, misalnya lewat contoh dialog saat berselisih dengan teman atau saudara.
- 37% menginginkan karakter anak yang berperilaku seperti anak sungguhan, termasuk menunjukkan emosi yang beragam dan tidak selalu “baik-baik saja”.
- 37% mengusulkan lebih banyak representasi dari keluarga beragam, seperti keluarga tunggal (single parent), keluarga campuran, hingga keluarga yang tinggal dengan kakek-nenek.
Baca Juga: Sediakan Konten Khusus yang Ramah Anak, Seberapa Aman YouTube Kids?