Parapuan.co - Dalam perjalanan cinta, setiap pasangan tentu mengharapkan hubungan yang berjalan selaras, saling mendukung, saling menguatkan, dan tumbuh bersama hingga meraih kesuksesan.
Tak jarang, sebuah kisah asmara dimulai dari titik nol dan masa sulit, perjuangan ekonomi, hingga membangun kehidupan yang layak bersama.
Ada perempuan yang memilih bertahan dalam hubungan dengan laki-laki perintis. Tak jarang, mereka mengorbankan karier, waktu, tenaga, bahkan impian pribadi demi mendampingi sang kekasih dalam meniti jalan panjang menuju kesuksesan.
Sayangnya, tak semua kisah perjuangan itu berakhir indah. Laki-laki yang dahulu ditopang dan telah berhasil mengumpulkan pundi-pundi finansial mapan, perempuan yang dulu setia mendampingi justru dilupakan, bahkan ditinggalkan.
Fenomena seperti ini kian sering dibicarakan di media sosial dan dikenal dengan istilah From Zero to Hero Syndrome. Istilah ini merujuk pada sebuah pola perilaku laki-laki yang ketika masih zero atau belum jadi apa-apa, mendapatkan dukungan luar biasa dari pasangannya.
Namun setelah menjadi hero alias sukses secara ekonomi maupun sosial, ia justru berubah sikap. Merasa tak lagi membutuhkan pasangan lamanya dan kerap mencari sosok baru yang dianggap lebih cocok dengan pencapaian barunya.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi dalam dinamika psikologis ini? Mengapa banyak perempuan merasa ditinggalkan setelah ikut membangun kesuksesan pasangannya dan bagaimana sindrom ini menjelaskan sisi kelam dari narasi kesuksesan?
From Zero to Hero Syndrome merupakan istilah populer yang menggambarkan pola perilaku emosional dan relasional pada seseorang, dalam hal ini laki-laki dengan peningkatan status sosial, ekonomi, atau karier secara drastis. Tiba-tiba, mereka mengalami perubahan identitas personal serta sikap terhadap relasi yang sebelumnya dijalani.
Sindrom ini bukan hanya tentang transformasi status finansial, melainkan lebih kepada transformasi ego, persepsi diri, dan relasi interpersonal. Ketika seseorang mencapai puncak, ada pergeseran cara pandang terhadap diri dan orang lain. Ia merasa naik level dan terkadang tidak lagi melihat pasangan lamanya sebagai bagian dari citra barunya.
Penyebab Terjadinya From Zero to Hero Syndrome
Baca Juga: Mengenal Istilah Intimacy Issues dan Berbagai Jenisnya, Simak!
Merujuk dari laman Sonora, fenomena ini banyak dipengaruhi oleh budaya patriarki. Dalam sistem ini, laki-laki dianggap harus selalu berada di atas pasangan mereka, baik dari sisi finansial, status, maupun pencapaian.
Budaya ini menempatkan perempuan dalam posisi subordinat, di mana mereka dituntut untuk mendukung tanpa syarat, namun tidak selalu mendapatkan imbal balik yang setara. Ketika sang pria telah mencapai posisi yang lebih tinggi, ia merasa perlu mencari pasangan selevel, sehingga perempuan yang telah menemaninya dari nol dianggap tidak lagi cocok.
Bagaimana Sindrom Ini Bisa Menyakiti Perempuan?
Dampak emosional yang ditimbulkan sangat dalam. Perempuan merasa tidak dihargai, dikhianati, bahkan kehilangan identitas dirinya karena selama ini terlalu melebur dalam perjuangan pasangan.
Pada banyak kasus, perempuan yang ditinggalkan setelah membangun semuanya dari nol bisa mengalami trauma, trust issue, hingga gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan berkepanjangan.
Selain itu, perasaan tidak cukup dan gagal sering menghantui karena ia merasa telah gagal mempertahankan hubungan yang dibangun dengan keringat dan air mata.
Jika kamu pernah mengalami atau mengenal seseorang yang menjadi korban dari sindrom ini, ingatlah bahwa perjuangan yang dilakukan tetap berarti, meskipun tidak dihargai oleh pasanganmu.
Kamu layak mendapatkan pasangan yang tidak hanya melihatmu saat kamu kuat, tetapi juga menghargaimu karena telah hadir saat ia lemah.
Baca Juga: Mengenal Istilah Deep Talk dan Seberapa Penting Pasangan Melakukannya
(*)