Megawati Soekarnoputri Jadi Bagian dari 4 Tokoh Reformasi, Apa Peran Politiknya?

By Arintha Widya, Rabu, 21 Mei 2025

Megawati Soekarnoputri

Parapuan.co - Kawan Puan, sebagian darimu mungkin baru tahu Hari Reformasi Nasional diperingati setiap tanggal 21 Mei. Hari Reformasi Nasional menandai era reformasi di Indonesia yang dimulai pada 1998.

Rupanya, era reformasi di Tanah Air tidak lepas dari peran sejumlah tokoh politik nasional yang barangkali sudah kamu kenal. Mereka adalah Abdurrahman Wahid (gus Dur), Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Bisa kita lihat, Megawati merupakan satu-satunya politisi perempuan pada masa itu yang menjadi bagian dari empat tokoh reformasi. Bagaimana peran Megawati Soekarnoputri yang merupakan putri dari Soekarno (presiden pertama Indonesia) membawa warisan politik yang kuat sekaligus menghadapi tantangan besar di bawah tekanan rezim Orde Baru?

Yuk, simak informasi lengkap mengenai peran politis Megawati memperjuangkan era reformasi di Indonesia sebagaimana melansir Kompas.com!

Mendirikan Partai Usai Dijatuhkan Pendukung Orde Baru

Megawati muncul sebagai simbol perlawanan terhadap otoritarianisme ketika dirinya dijatuhkan dari kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) oleh Soerjadi, yang didukung oleh kekuasaan Orde Baru. Penurunan itu memicu gelombang perlawanan di berbagai daerah dan memperkuat posisi Megawati sebagai figur oposisi.

Dari sinilah, Megawati kemudian membentuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang menjadi kendaraan politik utama dalam menghadapi rezim Soeharto.

Di fase awal Reformasi, Megawati turut hadir dalam pertemuan bersejarah di Ciganjur pada 10 November 1998 bersama tiga tokoh lainnya: Abdurrahman Wahid, Amien Rais, dan Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Pertemuan tersebut melahirkan Deklarasi Ciganjur, sebuah komitmen bersama untuk membangun Indonesia yang demokratis dan menjunjung tinggi keadilan, transparansi, serta penghapusan dwifungsi ABRI.

Baca Juga: Di Balik Panggung Politik: Kekerasan Menghantui Politisi Perempuan

Menjawab Wapres, Kemudian Jadi Presiden

Peran Megawati dalam transisi politik pasca-Orde Baru semakin menonjol ketika ia terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Gus Dur pada tahun 1999. Namun, tak lama kemudian, setelah Gus Dur diberhentikan oleh MPR pada 23 Juli 2001, Megawati naik menggantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia yang kelima.

Dengan demikian, ia mencatat sejarah sebagai presiden perempuan pertama di Indonesia. Kepemimpinan Megawati pada periode 2001–2004 menjadi bagian penting dari konsolidasi politik pasca-reformasi.

Meski menghadapi tantangan berat, baik secara ekonomi maupun politik, Megawati tetap menunjukkan komitmennya terhadap agenda reformasi, termasuk menjaga stabilitas demokrasi yang masih rapuh pada masa itu.

Dibandingkan tokoh reformasi lainnya seperti Gus Dur yang dikenal sebagai tokoh moral dan intelektual, Amien Rais sebagai penggerak mahasiswa dan pelopor PAN, atau Sultan Hamengkubuwono X sebagai penjaga stabilitas di Yogyakarta, peran Megawati lebih mengakar pada kekuatan partai politik dan peralihan kekuasaan formal.

Ia adalah satu-satunya tokoh reformasi yang kemudian benar-benar memegang kendali eksekutif tertinggi di negara ini. Kini, warisan politik Megawati masih terasa kuat, terutama melalui kiprahnya sebagai Ketua Umum PDIP yang terus menjadi partai besar di Indonesia.

Perannya dalam era Reformasi menjadi penanda bahwa perjuangan perempuan dalam politik Indonesia bukan hanya simbolik, tetapi juga nyata dan berpengaruh dalam perubahan arah bangsa.

Kawan Puan, informasi ini bukan untuk mendukung tokoh atau partai politik tertentu. Akan tetapi, ini menjadi bukti bahwa perempuan selalu punya peluang menjadi berdaya di bidang apapun yang diminati, serta mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang itu.

Belajar dari Megawati, kamu bisa mulai mencetak sejarah sendiri di bidang yang sedang kamu geluti.

Baca Juga: Kiprah Politik Dyah Roro Esti sebelum Dilantik Jadi Wakil Menteri Perdagangan RI

(*)