Mengatur Keuangan Kini Perlu Pertimbangkan Pajak, Apa yang Bisa Dilakukan?

Arintha Widya - Kamis, 21 Agustus 2025
Mengelola keuangan yang juga mempertimbangkan pajak
Mengelola keuangan yang juga mempertimbangkan pajak hxyume

Parapuan.co - Harga kebutuhan pokok di Indonesia terus merangkak naik. Belum lagi, berbagai aspek kehidupan kini seakan tak luput dari pungutan pajak—mulai dari belanja daring, hiburan digital, hingga transaksi sehari-hari.

Kondisi ini membuat masyarakat dituntut untuk lebih cermat dalam mengatur keuangan, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan harian, tetapi juga untuk mengantisipasi kewajiban pajak yang bisa menyedot porsi anggaran.

Lantas, bagaimana mengelola keuangan jika kita juga harus mempertimbangkan potongan pajak dan sebagainya? Yuk, simak informasi yang dikutip dari Nerd Wallet berikut ini!

1. Menghitung Penghasilan Setelah Pajak

Langkah pertama dalam menyusun anggaran adalah memahami berapa sebenarnya penghasilan bersih yang masuk ke kantong setiap bulan. Bagi karyawan, ini berarti gaji yang sudah dipotong pajak penghasilan dan iuran wajib lainnya.

Bagi pekerja lepas atau pelaku usaha kecil, penting juga memperhitungkan potongan pajak final, biaya operasional, serta kewajiban administrasi lainnya. Dengan begitu, gambaran keuangan lebih realistis dan tidak menimbulkan “kejutan” di akhir bulan.

2. Memilih Sistem Anggaran yang Tepat

Ada banyak metode pengaturan keuangan, namun yang paling populer adalah pola 50/30/20. Artinya:

  • 50% untuk kebutuhan pokok (makan, transportasi, tempat tinggal, cicilan, asuransi, termasuk pajak rutin).
  • 30% untuk keinginan (hiburan, belanja non-esensial, gaya hidup).
  • 20% untuk tabungan dan pelunasan utang.

Namun, jika kebutuhan pokok sudah terlalu tinggi akibat kenaikan harga dan pajak tambahan, pola ini bisa dimodifikasi menjadi 60/20/20 atau 70/20/10, sesuai situasi masing-masing. Fleksibilitas adalah kunci agar anggaran tetap realistis dan bisa dijalankan konsisten.

Baca Juga: BI Uji Coba Payment ID Berbasis NIK untuk Pantau Transaksi Keuangan

3. Melacak Pengeluaran Secara Rutin

Sering kali kebocoran anggaran terjadi bukan karena belanja besar, tetapi pengeluaran kecil yang tidak terasa, seperti biaya layanan digital atau ongkos kirim belanja daring.

Mencatat setiap pengeluaran, baik dengan buku catatan sederhana maupun aplikasi keuangan, dapat membantu melihat ke mana larinya uang setiap bulan. Dari situ, kita bisa menyesuaikan agar pos “keinginan” tidak mengganggu kebutuhan dan tabungan.

4. Mengotomatiskan Tabungan dan Dana Darurat

Kenaikan harga dan beban pajak membuat dana darurat semakin penting. Salah satu cara yang efektif adalah mengatur transfer otomatis ke rekening tabungan khusus setiap kali gajian. Dengan begitu, dana ini tidak tercampur dengan kebutuhan harian. Idealnya, dana darurat mencakup minimal tiga hingga enam bulan biaya hidup.

5. Meninjau dan Menyesuaikan Anggaran

Situasi keuangan dan kebijakan perpajakan bisa berubah. Oleh karena itu, anggaran harus dievaluasi secara berkala. Jika ternyata beban pajak semakin menekan, mungkin perlu mencari alternatif penghasilan tambahan atau memangkas pos pengeluaran tertentu. Ingat, tujuan anggaran bukan sekadar menghitung angka, melainkan menciptakan kendali dan ketenangan dalam menghadapi perubahan ekonomi.

Prioritas dalam Mengelola Uang

Selain pajak, ada hal-hal lain yang juga harus diprioritaskan, antara lain:

  • Membangun dana darurat.
  • Membayar utang dengan bunga tinggi.
  • Menyiapkan tabungan pensiun atau investasi jangka panjang.
  • Melindungi diri dengan asuransi.

Dengan urutan prioritas ini, keuangan dapat dikondisikan agar lebih sehat meskipun beban pajak terus bertambah.

Baca Juga: Bagaimana Cara UMKM Mengatur Keuangan agar Tak Mudah Bangkrut?

(*)

Sumber: Nerd Wallet
Penulis:
Editor: Arintha Widya