Parapuan.co - Belakangan ini ramai kabar ratusan siswa memilih untuk mengundurkan diri dari beberapa Sekolah Rakyat (SR) di Indonesia. Untuk diketahui, Sekolah Rakyat Indonesia adalah program pendidikan berasrama yang tidak hanya memberikan akses pendidikan formal layaknya sekolah umum, tetapi juga berbagai pelatihan untuk menjadikan peserta didik lulusan yang unggul.
Berbeda dengan sekolah konvensional, SR berbentuk boarding school yang diharapkan dapat memastikan asupan gizi memadai bagi peserta didik. Program Sekolah Rakyat ini sendiri sudah resmi dimulai sejak 14 Juli 2025 lalu.
Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, Menteri Sosial (Mensos) mengatakan bahwa siswa Sekolah Rakyat yang paling banyak mengundurkan diri berasal dari Jawa dan Sulawesi. "Di Jawa dan Sulawesi masing-masing 35 siswa," ujar Gus Ipul dikutip dari Kompas.
Setelah Jawa dan Sulawesi, daerah dengan jumlah siswa Sekolah Rakyat mengundurkan diri terbanyak adalah Sumatera dan Kalimantan. "Di Kalimantan ada 10 siswa, di Sumatera ada 26 siswa. Di Bali dan Nusa Tenggara 4 siswa, dan di Maluku 5 siswa yang mengundurkan diri. Di Papua, tidak ada" imbuhnya.
Gus Ipul menjelaskan, saat ini tercatat ada 115 orang siswa yang mengundurkan diri atau sekitar 1,4 persen dari total siswa Sekolah Rakyat yakni sebesar 9.705 orang.
Gus Ipul pun menegaskan, siswa yang mengundurkan diri juga telah dicarikan gantinya dengan siswa lain yang bersedia masuk ke Sekolah Rakyat. Misalnya di Sulawesi dari 35 siswa yang mundur, ada 26 yang sudah digantikan, dan sisanya masih dalam proses.
Kemudian di Bali dan Nusa Tenggara, dari empat siswa yang mundur, sudah digantikan seluruhnya, sedangkan di Kalimantan, masih dalam proses pergantian siswa. Sementara di Jawa, dari 35 siswa yang mundur, sudah terganti 19 siswa, Sumatera dari 26 siswa yang mundur, telah digantikan 14 siswa.
"Di Sulawesi, misalnya, dari 35 yang mundur, 26 sudah ada penggantinya, sisanya masih dalam proses," ujarnya. Gus Ipul mengatakan, alasan utama pengunduran diri para siswa antara lain karena tidak siap tinggal di asrama dan memilih bersekolah di sekolah reguler.
Selain itu, beberapa siswa juga beralasan tidak bisa jauh dari orang tua, ataupun mereka harus menjaga orang tua tunggal. Oleh karena itu, Gus Ipul melakukan dialog dengan siswa dan orang tua agar tetap menyekolahkan anaknya di Sekolah Rakyat.
Baca Juga: Ayah Antar Anak di Hari Pertama Sekolah, Ini Dampaknya bagi Buah Hati