Sebab, di balik setiap ibu berhasil memberikan ASI eksklusif, hampir selalu ada sosok suami yang setia mendampingi, mendukung, dan memperjuangkan mimpi serupa.
Mengapa Dukungan Suami Begitu Penting dalam Proses Menyusui?
Menyusui adalah proses yang kompleks. Tidak hanya menyangkut kemampuan fisik ibu untuk menghasilkan dan mengeluarkan ASI, tetapi juga melibatkan kondisi psikologis yang stabil, percaya diri, serta kenyamanan emosional.
Dukungan suami menjadi penting karena mampu mengisi celah-celah kebutuhan emosional dan praktis yang dibutuhkan ibu untuk menyusui dengan tenang.
Ketika seorang ibu baru mengalami berbagai perubahan fisik dan emosional pascamelahirkan seperti kelelahan, nyeri, baby blues, bahkan risiko depresi postpartum, dukungan suami berfungsi seperti jangkar yang menahan agar kondisi ibu tidak goyah.
Ucapan sederhana seperti "Kamu luar biasa", pelukan hangat saat ibu merasa gagal menyusui, hingga kehadiran penuh perhatian saat ibu sedang menyusui, bisa sangat berarti. Hal ini memperkuat ikatan emosional antar pasangan, sekaligus memberikan energi positif bagi ibu untuk terus mencoba dan tidak menyerah dalam menyusui.
Bukan itu saja, bayi yang baru lahir sering kali menyusu setiap 2 hingga 3 jam, termasuk di malam hari. Kondisi ini sangat melelahkan, terutama jika ibu juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya.
Di sinilah peran nyata suami sangat dibutuhkan dengan secara aktif, seperti ikut menjaga bayi, mengganti popok, menyiapkan makanan, bahkan mencuci pakaian.
Melalui perlakuan tersebut, suami telah membantu menciptakan ruang dan waktu bagi ibu untuk fokus menyusui juga beristirahat. Pada akhirnya, ini akan berdampak langsung pada produksi ASI yang lebih lancar karena tubuh ibu tidak terlalu stres dan kelelahan.
Baca Juga: AIMI Libatkan Tokoh Agama dalam Kampanye Menyusui untuk Tekan Stunting
(*)