Parapuan.co - Dunia musik kehilangan salah satu legenda besarnya. Connie Francis, penyanyi perempuan terlaris di dunia pada masanya, meninggal dunia pada usia 87 tahun pada Rabu malam, 16 Juli 2025. Kabar duka ini disampaikan oleh Presiden label rekamannya, Ron Roberts, yang mengumumkannya “dengan hati yang berat dan kesedihan yang mendalam” melalui media sosial.
Connie Francis mengembuskan napas terakhirnya setelah dirawat di rumah sakit karena nyeri panggul akibat patah tulang. Saat menjalani perawatan, ia juga didiagnosis menderita pneumonia.
Ironisnya, kepergian sang diva datang hanya beberapa bulan setelah lagunya yang dirilis lebih dari 60 tahun lalu, Pretty Little Baby (1962), viral di TikTok dan memperkenalkan kembali suaranya kepada generasi muda.
Lagu Lawas yang Kembali Bersinar
Viralnya Pretty Little Baby mengundang nostalgia dan kehangatan di tengah hiruk-pikuk media sosial. Mengutip BBC, lagu balada yang easy listening ini menjadi latar favorit bagi jutaan pengguna TikTok, termasuk selebritas seperti Kim Kardashian dan Kylie Jenner, untuk menampilkan momen kebersamaan bersama anak-anak atau hewan peliharaan.
Salah satu video paling populer berasal dari pasangan influencer Brooke Monk dan Sam Dezz, yang ditonton lebih dari 158 juta kali. Penyanyi ABBA, Agnetha Fältskog, bahkan menyatakan bahwa Connie Francis telah lama menjadi penyanyi favoritnya. Di Broadway, aktris Gracie Lawrence yang memerankan Francis dalam musikal Just in Time turut membagikan video dirinya menyanyikan lagu tersebut dalam kostum karakter Connie.
Menanggapi popularitas mendadak lagunya di usia senja, Francis sempat berkata dalam wawancara dengan The New York Times, “On top of the world and overwhelmed that a whole new generation of people know me and my music now.” Ia menambahkan bahwa dirinya bahkan sempat lupa pernah merekam lagu tersebut, namun merasa lagu itu “punya nuansa kepolosan yang menyentuh di tengah dunia yang kacau seperti sekarang.”
Profil Connie Francis: Ikon Musik dengan Hidup Penuh Liku
Lahir dengan nama Concetta Franconero pada 12 Desember 1938 di Newark, New Jersey, Connie Francis dibesarkan dalam keluarga pekerja keturunan Italia-Amerika. Didorong oleh ayahnya sejak kecil, ia sudah tampil menyanyi dan bermain akordeon di berbagai acara sejak usia dini. Melansir Britannica, namanya mulai dikenal publik saat tampil di acara Arthur Godfrey’s Talent Scouts pada tahun 1950.
Baca Juga: Penyanyi Senior Emilia Contessa Meninggal Dunia, Ini Profil dan Perjalanan Kariernya
Setelah mengganti nama menjadi Connie Francis atas saran Godfrey, ia bergabung dalam acara televisi anak-anak di New York, dan akhirnya menandatangani kontrak dengan MGM Records pada 1955. Meski beberapa lagu awalnya gagal, kesuksesan besar datang lewat lagu Who’s Sorry Now (1957), yang menjadi hit setelah dipromosikan oleh Dick Clark di acara American Bandstand.
Kariernya melejit dengan lagu-lagu klasik seperti Stupid Cupid (1958), My Happiness (1958), My Heart Has a Mind of Its Own (1960), dan Everybody’s Somebody’s Fool (1960) yang membawanya ke puncak tangga lagu. Ia juga dikenal karena strategi cerdasnya merekam lagu-lagu dalam berbagai bahasa untuk menjangkau pasar global, terutama di Eropa dan Jepang. Albumnya Connie Francis Sings Italian Favorites (1959) menjadi salah satu karya paling sukses di komunitas Italia-Amerika.
Di masa jayanya, Francis juga tampil di sejumlah film seperti Where the Boys Are (1960), yang turut memperkuat citranya sebagai ikon remaja. Namun, kejayaannya mulai memudar pada pertengahan 1960-an seiring datangnya British Invasion dan masalah kesehatan akibat operasi hidung yang memengaruhi suaranya.
Tragedi menghantam hidupnya ketika ia menjadi korban pemerkosaan setelah konser di New York tahun 1974. Meski sempat memenangkan gugatan terhadap pihak motel atas kelalaian keamanan, kejadian itu meninggalkan luka mendalam dan membuatnya mundur dari sorotan publik. Penderitaan berlanjut ketika sang adik dibunuh pada 1981, dan Francis menghabiskan sebagian besar dekade 1980-an menjalani perawatan kejiwaan.
Meski penuh badai, Francis bangkit kembali, tidak hanya di dunia hiburan tapi juga sebagai advokat bagi korban kekerasan dan pejuang kesadaran kesehatan mental. Ia menuliskan kisah hidupnya dalam dua buku autobiografi, Who’s Sorry Now? (1984) dan Among My Souvenirs: The Real Story Vol. 1 (2017).
Warisan dan Cinta dari Generasi Baru
Hingga akhir hayatnya, Connie Francis tetap tampil di berbagai kesempatan, menjaga cintanya pada musik tetap hidup. Viral-nya Pretty Little Baby menjadi penanda bahwa karya seorang seniman bisa menemukan makna baru melintasi waktu dan generasi. Kepergiannya bukan hanya akhir dari sebuah era, melainkan juga pengingat bahwa suara yang tulus akan selalu menemukan pendengarnya — meski setelah puluhan tahun berlalu.
Connie Francis telah berpulang, tetapi lagunya tetap bergema. Di era digital ini, warisan musiknya hidup kembali — dari pemutar piringan hitam ke TikTok, dari tangis remaja 1960-an ke senyum anak-anak muda masa kini.
Baca Juga: Mengenal Sosok Titiek Puspa, Penyanyi Perempuan Legendaris yang Baru Tutup Usia
(*)