3. Aktivitas gelombang atmosfer tropis seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator, yang membawa uap air dan memicu hujan lebat.
4. Konvergensi angin di barat dan selatan Pulau Jawa, yang memusatkan kelembaban di wilayah tertentu.
5. Labilitas atmosfer tinggi, yang mempercepat pembentukan awan hujan.
Secara musiman, ketiga jenis gelombang atmosfer tropis—MJO, Kelvin, dan Rossby—berperan besar dalam membawa kelembaban udara dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, meningkatkan kemungkinan hujan meskipun secara periodik seharusnya tidak terjadi.
Dampaknya bagi Kehidupan Sehari-hari
Fenomena anomali curah hujan ini tentu berdampak pada berbagai sektor, mulai dari pertanian, kesehatan, hingga infrastruktur.
Tanaman yang semestinya tumbuh di musim kemarau bisa rusak karena kelebihan air, dan meningkatnya kelembaban juga bisa memicu penyakit berbasis air dan udara seperti demam berdarah atau infeksi saluran pernapasan.
Masyarakat pun diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti informasi terkini dari BMKG terkait prakiraan cuaca.
Pemahaman tentang kemarau basah menjadi penting agar kita bisa lebih siap menghadapi dampaknya dan melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yang makin nyata.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Kemarau Basah dan Prediksi BMKG Terkait Perubahan Iklim
(*)