KPop Demon Hunters, Film Animasi yang Mendobrak Batas Stereotip Perempuan di Anime

Arintha Widya - Rabu, 2 Juli 2025
Film animasi KPop Demon Hunters yang mendobrak stereotip tentang karakter perempuan.
Film animasi KPop Demon Hunters yang mendobrak stereotip tentang karakter perempuan. Netflix

Parapuan.co - Siapa bilang karakter perempuan dalam animasi harus selalu anggun dan cantik? Film animasi KPop Demon Hunters dari Sony Pictures Animation dan Netflix membalik semua ekspektasi itu dengan menampilkan trio idol perempuan yang tak hanya bisa tampil memukau di atas panggung, tapi juga menendang, menebas, dan tampil konyol tanpa takut terlihat "tidak cantik".

Dibintangi oleh grup fiksi Huntr/x yang terdiri dari Rumi, Mira, dan Zoey, film ini mengikuti perjalanan mereka menghadapi boyband iblis bernama Saja Boys. Uniknya, pemimpin Huntr/x, Rumi, ternyata setengah iblis. Hal ini membuka cerita emosional tentang penerimaan diri dan pertarungan antara cahaya dan kegelapan, lewat irama dan lagu yang luar biasa catchy.

Seperti apa pesan yang ingin disampaikan dalam film animasi KPop Demon Hunters? Simak informasinya yang dilansir dari Variety!

Kekuatan Perempuan dalam Cerita dan Visual

Salah satu pencapaian paling mencolok dari film ini adalah bagaimana ia menyajikan karakter perempuan yang tidak takut terlihat lucu, aneh, bahkan "jelek". Sutradara Maggie Kang dengan bangga mengatakan:

"Saya ingin melihat perempuan bertingkah bodoh. Kami membuat karakter dengan lubang hidung besar, kantung mata, dan alis yang tidak rapi. Itu adalah tampilan mereka saat paling rentan."

Pendekatan ini menjadi tamparan manis bagi stereotip lama di industri animasi. Kang bahkan sempat menghadapi penolakan saat ingin menjadikan karakter perempuan sebagai sosok yang paling lucu di film sebelumnya.

"Ada ketakutan untuk membuat karakter perempuan menjadi pusat komedi," kata Maggie lagi. "Saat saya mengusulkan agar karakter perempuan yang lucu menggantikan peran kembar prianya, ruangan mendadak sunyi." Tapi kali ini, ia bersikeras: "Saya hanya bilang: ‘Peduli amat!’”

Dari Fiksi ke Realitas: Huntr/x Kuasai Dunia Musik

Baca Juga: Jadi Film Animasi Indonesia Terlaris, Ini 5 Alasan Wajib Nonton Jumbo

Huntr/x mungkin hanya grup fiksi, tetapi pencapaiannya sangat nyata. Soundtrack film ini langsung melesat ke posisi No. 5 di Spotify Global dan menjadi album soundtrack debut tertinggi tahun ini. Bahkan, lagu Golden dari film ini menempati posisi No. 3 di Daily Top Songs Global Spotify.

Keberhasilan ini tak lepas dari kualitas musiknya. Ian Eisendrath, produser musik eksekutif film ini, mengatakan, "Kami ingin lagu-lagunya tidak hanya enak didengar, tapi juga menggerakkan cerita."

Ia menambahkan bahwa inspirasi musik datang dari kombinasi K-Pop dan musikal ala Disney. Yang lebih menarik lagi, Jeongyeon, Jihyo, dan Chaeyoung dari TWICE ikut meramaikan proyek ini. Mereka menyanyikan versi mereka sendiri dari lagu Takedown dan tampil di kredit film.

Kesuksesan Komersial dan Harapan untuk Masa Depan

Tak hanya sukses di musik dan animasi, merchandise KPop Demon Hunters juga meledak. Penjualan di toko online Netflix meningkat 400% setelah film ini tayang. Dua produk terlarisnya—kaus band dan boneka macan mistis lucu—langsung masuk daftar lima besar barang terlaris Netflix tahun ini.

Sementara itu, para pembuat film berharap film ini membuka jalan bagi cerita animasi orisinal lainnya. Chris Appelhans, sutradara bersama Kang, mengatakan, "Penonton bisa merasakan kalau pembuat film benar-benar percaya dan mencintai proyeknya. Sudah waktunya animasi di Hollywood melebarkan sayapnya."

Dan untuk masa depan Huntr/x? Maggie Kang berharap bisa mengeksplorasi latar belakang Mira dan Zoey lebih jauh dalam sekuel, jika diberi kesempatan. "Kami sudah menyiapkan cerita, tapi tidak semua muat dalam 85 menit. Ini adalah kisah Rumi. Tapi Mira dan Zoey punya cerita besar juga," tutupnya.

Kalau Kawan Puan penasaran dan ingin menonton, intip dulu trailer film animasi KPop Demon Hunters di bawah ini:

Baca Juga: Rekomendasi Film Animasi untuk Balita yang Juga Bisa Dinikmati Dewasa

(*)

Sumber: Variety
Penulis:
Editor: Arintha Widya