Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Apa yang Harus Diajarkan ke Anak Perempuan tentang Tubuh, Emosi, dan Batasan?

Arintha Widya - Sabtu, 28 Juni 2025
Yang harus diajarkan ke anak perempuan tentang tubuh, emosi, dan batasan.
Yang harus diajarkan ke anak perempuan tentang tubuh, emosi, dan batasan. interstid

Parapuan.co - Dalam dunia yang terus berubah, anak perempuan tumbuh dengan lebih banyak kebebasan dan peluang daripada generasi sebelumnya. Mereka bisa bersuara, berkarya, bahkan mengguncang dunia lewat media sosial. Namun di balik semua itu, ada satu pelajaran penting yang sering terabaikan, yakni memahami dan menetapkan batasan yang sehat terhadap tubuh, emosi, dan relasi mereka.

Tanpa pemahaman tentang batasan yang sehat terkait diriny, kebebasan yang anak-anak perempuan miliki bisa justru membuat mereka tersesat. Lantas, apa yang harus diajarkan kepada anak perempuan tentang tubuh, emosi, dan batasan? Simak informasi yang dirangkum dari michellemitchel.org di bawah ini!

1. Tubuh Mereka Adalah Milik Mereka, dan Itu Penting

Salah satu pelajaran pertama yang harus ditanamkan adalah bahwa tubuh mereka bukanlah milik orang lain. Mereka punya hak penuh atas tubuhnya, termasuk hak untuk berkata “tidak” jika merasa tidak nyaman. Ini penting, apalagi dalam konteks pergaulan, tekanan sosial, dan batas-batas privasi.

Ajarkan anak perempuan bahwa ketika mereka merasa tidak nyaman, itu bukanlah tanda kelemahan, tapi sinyal bahwa sesuatu perlu dihormati. Intuisi bisa jadi tanda bahwa ketidaknyamanan mesti diakhiri.

2. Emosi Mereka Valid, Tapi Perlu Diolah

Anak perempuan sering kali diasosiasikan dengan emosi yang melimpah. Sayangnya, tak jarang mereka juga diajarkan untuk menekan atau menyesuaikan emosinya demi menyenangkan orang lain. Ini bisa menjadi jebakan yang membahayakan.

Anak perempuan harus diajak untuk mengenali perasaan mereka, memilikinya, dan belajar mengungkapkannya secara sehat. Mereka juga perlu tahu bahwa menangis, marah, dan merasa bingung bukanlah kelemahan, tapi bagian dari keberanian mengenal diri sendiri.

3. Batasan Itu Bukan Penghalang, Tapi Pelindung

Baca Juga: 10 Aturan Interaksi Ayah dengan Anak Perempuan, Tetap Jaga Batasan

Banyak anak perempuan takut menetapkan batasan karena khawatir dianggap egois atau tidak peduli pada teman. Tapi justru sebaliknya, batasan adalah wujud kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang lain. Dalam hubungan pertemanan misalnya, ajarkan prinsip 50/50: mereka perlu memenuhi 50% kebutuhan emosional mereka sendiri, dan 50% bisa dibantu oleh orang lain.

Contohnya: jika seorang teman ingin menelepon tengah malam, anakmu harus tahu bahwa haknya untuk tidur tidak kalah penting. Menyisihkan waktu untuk diri sendiri adalah bagian dari perawatan diri yang sehat.

4. Mengatakan “Tidak” Bukanlah Dosa

Anak perempuan perlu tahu bahwa mereka tidak harus selalu menjelaskan setiap penolakan. Terkadang, cukup berkata tegas: “Tidak, aku tidak nyaman,” tanpa harus merasa bersalah.

Penting untuk membangun self-trust dalam diri anak, agar mereka tidak mudah mengabaikan sinyal bahaya hanya karena takut membuat orang lain kecewa. Kita bisa mengingatkan mereka, "Katakan ‘tidak’ dengan tegas, seperti kamu bilang ke ibumu saat diminta bersih-bersih kamar." Tegas, tanpa basa-basi.

5. Orang Tua Tetap Berperan sebagai Penjaga

Meski anak perempuan perlu belajar menetapkan batasannya sendiri, tetap ada masa ketika mereka belum mampu melakukannya dengan baik. Di sinilah peran orang tua sebagai pembimbing bijak. Jangan ragu menetapkan batasan yang adil dan masuk akal, serta menjelaskan alasan di baliknya.

Salah satu pendekatan yang direkomendasikan adalah membagi keputusan dalam tiga kategori:

  • Keputusan orang tua: misalnya soal jam tidur atau penggunaan gadget.
  • Keputusan anak: biasanya berkaitan dengan preferensi pribadi yang aman, seperti memilih hobi.
  • Keputusan yang dinegosiasikan: misalnya soal ikut les atau kegiatan ekstrakurikuler, dengan syarat dan kesepakatan bersama.

Kejelasan itu penting. Terlalu banyak kata ‘kadang’, ‘boleh’, ‘lihat nanti’ justru membingungkan. Anak perempuan butuh tahu dengan pasti siapa yang membuat aturan.

Baca Juga: Pentingnya Menetapkan Batasan yang Sehat Demi Kestabilan Mental Perempuan

6. Menghormati Batasan adalah Gerbang Menuju Kedewasaan

Mengajarkan batasan bukan berarti membatasi potensi. Justru dengan memahami batas, anak perempuan akan tumbuh menjadi sosok yang tahu cara melindungi dirinya, tahu apa yang pantas, dan tahu kapan harus berhenti.

Dan jika mereka belum sampai di sana, jangan khawatir. Setiap langkah kecil yang orang tua ambil dalam membimbing mereka ke arah itu adalah pelajaran hidup yang tak ternilai.

Mengajarkan tentang tubuh, emosi, dan batasan bukanlah tugas mudah, tetapi ini adalah fondasi penting agar anak perempuan dapat tumbuh sebagai individu yang kuat, sadar, dan penuh kasih sayang—pada diri sendiri dan sesama.

Kita tidak hanya membesarkan anak perempuan, kita sedang membentuk generasi perempuan yang tahu bahwa suara mereka, tubuh mereka, dan perasaan mereka—semuanya bernilai.

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.