Transformasi Elvira bukanlah sekadar make-over biasa. Ini adalah perjalanan menyakitkan yang membawa unsur horor tubuh (body horror) ke tingkat ekstrem. Penonton dipaksa menyaksikan bagaimana kawat gigi dicabut dengan kasar, hidung dipatahkan dan diluruskan, hingga bulu mata palsu dijahit ke kelopak matanya yang berdarah.
Dalam usaha menurunkan berat badan secara instan, Elvira bahkan sengaja menelan cacing pita agar tubuh binatang itu bisa "makan untuknya". Rasa lapar konstan yang diiringi suara perutnya yang bergemuruh menciptakan atmosfer yang tidak nyaman sepanjang film.
Puncak kengerian datang ketika Elvira mencoba memotong jari kakinya sendiri demi bisa masuk ke sepatu kaca. Dalam adegan yang diadaptasi langsung dari versi Brothers Grimm, sang ibu—setelah menyadari bahwa itu kaki yang salah—bahkan tega memotong jari kakinya satu per satu.
Berbeda dari cerita Brothers Grimm yang paling kelam, film ini tidak mengakhiri nasib Elvira dengan hukuman kekal. Ia justru diselamatkan oleh kakaknya, Alma, yang muak dengan tekanan dan penderitaan yang diwariskan keluarga. Mereka berdua kabur dengan menunggang kuda, menutup kisah ini dengan kelegaan getir.
Dua Dunia antara Dongeng dan Horor
The Ugly Stepsister menunjukkan bahwa dongeng dan horor ternyata memiliki akar yang sama dalam sejarah narasi. Keduanya memiliki elemen sihir, tokoh arketipe seperti ibu tiri jahat dan penyihir, serta tidak segan menampilkan kekejaman, penyiksaan, hingga pembunuhan. Dalam Cinderella versi terdahulu, misalnya, ada mutilasi, burung pematuk mata, dan pengabaian anak oleh orang tua kandung.
Meski kini dongeng banyak diasosiasikan sebagai kisah untuk anak-anak, sebenarnya mereka berasal dari tradisi lisan yang ditujukan untuk seluruh komunitas, tidak terkecuali orang dewasa. Karena itulah, cerita-cerita awal sering kali memiliki nuansa gelap dan tidak segan memperlihatkan sisi kelam kemanusiaan.
Disney mungkin telah memoles dongeng menjadi hiburan yang aman dan menyenangkan. Namun, adaptasi seperti The Ugly Stepsister adalah pengingat bahwa kisah-kisah ini dulunya mengandung pelajaran yang tajam dan bahkan menakutkan.
Kembali ke Akar Dongeng yang Sebenarnya
Baca Juga: Live Action Snow White Segera Tayang, Hadirkan Gal Gadot hingga Bintang Broadway
Sejak abad ke-19, banyak dongeng yang sengaja dimodifikasi agar lebih ramah untuk anak-anak. Misalnya, dalam versi Disney, kematian ayah Cinderella menjadi cara praktis untuk menghindari pertanyaan: mengapa ayahnya membiarkan anak kandungnya diperlakukan begitu buruk?
Namun, seperti yang ditunjukkan The Ugly Stepsister, kembali ke versi yang lebih kelam justru memungkinkan kita melihat moral dan konflik cerita dengan cara yang lebih jujur dan kompleks. Film ini bukan hanya adaptasi dongeng yang dibuat seram, tapi juga pengakuan bahwa horor selalu ada dalam kisah-kisah rakyat yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Dalam dunia di mana kecantikan kerap dijadikan standar nilai perempuan, The Ugly Stepsister mempertanyakan tentang seberapa jauh seseorang akan melukai dirinya sendiri demi dianggap layak dicintai? Dan apakah akhir bahagia benar-benar bisa diraih dari luka yang begitu dalam?
Film The Ugly Stepsister bisa Kawan Puan saksikan di layanan streaming Prime Video. Jika kamu penasaran, intip trailer-nya terlebih dulu di bawah ini:
(*)