Parapuan.co - Perempuan, baik sebagai ibu, kakak, atau guru, seringkali menjadi tempat seorang anak mencurahkan isi hati, mengadu saat lelah, atau menunjukkan emosi yang tak terduga. Namun, ketika kamu mendapati perubahan suasana hati anak terasa ekstrem dan sulit dipahami, saat itulah Kawan Puan perlu membuka mata bahwa mungkin ada kondisi kesehatan mental yang sedang berkembang di balik senyuman atau amarah mereka.
Salah satunya adalah gangguan bipolar, kondisi yang kerap tidak terdeteksi pada anak dan remaja karena gejalanya yang samar dan sering kali dianggap normal. Menurut childrenhospital.org, gangguan bipolar adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati secara ekstrem, mulai dari episode mania (kegembiraan berlebihan) hingga depresi berat.
Jika pada orang dewasa gangguan ini sudah banyak diteliti dan dipahami, kasus gangguan bipolar pada anak dan remaja atau pediatric bipolar disorder masih menjadi tantangan besar, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Gangguan Bipolar I (GB I) merupakan salah satu bentuk paling parah dari gangguan bipolar. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami perubahan suasana hati yang sangat ekstrem, disertai perubahan tingkat energi dan perilaku.
Di Indonesia, belum ada data pasti mengenai jumlah kasus gangguan bipolar pada anak dan remaja. Namun, secara global, berdasarkan jurnal General Psychiatry tahun 2024, prevalensi gangguan bipolar pada kelompok usia 10–24 tahun menunjukkan angka 84,97% per 100.000 populasi pada tahun 2019.
Diagnosis gangguan bipolar pada anak dan remaja jauh lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa. Banyak gejala bipolar yang tumpang tindih dengan kondisi lain seperti Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan suasana hati, atau sekadar perilaku remaja yang normal.
Menurut Boston Children’s Hospital, beberapa gejala umum yang perlu Kawan Puan perhatikan meliputi:
Gejala bipolar pada episode mania:
- Rasa gembira atau percaya diri yang berlebihan
Baca Juga: Dukung Anak dengan Bipolar dan Skizofrenia Lewat Peran Keluarga
- Energi meningkat secara ekstrem dan sulit untuk tidur
- Bicara sangat cepat atau sulit dihentikan
- Perilaku impulsif atau sembrono (contoh: pengeluaran berlebihan, risiko fisik)
- Mudah tersinggung atau marah tanpa alasan yang jelas
Gejala episode depresi:
- Rasa sedih yang berkepanjangan
- Mudah menangis atau marah tanpa sebab jelas
- Kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasa disukai
Baca Juga: Kerap Diolok-olok, Ini Tantangan yang Dihadapi Pengidap Bipolar
- Perasaan tidak berharga, bersalah, atau keputusasaan
- Perubahan pola tidur dan nafsu makan
- Pikiran tentang kematian atau keinginan untuk bunuh diri (meskipun pada usia muda, bisa muncul dalam bentuk simbolik)
Karena anak-anak sering belum bisa mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang jelas, perubahan perilaku menjadi indikator utama. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam mencermati tanda-tanda awal ini.
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, gangguan bipolar dapat menjadi sangat mengganggu kehidupan anak, baik secara emosional, sosial, maupun fungsional. Anak-anak dengan gangguan ini berisiko mengalami kegagalan di sekolah, kesulitan dalam menjalin atau mempertahankan hubungan sosial, serta lebih rentan terlibat dalam tindakan kekerasan, baik sebagai pelaku maupun korban.
Selain itu, mereka juga bisa menghadapi masalah hukum atau keuangan, terlibat dalam aktivitas kriminal, dan memiliki risiko tinggi menyalahgunakan zat seperti alkohol atau narkoba. Yang paling mengkhawatirkan, gangguan ini juga meningkatkan kemungkinan tindakan bunuh diri, baik dalam bentuk upaya maupun yang tragisnya berhasil.
Oleh karena itu, perawatan dini dan berkelanjutan oleh tenaga profesional sangat penting untuk mencegah berkembangnya konsekuensi yang lebih berat di kemudian hari.
(*)
Baca Juga: Perselingkuhan Orang Tua Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental Anak
Celine Night