Parapuan.co - Menjelang hari pernikahan, banyak pasangan calon pengantin fokus pada hal-hal yang bersifat fisik dan teknis, seperti memilih gaun, menentukan venue, menyusun daftar tamu, hingga menyiapkan dokumentasi pernikahan.
Sayangnya, dalam riuhnya persiapan pernikahan yang menguras energi dan emosi, kesehatan mental kerap kali terabaikan. Padahal fondasi rumah tangga yang sehat tak hanya dibangun dari cinta dan kesiapan finansial semata, tetapi juga dari kesiapan psikologis yang kuat.
Pernikahan bukan sekadar perayaan kebahagiaan, melainkan awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan, penyesuaian, dan kerja sama emosional antar dua individu yang membawa latar belakang, nilai, dan kebiasaan yang berbeda.
Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, pertanyaan yang mulai sering muncul adalah "perlukah melakukan cek kesehatan mental sebelum menikah?”.
Pertanyaan ini bukanlah bentuk kekhawatiran berlebihan, justru ini menunjukkan kedewasaan dan kesiapan seseorang dalam menghadapi realitas kehidupan berumah tangga. Cek kesehatan mental sebelum menikah bukan hanya bermanfaat bagi individu, tapi juga berdampak besar terhadap kualitas hubungan dalam jangka panjang.
Meskipun cek kesehatan mental sebelum menikah penting dilakukan, tapi menurut dr. James Darmapuspita A dari Javiemes Mental Health Clinic, ada juga pasangan yang enggan melakukannya. Alasannya, karena takut merusak hubungan yang telah terjalin.
"Karena mereka denial sama pasangan sendiri, takut kalau tiba-tiba pasangan NPD (Narcissistic Personality Disorder) atau apa lah, jadi mending tutupi saja," kata dr. James dikutip dari Kompas.com. Biasanya, tes kesehatan mental sebelum menikah ini dilakukan bertahap mulai dari tes kepribadian, konsulitasi dengan psikolog, hingga rencana untuk tindakan lanjutan.
Mengapa Cek Kesehatan Mental Sebelum Menikah Penting?
Baca Juga: Penting untuk Calon Pengantin, Mencari Vendor Pernikahan Makin Mudah di Pameran Ini
Melakukan cek kesehatan mental sebelum menikah merupakan langkah penting karena pernikahan bukan hanya soal dua orang yang hidup bersama, tetapi menyatukan dua jiwa dengan kondisi emosional yang mungkin berbeda jauh.
Banyak pasangan tidak menyadari bahwa luka masa lalu, trauma masa kecil, tekanan sosial, atau bahkan gangguan kecemasan yang selama ini tak terdiagnosis bisa menjadi bom waktu dalam hubungan mereka.
Jika tidak ditangani sejak awal, masalah-masalah tersebut bisa muncul dalam bentuk konflik, kesalahpahaman, atau bahkan tindakan kekerasan verbal dan emosional yang merusak keharmonisan rumah tangga.
Penting untuk menyadari bahwa kesehatan mental yang baik bukan berarti seseorang bebas dari masalah, melainkan mampu mengelola emosi, stres, dan tekanan dengan cara yang sehat.
Ketika kamu dan pasangan saling memahami kondisi psikologis masing-masing sejak sebelum menikah, maka akan tercipta ruang dialog yang lebih terbuka dan penuh empati. Ini merupakan dasar penting dalam membangun hubungan jangka panjang yang harmonis.
Sementara menurut laman Times of India, melakukan cek kesehatan mental terhadap pernikahan sangat penting. Ketika salah satu atau kedua pihak memiliki gangguan kecemasan, depresi, atau stres kronis yang tidak ditangani.
Hal ini bisa memengaruhi kemampuan dalam menjalani peran sebagai pasangan, seperti menurunnya empati, kesulitan dalam komunikasi, hingga sulit mengatur emosi dalam konflik.
Masalah-masalah ini sering kali tidak terlihat pada awal hubungan karena biasanya pasangan masih dalam fase honeymoon yang penuh dengan perasaan bahagia. Namun, seiring waktu dan tekanan kehidupan rumah tangga seperti masalah keuangan, pengasuhan anak, atau konflik dengan keluarga besar, tekanan psikologis akan meningkat dan memunculkan respons emosional yang sesungguhnya.
Tanpa kesiapan mental yang baik, seseorang bisa mengalami burnout dalam pernikahan, merasa tertekan, dan akhirnya tidak bisa berfungsi optimal sebagai pasangan.
Baca Juga: Menurut Ahli, Ini Topik Krusial Keuangan yang Harus Dibahas Pasangan sebelum Menikah
(*)