Ikuti Langkah-Langkah Ini Agar Mencegah Penularan TBC dalam Keluarga

Tim Parapuan - Rabu, 14 Mei 2025
Memakai masker di rumah, cegah TBC
Memakai masker di rumah, cegah TBC Freepik

Parapuan.co - Penyakit Tuberkulosis (TBC) bukan sekadar penyakit perorangan, melainkan penyakit menular yang mampu mengguncang stabilitas sebuah rumah tangga. TBC menyerang paru-paru, tapi dampaknya bisa jauh lebih luas, mulai dari mengganggu dinamika keluarga, merusak ekonomi rumah tangga, bahkan menimbulkan tekanan psikologis.

Di lingkungan rumah yang seringkali menjadi ruang paling intim dan aman, risiko penyebaran justru bisa lebih tinggi jika tidak ada upaya untuk mencegah dan mengendalikan penularan. Dalam banyak keluarga, perempuan memegang peran utama sebagai penjaga kesehatan.

Di sisi lain, perempuan juga kerap menghadapi beban ganda saat TBC hadir di tengah keluarga, yaitu menjadi caregiver utama sekaligus pengelola rumah tangga. Tidak jarang, mereka harus menyeimbangkan tanggung jawab mengurus penderita, menjaga anak-anak tetap sehat, dan menjaga dirinya agar tidak ikut terpapar.

Maka, penting bagi perempuan untuk tidak hanya memiliki pengetahuan tentang TBC, tetapi juga diberdayakan untuk mengambil keputusan kesehatan secara aktif dan mandiri. Melalui perspektif ini, perempuan tak lagi hanya dilihat sebagai pelengkap dalam sistem kesehatan keluarga, tetapi sebagai aktor utama dalam menjaga ketahanan kesehatan rumah tangga.

Perempuan bisa menjadi benteng pertama yang mencegah penyebaran TBC, sekaligus jembatan menuju penyembuhan bagi anggota keluarga yang terinfeksi. Merangkum dari Kemenkes dalam tbindonesia.or.id, berikut adalah langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan Kawan Puan dalam mencegah penularan TBC di lingkungan keluarga.

- Kenali gejala TBC sejak dini. Jika ada anggota keluarga menderita batuk lebih dari dua minggu, demam ringan yang menetap, berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan yang drastis, itu merupakan gejala umum TBC. Deteksi dini sangat penting agar penularan tidak meluas dalam keluarga.

- Segera periksakan anggota keluarga yang bergejala. Jangan menunggu gejala semakin parah. Ajak anggota keluarga ke puskesmas atau klinik untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

- Lakukan pemeriksaan kontak serumah. Bila satu anggota keluarga dinyatakan positif TBC, maka semua penghuni rumah harus menjalani pemeriksaan. Ini penting karena TBC bisa menular tanpa disadari, terutama pada anak-anak dan lansia.

- Pisahkan perlengkapan pribadi penderita TBC. Alat makan, handuk, dan barang pribadi lainnya sebaiknya dipisahkan untuk mencegah penularan silang, meskipun penularan utama adalah melalui udara. Langkah ini tetap membantu menciptakan lingkungan rumah yang lebih higienis.

Baca Juga: Jadi Tempat Uji Coba Vaksin TBC, Inilah Potret Kasus Tuberkulosis di Indonesia

 

- Pastikan ventilasi rumah memadai. Udara segar dan sinar matahari sangat efektif membunuh bakteri TBC. Buka jendela setiap hari agar pertukaran udara berlangsung baik dan rumah tidak menjadi sarang kuman.

- Gunakan masker saat berinteraksi dengan penderita. Masker menjadi perlindungan utama terutama saat berada di dalam ruangan bersama penderita TBC. Ini sangat penting untuk melindungi anggota keluarga yang paling rentan seperti ibu hamil, anak kecil, dan lansia.

- Dampingi proses pengobatan dengan disiplin. Obat TBC harus diminum setiap hari selama minimal enam bulan. Perempuan biasanya menjadi pengingat dan pengatur jadwal minum obat agar tidak terlewat. Kepatuhan ini kunci kesembuhan.

- Berikan makanan bergizi dan seimbang. Nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan. Sajikan makanan yang mengandung cukup protein, vitamin, dan kalori untuk memperkuat daya tahan tubuh penderita dan anggota keluarga lain.

- Jaga kesehatan diri sendiri. Jika perempuan juga terdiagnosis TBC, penting untuk fokus pada pemulihan tanpa menyalahkan diri. Perempuan juga berhak mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat.

- Ajarkan anak-anak tentang pentingnya hidup sehat. Mulailah dengan kebiasaan kecil seperti mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, dan makan makanan sehat. Edukasi sejak dini akan membentuk generasi yang lebih sadar kesehatan.

- Ajak keluarga untuk tidak takut periksa TBC. Banyak orang menunda pemeriksaan karena takut atau malu. Perempuan bisa menjadi penggerak agar keluarga berani mencari pertolongan medis sejak dini.

Melawan TBC bukan sekadar soal medis, tetapi tentang cinta, keteguhan hati, dan solidaritas. Dan perempuan berada di garis depan perjuangan ini, dengan kekuatan yang luar biasa untuk membawa perubahan.

Dengan pengetahuan, kepedulian, dan aksi nyata, perempuan bisa menjadi benteng pertama dan terkuat dalam menjaga keluarga dari ancaman TBC. Mari mulai dari rumah, mulai dari diri sendiri.

Baca Juga: Deteksi Dini Kanker Serviks, TBC, dan Stunting Jadi Langkah Penting Indonesia Sehat 2045

(*)

Celine Night