Krisis HIV/AIDS pada Perempuan di Papua Tengah, Apa Penyebabnya?

Tim Parapuan - Kamis, 8 Mei 2025
Lambang pencegahan HIV dan AIDS
Lambang pencegahan HIV dan AIDS Freepik

Klinik dan pusat layanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang ramah perempuan, mulai dari konseling, tes, hingga pengobatan. Petugas kesehatan perlu dibekali dengan pelatihan agar dapat membangun kepercayaan dengan pasien perempuan.

Selain itu, pemberdayaan ekonomi menjadi aspek penting. Perempuan yang mandiri secara ekonomi memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengambil keputusan terkait kesehatannya.

Banyak perempuan di Papua Tengah masih bergantung pada pasangan, baik secara finansial maupun sosial, yang membuat mereka sulit untuk mengambil langkah preventif terhadap HIV.

Pendidikan seksual komprehensif di sekolah dan komunitas harus menjadi prioritas. Informasi tentang HIV/AIDS, cara penularan, pencegahan, serta pentingnya pengujian dini perlu disampaikan secara terbuka dan tidak tabu.

Pendidikan seksual membantu membentuk generasi muda yang sadar dan bertanggung jawab terhadap kesehatan seksual.

Pendekatan multisektor yang melibatkan dinas kesehatan, pendidikan, sosial, dan pemberdayaan perempuan dapat menghasilkan dampak lebih berkelanjutan. Masyarakat adat dan tokoh lokal perlu dilibatkan dalam merancang strategi intervensi yang sesuai dengan konteks budaya setempat.

Krisis HIV/AIDS di Papua Tengah bukan hanya masalah medis, tetapi juga persoalan struktural dan sosial. Untuk mengakhirinya, dibutuhkan upaya menyeluruh yang menempatkan perempuan sebagai pusat dari solusi. Ketika perempuan diberdayakan, dilindungi, dan dihargai, maka masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih sehat dan kuat.

Melalui pendidikan, layanan kesehatan yang inklusif, dan penghapusan stigma, kita bisa melindungi perempuan dari ancaman HIV/AIDS, dan menjaga masa depan generasi Papua dan Indonesia secara keseluruhan.

Baca Juga: Sering Jadi Pertanyaan, Seberapa Penting Deteksi Dini HIV pada Ibu Hamil?

(*)

Celine Night

Sumber: Kompas.com,Kemenkes RI
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini