Perbedaan Hate Speech dan Kritik di Era Digital, Di Mana Batasannya?

Arintha Widya - Senin, 14 April 2025
Perbedaan hate speech dan kritik
Perbedaan hate speech dan kritik Freepik

Parapuan.co - Dalam era digital yang serba cepat ini, menyampaikan pendapat di ruang publik —termasuk media sosial— menjadi hal yang umum dilakukan. Namun, tidak semua pendapat yang disampaikan bisa dikategorikan sebagai kritik yang membangun.

Tak jarang, pernyataan yang niat awalnya sekadar menyampaikan ketidaksetujuan justru berubah menjadi ujaran kebencian atau hate speech. Atau sebaliknya, media sosial malah menjadi ruang untuk hate speech yang tidak bermuatan kritik walau dianggap kritikan.

Lantas, apa sebenarnya perbedaan antara kritik dan hate speech? Di mana batasannya? Simak informasinya sebagaimana melansir akun Instagram Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi)!

Apa Itu Hate Speech?

Menurut penjelasan dari Komdigi, hate speech adalah pernyataan yang menyerang, menghina, atau merendahkan individu maupun kelompok berdasarkan identitas mereka. Identitas yang dimaksud bisa berupa suku, agama, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, atau kelompok sosial lainnya.

Hate speech biasanya bersifat:

  • Menyerang dan merendahkan
  • Mengandung ancaman atau ajakan untuk membenci
  • Menimbulkan konflik dan diskriminasi
  • Disampaikan secara provokatif dan kasar

Contoh: “Konten apa ini? Tidak ada manfaatnya!”

Meskipun terlihat sederhana, kalimat tersebut tidak menyampaikan solusi atau evaluasi yang jelas, dan justru mengarah pada penghinaan yang tidak membangun.

Apa Itu Kritik?

Baca Juga: Self-Care di Era Digital: Ini Cara Melakukan Digital Detox Sehari-hari

Sebaliknya, kritik adalah bentuk pendapat atau evaluasi terhadap suatu hal atau tindakan dengan tujuan untuk membangun perbaikan. Kritik dapat menjadi pemicu inovasi dan pembelajaran apabila disampaikan secara tepat.

Ciri-ciri kritik yang sehat dan konstruktif antara lain:

  • Memberikan evaluasi berdasarkan pengamatan
  • Menyertakan argumen berdasarkan fakta dan analisis
  • Mendorong terjadinya perbaikan
  • Disampaikan secara tegas, namun tetap sopan

Contoh: “Kontennya menarik, tapi informasinya kurang lengkap. Mungkin bisa ditambah data yang kredibel supaya lebih jelas.”

Kalimat ini menunjukkan bahwa pemberi komentar tidak sekadar menilai negatif, tetapi juga memberikan masukan yang bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas konten.

Batasan Antara Hate Speech dan Kritik

Batas antara kritik dan hate speech sebenarnya cukup jelas jika dilihat dari niat, cara penyampaian, dan fokus pesannya. Kritik menyoroti tindakan atau ide, sementara hate speech seringkali menyerang identitas pribadi atau kelompok.

Berikut beberapa panduan agar kritik tidak tergelincir menjadi hate speech:

  • Beri kritik berbasis fakta, bukan emosi. Periksa informasi sebelum mengomentari.
  • Gunakan bahasa yang sopan dan profesional. Kata-kata yang kasar hanya akan mengaburkan maksud baikmu.
  • Fokus pada ide atau tindakan, bukan pada pribadi. Serang argumen, bukan orangnya.
  • Berikan saran, bukan hinaan. Kritik yang baik selalu menawarkan solusi.

Kebebasan berpendapat adalah hak setiap warga negara, namun ada tanggung jawab moral dalam menyampaikannya. Jangan sampai niat untuk memperbaiki justru berubah menjadi pernyataan yang menyakiti dan merugikan orang lain.

Pahami batasannya, dan mari bersama-sama membangun ruang digital yang sehat, bijak, dan saling menghargai.

Baca Juga: Dukung Sesama Perempuan, 4 Zodiak Ini Tidak Suka Mengkritik Orang Lain

(*)

Sumber: Instagram
Penulis:
Editor: Arintha Widya