Parapuan.co - Kabar duka menyelimuti dunia hiburan Indonesia dengan berpulangnya penyanyi legendaris, Titiek Puspa, pada usia 87 tahun. Titiek Puspa meninggal dunia setelah mengalami pecah pembuluh darah di otak, sebuah kondisi medis serius yang dikenal sebagai pendarahan otak atau stroke hemoragik.
Diketahui bahwa sebelumnya Titiek Puspa sempat menghadiri acara di salah satu stasiun televisi. Namun, secara tiba-tiba Titiek pun jatuh pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosis adanya pecah pembuluh darah di otak dan segera melakukan operasi. Meskipun operasi berjalan lancar, kondisi Titiek Puspa terus menurun hingga akhirnya ia menghembuskan napas terakhir.
Sebelum kita memahami lebih jauh tentang kondisi yang menimpa Titiek Puspa, penting untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendarahan otak dan bagaimana kondisi ini dapat terjadi.
Apa itu pendarahan otak atau stroke hemoragik?
Menurut penjelasan dari American Stroke Association, pendarahan otak, atau dalam istilah medis dikenal sebagai stroke hemoragik, adalah kondisi darurat yang terjadi saat pembuluh darah di otak pecah, menyebabkan darah bocor ke jaringan otak di sekitarnya.
Pendarahan ini dapat merusak sel-sel otak dan meningkatkan tekanan dalam tengkorak, yang jika tidak segera ditangani, bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.
Stroke hemoragik juga dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu perdarahan intraserebral, yang terjadi di dalam jaringan otak, dan perdarahan subaraknoid yang terjadi di ruang antara otak dan selaput pelindungnya.
Setelah memahami apa itu pendarahan otak dan bagaimana bahayanya, penting bagi Kawan Puan untuk mengetahui apa saja yang bisa memicu kondisi ini. Dengan mengenali penyebabnya, tentu kamu bisa lebih waspada dan melakukan pencegahan sejak dini.
Baca Juga: Kronologi Titiek Puspa Meninggal Dunia, Sempat Alami Pecah Pembuluh Darah
Beberapa penyebab umum pendarahan otak meliputi:
1. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat melemahkan dinding pembuluh darah, meningkatkan risiko pecah. Ini merupakan penyebab paling umum dari pendarahan otak.
Jika tekanan darah tinggi berlangsung dalam jangka waktu lama, dinding pembuluh darah menjadi rapuh dan mudah pecah, terutama pada bagian otak yang sensitif.
2. Aneurisma
Pembengkakan pada pembuluh darah yang dapat pecah sewaktu-waktu. Aneurisma seringkali tidak menunjukkan gejala hingga akhirnya pecah, yang dapat menyebabkan pendarahan hebat dalam otak dan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani.
3. Cedera Kepala
Trauma atau benturan keras pada kepala dapat menyebabkan pendarahan di otak. Ini sering terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh, atau benturan keras lainnya, terutama pada lansia yang pembuluh darahnya sudah lebih rentan.
Baca Juga: Bukan Nyeri Kepala Biasa, Spesialis Neurologi Ungkap Risiko Migrain pada Perempuan
4. Gangguan Pembekuan Darah
Kondisi medis atau penggunaan obat tertentu yang mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku. Misalnya pada penderita hemofilia atau mereka yang mengonsumsi obat pengencer darah (antikoagulan), risiko pendarahan otak meningkat meskipun hanya mengalami benturan ringan.
Dikutip dari Kompas.com, gejala pendarahan otak dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan perdarahan, namun beberapa tanda umum meliputi:
-
Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba
-
Mual dan muntah
-
Kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh
-
Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
-
Gangguan penglihatan
-
Kehilangan keseimbangan atau koordinasi
-
Kejang
-
Penurunan kesadaran atau pingsan
Penting bagi perempuan untuk menyadari bahwa risiko pendarahan otak dapat meningkat seiring usia, perubahan hormon, serta gaya hidup. Selain itu, perempuan cenderung memiliki respons fisiologis yang berbeda terhadap tekanan darah tinggi dan pembekuan darah, sehingga penting untuk mendapatkan pemantauan medis yang sesuai.
Pencegahan Pendarahan Otak Pada Perempuan
Berikut beberapa langkah-langkah yang bisa Kawan Puan terapkan, agar terhindar dari pendarahan otak, yang dirangkum dari Mayo Clinic:
1. Mengelola tekanan darah
Menjaga tekanan darah di bawah 130/80 mmHg secara konsisten dapat menurunkan risiko stroke. Perempuan, khususnya yang memasuki usia menopause, perlu rutin memeriksa tekanan darah dan mendiskusikan perubahan yang terjadi dengan dokter.
2. Berhenti merokok
Baca Juga: Mengenang Titiek Puspa: Hal-Hal yang Membuat Ia Layak Jadi Legenda
Merokok meningkatkan risiko penyempitan dan kerusakan pembuluh darah. Berhenti merokok dapat memperbaiki sirkulasi darah dan menurunkan risiko stroke hemoragik maupun iskemik.
3. Mengontrol diabetes
Gula darah yang tinggi merusak dinding pembuluh darah secara perlahan. Dengan menjaga kadar gula tetap stabil melalui diet sehat dan olahraga, risiko komplikasi pembuluh darah termasuk stroke dapat ditekan.
4. Pola makan sehat
Mengonsumsi buah, sayuran, biji-bijian, dan menghindari makanan olahan tinggi lemak serta garam membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nutrisi seimbang juga membantu menjaga berat badan ideal.
5. Aktivitas fisik teratur
Olahraga 30 menit setiap hari seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga ringan bisa meningkatkan aliran darah dan menjaga tekanan darah tetap stabil. Aktivitas fisik juga membantu mengurangi stres, yang merupakan salah satu faktor risiko tekanan darah tinggi.
6. Membatasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Perempuan disarankan untuk tidak minum lebih dari satu porsi alkohol per hari untuk menjaga kesehatan pembuluh darah.
Baca Juga: Mengenal Sosok Titiek Puspa, Penyanyi Perempuan Legendaris yang Baru Tutup Usia
7. Konsultasi kontrasepsi dan terapi hormon
Pilih metode kontrasepsi dan terapi hormon yang paling aman sesuai kondisi tubuh. Konsultasi dengan dokter sangat penting, terutama jika memiliki riwayat stroke dalam keluarga atau migrain berat.
Kepergian penyanyi legendaris, Titiek Puspa menjadi pengingat bagi kita semua, terutama perempuan, untuk lebih waspada terhadap kesehatan pembuluh darah dan risiko pendarahan otak. Mengenali gejala, memahami faktor risiko, dan menerapkan langkah pencegahan dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi serius ini.
(*)
Celine Night