Bullying pada Anak SD Jangan Dianggap Sepele, Psikolog Ungkap Soal Etika Berteman

Arintha Widya - Kamis, 9 November 2023
Perundungan pada Anak SD Jangan Dianggap Sepele, Psikolog Ungkap soal Etika Berteman
Perundungan pada Anak SD Jangan Dianggap Sepele, Psikolog Ungkap soal Etika Berteman Freepik

Parapuan.co - Kawan Puan, beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan tentang kaki anak SD yang diamputasi diduga akibat di-sliding oleh temannya.

Rupanya, penyebab kaki anak tersebut diamputasi bukan karena terjatuh akibat di-sliding, melainkan karena kanker tulang.

Terlepas dari kondisi itu, si anak ternyata kerap mendapatkan ejekan dari teman-temannya yang lain atau di-bully (dirundung).

Sebagai orang tua, kurang bijak rasanya jika kita menganggap ejekan atau tindakan menjegal teman di sekolah merupakan hal yang wajar pada anak-anak.

Menurut psikolog anak Farraas Muhdiar, anak-anak harus diajarkan untuk tahu mana perbuatan yang baik dan buruk sedini mungkin.

Dengan begitu, anak-anak tidak menyakiti temannya dan tahu perbuatan seperti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

"Yang jelas kalau ngomongin bullying, itu kan sesuatu yang berulang. Biasanya yang jadi korban adalah orang-orang atau anak-anak yang dianggap berbeda," kata Farraas Muhdiar kepada PARAPUAN.

Perempuan yang akrab disapa Ayas itu juga mengungkapkan, perbedaan yang dimaksud tidak hanya berupa fisik, tapi bisa hal lain.

"Misalnya berbeda secara kemampuan akademis, yang lebih rendah maupun lebih tinggi, apa pun seperti penampilan, sosial ekonomi, semua yang terlihat mencolok gitu," imbuh Ayas.

Baca Juga: Viral Siswa Bakar Sekolah, Ini Cara Menciptakan Rasa Aman dari Perundungan di Sekolah

Mengajarkan Anak tentang Etika Berteman

Agar tidak menjadi perundung, salah satu hal penting yang bisa ditanamkan orang tua pada anak sejak dini adalah etika atau adab dalam berteman.

Bahwasanya anak perlu tahu perilaku seperti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap temannya.

"Salah satu hal yang perlu diajarin ke anak memang tentang toleransi, menghargai perbedaan, kalau orang-orang itu diciptakan berbeda-beda dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing," tutur Ayas lagi.

"Terus juga tentang etiquette atau adab berteman. Mana yang boleh, mana yang enggak boleh," imbuhnya.

Dalam hal ini, Farraas mencontohkan anak memukul temannya ketika bermain bersama, maka orang tua tidak boleh membiarkannya saja hanya karena anak masih kecil.

Justru sejak kecil itulah anak perlu diberikan contoh bagaimana cara berteman dan memperlakukan temannya.

Terlepas misalnya mainan anak direbut lalu ia memukul, perilaku tersebut tidak dapat dibenarkan.

Anak bisa meminta mainannya dengan baik tanpa memukul. Bila ada pemukulan, orang tua perlu mengajarkan anak untuk meminta maaf.

Baca Juga: Ramai Kasus Siswa SMP Bully Teman, Ini Strategi Pengasuhan untuk Cegah Anak Jadi Perundung

Mengajarkan Anak tentang Batasan dan Kebaikan Hati

Selain adab, anak usia balita juga sudah bisa diajari tentang batasan dan berbaik hati kepada orang lain.

"Tentang boundaries, kalau teman enggak nyaman ketika kita melakukan itu, ya berarti jangan dilakukan," kata Ayas.

"Sebaliknya kalau kita enggak nyaman pun, jangan melakukan perbuatan butuk meski teman yang lain melakukannya," ucapnya.

Selanjutnya, penting bagi orang tua mengajarkan bagaimana bersikap baik kepada orang lain.

"Kindness juga. Kita perlu berbaik hati kepada orang lain, ini kaitannya dengan nilai-nilai sosial juga, ya," pungkas Ayas.

Farraas Muhdiar menambahkan, orang tua tidak harus menunggu sampai anak besar atau memasuki usia sekolah untuk mengajarkan hal-hal di atas.

Sejak anak usia 2 tahun atau di bawah itu pun, mereka sudah dapat melihat contoh perilaku baik dan positif dari orang di sekitarnya.

Sudah paham kan, Kawan Puan? Kalau anak-anak kita "nakal", jangan dianggap wajar dan beri tahu mereka mana yang baik dan buruk, ya.

Baca Juga: Cegah Perundungan Sejak Dini, Ini Perilaku Anak yang Berpotensi Jadi Pelaku Bullying

(*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Linda Fitria