Advertorial

Hadir Pada Festival Lestari 5, Kementerian Investasi Resmikan Panduan Investasi Lestari

Fathia Yasmine - Sabtu, 24 Juni 2023
Panduan Investasi Lestari diluncurkan pada Forum Bisnis Investasi dan Inovasi Berbasis Alam di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (23/6/2023).
Panduan Investasi Lestari diluncurkan pada Forum Bisnis Investasi dan Inovasi Berbasis Alam di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (23/6/2023). Dok. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh

 

Nova.id – Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) bersama Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Koalisi Ekonomi Membumi meluncurkan Panduan Investasi Lestari untuk pembangunan lestari, Jumat (23/6/2023).

Panduan Investasi Lestari itu diresmikan sebagai salah satu bentuk dukungan dalam pelaksanaan Festival Lestari ke-5 yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia diwakili Direktur Promosi Investasi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, dan Pasifik Saribua Siahaan mengatakan, panduan investasi tersebut diresmikan guna menjawab permintaan dunia bisnis dan konsumen menuju praktik ekonomi berkelanjutan.

“Ini adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai realisasi investasi langsung di Indonesia yang sejalan dengan tren global menuju arah (ekonomi) keberlanjutan,” kata Saribua.

Panduan Investasi Lestari menurutnya dapat dipakai oleh berbagai pihak, khususnya investor, bisnis, dan pemerintah. Ia berharap, panduan ini diharapkan mampu mendorong investasi-investasi yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tapi juga berdampak baik bagi lingkungan.

Selain panduan investasi, BKPM juga melakukan penyusunan Peta Peluang Investasi (PPI) untuk mendorong investasi berkelanjutan.

Melalui PPI, BKPM mengumpulkan berbagai potensi daerah yang siap ditawarkan sebagai peluang investasi. Penyusunan proyek investasi di dalamnya turut memperhatikan aspek berkelanjutan.

“Penyusunan proyek prioritas investasi itu memerlukan peran kunci dari pemerintah provinsi dan kabupaten. Karena itu, kolaborasi lintas pemerintah, lintas sektor dan multipihak mutlak dilakukan untuk mewujudkan target pembangunan ekonomi lestari,” ujar Saribua.

Baca Juga: Sebanyak 25 UMKM Sigi Presentasikan Hasil Inovasi Produk Berbasis Alam di Festival Lestari 5

Saribua pun mengapresiasi upaya-upaya yang sedang dilakukan oleh Kabupaten Sigi bersama LTKL dan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam membangun wilayah dengan tetap memerhatikan kelestarian cagar biosfer Lore Lindu.

Menurut dia, konsep pembangunan tersebut adalah sebuah gebrakan dan keberanian untuk mencoba pendekatan baru yang berbasis sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat.

Oleh sebab itu, kata Saribua, pihaknya terus mendukung sembilan kabupaten yang tergabung dalam LTKL, termasuk Kabupaten Sigi, dalam mengembangkan portofolio investasi yang berkelanjutan untuk mempromosikan komoditas unggulan setiap daerah, seperti melalui program Masterclass Investasi Lestari.

“Melalui Forum Bisnis dan Investasi yang baru pertama kali digelar di Indonesia ini, saya juga berharap akan banyak partisipasi dan kerjasama yang terbentuk dari para pihak. Misalnya, investorenabler, pelaku UMKM, offtaker, dan lainnya,” imbuhnya.

Baca Juga: BKPM Ajak Daerah Lain Ikut Terapkan Konsep Pembangunan Lestari

Potensi investasi berbasis alam

Dalam kesempatan tersebut, Saribua juga mengungkapkan bahwa tren investasi yang mengutamakan keramahan sosial dan lingkungan semakin meningkat. Hal itu didorong oleh fakta bahwa semakin banyak bencana yang diakibatkan krisis iklim dan degradasi lingkungan.

“banyak investor yang tidak sekadar berharap mendapat keuntungan, tetapi juga berharap investasi yang digelontorkan dapat menciptakan dampak baik bagi lingkungan,” kata Saribua.

Tren investasi tersebut pun menunjukkan pertumbuhan yang signifikan secara regional maupun global. Terbukti, berbagai aliansi dan inisiatif dunia bisnis mulai berkomitmen untuk mencapai target net-zero carbon dalam menjalankan usahanya.

Dari sisi pasar, permintaan atas produk-produk yang berkelanjutan pun kian meningkat.

“Kebutuhan investasi untuk sektor ini di Indonesia hingga 2040 tercatat sebesar 45,4 milyar dollar Amerika Serikat (AS). Pemerintah kini berupaya untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat,” kata Saribua.

Target tersebut, menurut Saribua, dikutip dari hasil forum Conference of Parties (COP) ke-27 yang diselenggarakan pada November 2022, di mana Pemerintah Indonesia menyampaikan peningkatan ambisi penurunan emisi gas rumah kaca melalui dokumen Enhanced NDC (ENDC) Indonesia.

Dok. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh

Dalam agenda tersebut, kata Saribua, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyebutkan pengembangan Investasi lestari sebagai bagian dari 5 Agenda Besar Indonesia. Agenda tersebut di antaranya adalah hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau, UMKM naik kelas.

Presiden Jokowi juga menyebutkan, sektor perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan juga masuk ke dalam sektor prioritas yang perlu digenjot investasinya.

“Peran investasi swasta dibutuhkan untuk percepatan pembangunan berkelanjutan melalui investasi yang ramah lingkungan, berkomitmen untuk mendidik tenaga kerja lokal, bersedia melakukan transfer teknologi, serta memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam dengan hilirisasi produk,” papar Saribua.

Tak hanya itu, Saribua juga menyinggung soal potensi investasi pada bisnis berbasis alam yang terbilang besar. Laporan World Resource Institute (WRI) pada 2019 yang memperkirakan bahwa inovasi berbasis alam secara global senilai 1,8 triliun dollar AS dapat menghasilkan manfaat bersih sebesar 7,1 triliun dollar AS.

Adapun jumlah tersebut diperkirakan akan tercapai apabila investasi mulai dilakukan pada 2020 hingga 2030.

Sementara itu, berdasarkan Global Sustainable Fund Flows (Morningstar, 2022), aset dana berkelanjutan global tercatat sebanyak 2,74 triliun dollar AS pada Desember 2021. Dana itu meningkat 53 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dana berkelanjutan global mencakup dana terbuka dan dana yang diperdagangkan di bursa dengan tujuan investasi yang berkelanjutan, serta menggunakan kriteria Lingkungan, Sosial, dan Tata kelola (LST) dalam penentuan keputusan investasi mereka.

“Semoga kegiatan ini menciptakan peluang investasi dan kerjasama untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan di daerah. Saya berharap, festival ini juga bisa menjadi contoh nyata penyelenggaraan acara yang terencana dan mampu menghasilkan tindak lanjut bersama dalam jangka panjang,” pungkas Saribua.

Penulis:
Editor: Sheila Respati