Ratu Kalinyamat, Pahlawan Maritim Perempuan Asal Jepara yang Profilnya Dibahas dalam KUPI II

Aulia Firafiroh - Selasa, 29 November 2022
Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat dok. Kompas.com

Parapuan.co- Pada jumat (25/11/2022) kemarin, hari ke-2 kegiatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II diselenggarakan.

Pada hari ke-2, para partisipan kongres diajak untuk berkunjung ke makam Ratu Kalinyamat yang berada di daerah Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.

Dalam rangkaian KUPI II, sosok Ratu Kalinyamat kerap dibahas oleh para ulama perempuan yang hadir di dalam acara tersebut.

Ratu Kalinyamat sendiri adalah sosok pahlawan perempuan dari Jawa Tengah yang hidup pada masa awal perkembangan Islam di Indonesia.

Lalu seperti apa sosok Ratu Kalinyamat yang merupakan salah satu pejuang perempuan dari Jepara? Simak ulasannya melansir Kompas.com!

Profil Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat dikenal sebagai penguasa Jepara yang pemberani dan ahli dalam strategi perang. Ia berhasil membangun kekuatan maritim yang ditakuti asing untuk menjaga tanah air dari penjajah.

Ratu Kalinyamat sendiri adalah putri dari Sultan Trenggono yang merupakan penguasa Kerajaan Demak. Tahun kelahiran dan kehidupan saat kecil Ratu Kalinyamat, tidak diketahui secara jelas. Namun ia terlahir dengan nama Retna Kencana.

Perjuangan Ratu Kalinyamat dimulai dari perang saudara di Kerajaan Demak yang menewaskan kakak, Sunan Prawoto dan suaminya, Pangeran Hadiri. Sunan Prawoto diketahui sempat menjadi Raja Demak pada  tahun 1546-1549.

Baca juga: Kisah Cut Meutia, Pahlawan Perempuan yang Ahli Strategi Perang

Kehidupan Pribadi Ratu Kalinyamat

Retna Kencana atau yang dikenal dengan Ratu Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadiri atau Hadlirin, yang berasal dari luar Jawa. 

Usai memutuskan pindah ke Jawa, ia dan suaminya mendirikan kampung di wilayah yang saat ini bernama Kecamatan Kalinyamatan, Jepara. Hal itu membuat Pangeran Hadiri dikenal sebagai Pangeran Kalinyamat.

Meski Retna Kencana dan Pangeran Kalinyamat tidak memiliki anak, namun keduanya beberapa anak asuh. Salah satu anak asuhnya adalah Pangeran Arya, putra Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten yang memerintah pada tahun 1526 hingga 1570.

Pangeran Kalinyamat Terbunuh dalam Konflik Kerajaan Demak

Saat Pangeran Kalinyamat berkunjung untuk menemui Sunan Kudus karena Sunan Prawoto dibunuh oleh utusan Arya Penangsang (sepupu Ratu Kalinyamat yang menjadi adipati Jipang), ia ikut terbunuh. Sementara itu, Ratu Kalinyamat yang menjabat sebagai adipati Jepara berhasil melarikan diri dari Arya Penangsang.

Konflik perebutan takhta Kerajaan Demak tersebut berakhir usai Arya Penangsang dikalahkan oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Kemudian Sultan Hadiwijaya mendirikan Kesultanan Pajang, sedangkan Retna Kencana menggantikan peran suaminya sebagai penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat. Penobatan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara ditandai dengan sengkalan "Trus Karya Tataning Bumi" pada 10 April 1549.

Sejak menjadi penguasa Jepara mulai dari tahun 1549-1579, Ratu Kalinyamat sangat perhatian terhadap bidang politik dan militer daerahnya. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya membangun kekuatan angkatan laut yang besar dan kuat, serta mengembangkan potensi kemaritiman yang dimiliki Jepara.

Di bawah kekuasannya, Jepara menjadi kerajaan bahari di mana rakyatnya hidup sejahtera  mengandalkan hasil laut sebagai sumber utama penghidupannya.

Baca juga: Sayyida Al Hurra, Ratu Bajak Laut Perempuan yang Ditakuti Eropa

Hal itu diungkapkan oleh sejarawan bernama Burger yang mengatakan bahwa meski daerah kekuasaannya kurang subur, Ratu Kalinyamat berhasil memiliki empat kota pelabuhan di Jepara, Juana, Rembang, dan Lasem.

Pelabuhan itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit, tetapi juga menjadi pengekspor gula, madu, kayu, kelapa, dan palawija, yang menjadi komoditas perdagangan antarpulau bahkan antarnegara.

Berkat jasa Ratu Kalinyamat, Jepara mencapai masa keemasan dengan menjadi kota pelabuhan yang maju dan dilengkapi armada yang kuat.

Peran Ratu Kalinyamat dalam melawan Portugis

Ratu Kalinyamat memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia saat melawan bangsa Portugis pada abad ke-16.  Pada masa pemerintahannya, bangsa Portugis telah bermarkas di Malaka, yang memicu perlawanan dari berbagai pihak.

Mengetahui Ratu Kalinyamat memiliki armada laut yang kuat, Raja Johor meminta bantuannya untuk membantu melawan Portugis pada 1550. Ratu Kalinyamat lalu mengirimkan 40 armadanya yang berkekuatan 4.000-5.000 prajurit. Namun serangan tersebut gagal.

Selain Raja Johor, pemimpin persekutuan Hitu di Ambon juga pernah meminta bantuan militer kepada Ratu Kalinyamat untuk melawan Portugis. Usai 24 tahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1574, Ratu Kalinyamat mengirim ekspedisi yang digabungkan tentara dari Aceh guna menggempur kedudukan Portugis di Malaka.

Ekspedisi kedua itu berkekuatan 300 kapal, 80 di antaranya berukuran sangat besar, dengan jumlah prajurit mencapai 15.000 orang. Serangan tersebut berhasil mematahkan dominasi Portugis meski harus mengorbankan 2.000 nyawa tentara Ratu Kalinyamat.

Di mata Portugis, Ratu Kalinyamat adalah sosok beranivdengan pemikiran besarnya. Bahkan nama Ratu Kalinyamat meninggalkan kesan bagi beberapa bangsa Portugis. Diego de Conto, seorang penulis berkebangsaan Portugis, menjuluki Ratu Kalinyamat sebagai "Rainha de Jepara senhora Poderosa e ride", yang artinya Ratu Jepara seorang perempuan kaya dan mempunyai kekuasaan besar.

Selain itu, ada pula yang menyebutnya sebagai "De Kranige Dame", yaitu perempuan tangguh dan gagah berani yang tidak kenal takut.

Pada 1579, Ratu Kalinyamat meninggal dunia dan digantikan oleh salah satu putra angkatnya, yakni Pangeran Arya dari Banten, yang kemudian bergelar Pangeran Jepara.

Kawan Puan, demikian tadi sosok Ratu Kalinyamat yang namanya banyak disebut oleh para ulama perempuan dalam KUPI II. (*)

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh