Anneila Firza Kadriyanti

Pengamat komunikasi politik gender; founder dan pegiat literasi digital Mari Melek Media; feminist blogger.

Rayakan Hari Sumpah Pemuda dengan Membahasakan Isu Perempuan

Anneila Firza Kadriyanti Jumat, 28 Oktober 2022
Merayakan Sumpah Pemuda dengan mengingat bagaimana bahasa jadi alat yang mempersatukan perempuan Indonesia.
Merayakan Sumpah Pemuda dengan mengingat bagaimana bahasa jadi alat yang mempersatukan perempuan Indonesia. Dok. Parapuan

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Salah satunya adalah gerakan memotong rambut yang dilakukan oleh sejumlah aktris Prancis.

Pengalaman perempuan telah menjadi sebuah bahasa universal yang dimengerti, dirasai, dan dimaknai dengan arti yang sama oleh semua perempuan, dan oleh semua pendukung gerakan perempuan, di dunia.

Internet (utamanya platform media sosial) semakin memudahkan penyebaran dan menguatkan pemaknaan pengalaman perempuan, serta memberikan akses hampir tanpa batas kepada penggunanya untuk ikut terlibat dalam pembicaraan pengalaman perempuan tersebut.

‘Bahasa’ Bagi Perjuangan Perempuan di Era Digital

Internet dan media sosial telah menjadi corong amplifikasi gerakan perempuan agar dapat terdengar dan menjangkau banyak pihak secara global.

Namun internet juga seperti pedang bermata dua yang menjadi ruang tak aman bagi perempuan ketika membahasakan persoalannya.

Dalam Catatan Tahunan Komnas Perempuan (Catahu), kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) di Indonesia meningkat tajam sejak tahun 2019 (281 kasus) menjadi 942 kasus (2020) dan membludak di tahun 2021 sebanyak 1.721 kasus.

Lebih lanjut Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) mengungkapkan, bentuk KBGO yang kerap terjadi pada perempuan antara lain seperti pelanggaran privasi, penyebaran data pribadi, penguntitan daring, pencemaran nama baik, hingga peretasan.

Namun bagaimanapun juga, ruang virtual masih tetap menjadi salah satu medium kebebasan yang dapat memberikan akses luas pada perempuan untuk membahasakan kepentingan-kepentingannya, dan menggalang kesadaran banyak pihak untuk ikut dalam perjuangan perempuan.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini Peran Perempuan dalam Lahirnya Hari Sumpah Pemuda

Ada tiga bentuk ‘bahasa’ yang dapat disampaikan perempuan lewat media sosial untuk memperjuangkan hak-haknya ketika mengalami ketidakadilan

Lawan! Adalah salah satu upaya yang tetap harus dilakukan oleh perempuan ketika menghadapi ketidakadilan. Tidak ada satupun perjuangan kecil yang tidak akan bergema ketika disebarkan oleh ratusan bahkan hingga jutaan jejaring di media sosial.

Lapor! Jangan pernah takut untuk memberitahukan pengalaman kekerasan yang dialami. Sebab diam tidak akan pernah membuat kekerasan terhadap perempuan berhenti. Sebaliknya akan memperburuk situasi sebab pelaku kejahatan terhadap perempuan semakin berani menyakiti.

Layangkan! Bagikan pengalamanmu untuk bisa menginspirasi banyak perempuan lainnya agar berani untuk melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak perempuan.

Ayo kita berani bersuara, Kawan Puan! Jangan sampai perjuangan ini berhenti di kamu. (*)